1 Yohanes 1:6, 7a
"Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran. Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang."
Hidup di dalam terang bukan semata-mata meniru Tuhan Yesus, tetapi harus memiliki kesamaan unsur dasar dengan-Nya dalam hidup kita sehari-hari. Hal ini berarti kita harus hidup di bawah penerangan-Nya dan hidup berdasarkan sifat ilahi-Nya. Hidup di dalam terang berarti hidup sampai taraf, "sama seperti Dia ada di dalam terang" (1 Yoh. 1:7). Jika kita hidup sedemikian, maka terang itu menyingkapkan segala dosa, pelanggaran, kegagalan, dan kekurangan kita, yang bertentangan dengan terang-Nya yang murni, kasih-Nya yang sempurna, dan kekudusan-Nya yang mutlak, juga kebenaran-Nya yang unggul. Saudara Lawrence pernah mengatakan,"Biasakan hidup di hadirat Allah yang adalah terang."
Sekarang pertanyaannya adalah, apakah kita hidup di dalam terang atau di dalam kegelapan. Jika di dalam kegelapan, berarti kita sama sekali tidak memiliki persamaan dengan Allah, karena di dalam Allah sama sekali tidak ada kegelapan. Hal ini membuat kita tidak mungkin beroleh persekutuan dengan Allah.
Seperti yang telah kita katakan bahwa terang adalah hakiki ekspresi Allah. Karena itu jika kita hidup di dalam terang, maka tindak tanduk kita juga akan menjadi ekspresi Allah. Kita seharusnya memiliki tindak tanduk seperti yang dikatakan Tuhan dalam Matius 5:16 "Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."
Melakukan Kebenaran
1Yoh. 1:6, Yoh. 8:44
Dusta adalah dari Setan, bapa pendusta (Yoh. 8:44). Sifatnya memang adalah dusta, dan ia membawa kita ke dalam kematian dan kegelapan. Kegelapan setani adalah lawan terang ilahi, dan dusta setani adalah lawan kebenaran ilahi. Sebagaimana kebenaran ilahi adalah ekspresi terang ilahi, maka dusta setani adalah ekspresi kegelapan.
Jika kita mengatakan bahwa kita mempunyai persekutuan dengan Allah, tetapi kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta, dan menjadi ekspresi kegelapan. Jika kita ingin memelihara persekutuan ilahi, kita harus hidup di dalam terang ilahi, juga melakukan kebenaran ilahi.
Dalam bahasa Yunani, kata "melakukan" dalam frase "melakukan kebenaran" (1 Yoh. 1:6) adalah poieo, yang artinya terbiasa dan terus menerus melakukan sesuatu karena tinggal di dalam hal itu; karena itu kata ini juga memiliki arti mempraktekkan.
Jadi, melakukan kebenaran adalah memperhidupkan kebenaran sebagai kebiasaan kita, bukan hanya melakukannya kadang-kadang atau secara kebetulan. Melakukan kebenaran berarti melakukannya secara konstan (tetap), berkesinambungan, tidak henti-hentinya seperti bernapas. Kita tidak perlu berpikir atau berusaha untuk bernafas, karena bernafas sudah menjadi bagian dari hidup kita. Jadi, bila kita tinggal dan berjalan di dalam Allah sebagai terang, kita juga akan dengan spontan melakukan kebenaran sebagai kebiasaan.
Kata "kebenaran" ini istilah Yunaninya berarti realitas (lawan kata kesia-siaan), kebenaran yang terbukti, kesungguhan, kesejatian, ketulusan. Kebenaran juga mengacu kepada realitas Allah yang telah diwahyukan, fakta-fakta riil yang tersalur dalam Injil, realitas Kristus dan segala perkara ilahi (yang adalah Roh itu – Yoh. 14:17; 15:26; 16:13; 1 Yoh. 5:6), dan realitas keadaan manusia (Yoh. 16:8-11).
Ketika kita berpartisipasi dan menikmati realitas ilahi ini, realitas ini menjadi kesejatian, kesungguhan, ketulusan, keandalan kita, menjadi kebajikan yang unggul dalam perilaku kita untuk mengekspresikan Allah sang Realitas yang menjadi hayat kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar