Judul asli Kitab Kejadian sebenarnya adalah “Pada Mulanya”, atau menurut versi terjemahan Septuagint (bahasa Yunani), adalah “Genesis” (dari bahasa Latin), yang berarti kelahiran atau asal mula. Kitab Kejadian mendatangkan kelahiran bagi segala sesuatu, memberi permulaan bagi segalanya. Dalam Kitab Kejadian inilah kita temukan benih-benih kebenaran ilahi. Semua kebenaran ilahi dalam seluruh Alkitab telah ditaburkan dalam kitab ini. Benih kebenaran ini selanjutnya berkembang di seluruh Alkitab.
Kitab Kejadian diawali dengan kalimat, “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.” Inilah permulaan waktu, karena ditujukan kepada penciptaan Allah. Injil Yohanes 1:1 juga dimulai dengan frase, “pada mulanya”, tetapi yang dimaksud di sini adalah permulaan sebelum ada waktu atau kekekalan azali yang tanpa permulaan. Haleluya! Allah kita bukan hanya Dia yang ada sejak mulanya, tetapi juga permulaan dari segala sesuatu. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.
Frase “Pada mulanya Allah...” juga menunjukkan bahwa Allah kita adalah Allah yang berinisiatif. Dia berinisiatif menciptakan langit dan bumi, Dia juga berinisiatif menyelamatkan orang berdosa. Itulah sebabnya, kehidupan keluarga kita, pernikahan kita, atau pekerjaan kita seharusnya berawal dari Allah, bukan dari diri kita atau orang lain. Marilah kita memberi Allah kesempatan untuk memulai sesuatu yang baru di dalam hidup kita! Dialah sang Pencipta segala sesuatu!
Allah kita adalah Allah yang hidup, juga Allah yang memiliki keinginan/tujuan. Itulah sebabnya Ia membuat rencana untuk mencapai tujuan-Nya. Penciptaan alam semesta adalah bagian dari rencana Allah. Mengapa Allah menciptakan langit? Apa tujuan-Nya? Alkitab menunjukkan bahwa langit diciptakan untuk bumi; para ahli dan sarjana pun dapat membuktikan hal ini. Banyaknya benda-benda di langit hanyalah untuk bumi; misalnya sinar matahari dan air berasal dari langit. Lalu untuk apakah bumi? Menurut Alkitab, bumi adalah untuk manusia. Zakharia 12:1 mengatakan, “Demikianlah firman TUHAN yang membentangkan langit dan yang meletakkan dasar bumi dan yang menciptakan roh dalam diri manusia.” Jadi, langit adalah untuk bumi, bumi untuk manusia, dan manusia untuk Allah. Allah menciptakan manusia adalah untuk menampung Dia, mengekspresikan Dia, dan memuliakan Dia. Hal ini bisa terjadi, karena roh yang diciptakan Allah dalam diri manusia memiliki kemampuan berkontak dengan Allah yang adalah Roh (Yoh. 4:24).
Sarana penciptaan Allah ialah Putra Allah (Kol. 1:15-16; Ibr. 1:2b) dan firman Allah (Ibr. 11:3; Yoh. 1:1-3). Ketika Allah menciptakan langit, bumi, dan segala isinya, Ia melakukannya melalui Kristus, dan berdasarkan Kristus. Sejak penciptaan, segala sesuatu mempertahankan eksistensinya dalam Kristus. Kristus adalah pusat (poros) yang mengendalikan setiap bagian jagat raya. Ibrani 1:3 mengatakan bahwa Kristus menopang segala sesuatu dengan firman kuasa-Nya, dan Kolose 1:17 mengatakan bahwa segala sesuatu berada dalam Kristus. Kelihatannya bumi tidak bergantung pada apa pun, tetapi sebenarnya ia ditopang oleh Kristus. Jika salah satu dari planet-planet menyimpang sedikit saja dari orbitnya, maka akan terjadi suatu benturan yang dahsyat. Tetapi Kristus menopang, mengendalikan, dan menggerakkan segalanya. Mengapa? Dia melakukan ini untuk kemuliaan-Nya. Jika langit runtuh dan bumi hancur, bagaimana dengan kita? Langit bermanfaat bagi bumi, bumi untuk kita, dan kita untuk kemuliaan-Nya. Itulah sebabnya, Kristus menopang, mengendalikan, dan menggerakkan seluruh alam semesta.
Penciptaan itu juga menyatakan Allah sendiri.“Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya” (Mzm. 19:2). Meskipun manusia tidak dapat berkata banyak mengenai Allah, tetapi melalui keagungan yang terlihat dalam setiap ciptaan, manusia dapat mengenal bahwa Allah itu Maha Kuasa, sehingga mereka tidak dapat berdalih (Rm. 1:20). Tengoklah ciptaan-Nya. Bagaimana mungkin kita berkata, tidak ada Allah?
Karena Allah adalah pemula dari segala sesuatu, marilah kita belajar mengawali hidup kita dengan Allah. Begitu membuka mata di pagi hari, datanglah kepada Tuhan terlebih dahulu. Hanya Dia yang sanggup menjadikan sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada. Karena itu, marilah kita bawa semua rencana kita kepada-Nya dan melewati hari-hari kita bersama Allah dalam doa dan ucapan syukur.
Ya Allah, aku mengundang Engkau masuk ke dalam hidupku, ke dalam pekerjaanku, ke dalam keluargaku, dan ke dalam rencana-rencanaku. Aku mau mengawali semua yang kulakukan bersama Engkau. Ya Allah, ciptakanlah sesuatu yang baru, yang berkenan kepada-Mu di dalam hidupku.
Kali pertama Alkitab menyebutkan “Allah (Elohim)” adalah dalam Kejadian 1:1, yang berbunyi, “Pada mulanya Allah (Elohim - bahasa Ibrani) menciptakan....” Scofield menunjukkan bahwa “Elohim” tersusun dari dua kata Ibrani yang berarti “kekuatan” dan “kesetiaan”. Allah kita adalah Allah yang kuat dan setia. Semua yang Ia lakukan menunjukkan betapa besarnya kekuatan-Nya. Apa pun yang Ia katakan, pasti dipegang-Nya. Elohim merupakan sebuah kata benda tunggal-jamak (uni-plural noun). Kata ini adalah kata bentuk tunggal, tetapi juga jamak. Haleluya! Hal ini dengan jelas menyiratkan Trinitas Ilahi, yakni Bapa, Putra, dan Roh (Kej. 1:26a; 3:22a; 11:7a; Yes. 6:8a; Yoh. 17:11b, 22b; Mat. 28:19; 2 Kor. 13:14). Sebutan yang mengacu kepada Allah yang esa namun tritunggal ini, digunakan lebih dari 2500 kali dalam Perjanjian Lama.
Puji Tuhan, Allah sejati, yang kita sembah, bukan hanya sang Maha Kuasa tetapi juga sang Setia. Sebagai sang Maha Kuasa, Allah dapat menciptakan langit, bumi, segala sesuatu, dan manusia. Ia dapat menjadikan yang ada dari yang tidak ada. Sebagai sang Setia, Dia dapat disandari, tidak pernah berubah, dan tidak dapat digoyahkan. Perkataan dan pekerjaan-Nya adalah sekuat matahari dan seteguh bulan (Mzm. 89:33-37). Karena Dia Maha Kuasa, Dia dapat melakukan segalanya bagi kita. Karena Dia setia, Dia dapat melakukan apa pun bagi kita sesuai dengan firman-Nya, sesuai dengan janji-Nya, dan sesuai dengan perjanjian-Nya. Allah yang demikian sanggup memenuhi semua keperluan kita. Marilah kita belajar hanya bersandar pada-Nya.
Meskipun nama Iblis tidak disebutkan dalam Kitab Kejadian, kita semua tahu bahwa ular dalam Kejadian pasal dua adalah wadah Iblis dan bahkan mungkin adalah perwujudan dari si Iblis. Wahyu 12:9 mengatakan, “Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya.”
Kejadian pasal satu tidak mencatat apa pun mengenai penciptaan Iblis. Dari mana datangnya Iblis? Selain itu, dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, sering kali kita baca mengenai roh-roh jahat (roh-roh najis [Inggris:unclean spirits]). Dari manakah datangnya roh-roh jahat ini? Selain itu, kita juga tidak melihat penciptaan malaikat dalam enam hari pekerjaan Allah dalam Kejadian pasal satu. Lalu, dari manakah datangnya malaikat?
Ayub 38:4-7 mengatakan bahwa tatkala Allah meletakkan dasar bumi, anak-anak Allah (malaikat) bersorak-sorai. Hal ini membuktikan bahwa Allah telah menciptakan malaikat sebelum Ia menciptakan bumi.
Yehezkiel 28:1-19 juga menjelaskan mengenai hal ini. Sembilan belas ayat ini dibagi menjadi dua bagian: (1) ayat 1-10 mencatat mengenai peringatan untuk raja Tirus.(2) ayat 11-19 adalah nyanyian ratapan untuk raja Tirus. Bagian pertama, yaitu peringatan untuk raja Tirus, mudah untuk dipahami. Namun, ketika kita membaca ayat 11-19, banyak hal yang sulit dipahami. Misalnya, ayat 13 mengatakan, “Engkau di taman Eden, yaitu taman Allah.” Ayat sebelum dan sesudahnya menyatakan bahwa taman Eden ini bukan taman tempat Adam pernah tinggal. Taman Eden ini tidak berada di bumi, tetapi di langit, di atas gunung suci Allah. Ayat ini pasti bukan membicarakan raja Tirus, tetapi si Iblis.
Yehezkiel 28:12 menunjukkan bahwa Iblis (cat: Iblis adalah nama yang digunakan setelah ia berdosa) sebelum kejatuhannya sungguh luar biasa. Ia adalah “Gambar dari kesempurnaan …, penuh hikmat dan maha indah.” Ini berarti ia lebih unggul dari malaikat yang lain, sempurna, dan paling agung di antara semua ciptaan Allah. Yesaya 14:12 juga menunjukkan asal mula Iblis. Di sana Iblis disebut, “Bintang timur; putra fajar”. Sebagaimana bintang timur adalah bintang pemimpin dari sekian banyak bintang, maka Iblis pastilah merupakan pemimpin para malaikat. Gelar “putra fajar” menunjukkan bahwa ia sudah ada pada masa-masa alam semesta baru dijadikan. Jadi, Iblis bukan hanya salah satu dari antara malaikat-malaikat, ia bahkan penghulu malaikat yang tertinggi, kepala dari semua malaikat.
Ketika menghadapi suatu masalah yang sulit, biasanya kita akan mencari beberapa cara yang kita anggap mampu menyelesaikan persoalan itu. Bila semua cara itu sudah dicoba dan gagal, barulah kita datang kepada Allah sebagai jalan terakhir. Mulai sekarang, marilah kita ubah urutan ini. Jadikanlah Allah sebagai yang pertama, bukan terakhir, maka kita akan mengalami sang Elohim itu.
Ya Allah, ampunilah aku yang sering melupakan kekuatan dan kesetiaan-Mu. Aku sering mengandalkan manusia dan cara-caraku sendiri tanpa mengindahkan Engkau. Ajarlah aku menjadikan Engkau sebagai kekuatanku dan sandaranku satu-satunya.
Terjemahan yang lebih tepat dari ayat dua adalah “Bumi menjadi gersang, sepi, sunyi, muram, hancur, dan kosong.” Kata “menjadi” menunjukkan bahwa bumi “telah berubah menjadi sesuatu yang lain”, menjadi begitu menyedihkan dan kosong. Yesaya 45:18 mengatakan, “Ia menciptakannya bukan supaya kosong.” Ayub 38 juga menunjukkan bahwa ketika Allah “meletakkan dasar bumi”, “menetapkan ukurannya” dan “merentangkan tali pengukur padanya”, bintang-bintang fajar bersorak-sorak bersama, dan semua anak Allah (malaikat-malaikat) bersorak-sorai. Ini menunjukkan bahwa bumi pada mulanya diciptakan oleh Allah dalam bentuk yang baik karena Allah tidak menghendaki kekacauan (1 Kor. 14:33). Ciptaan-Nya pasti sempurna. Karena itu, kondisi gersang, sepi, sunyi, dan kosong dalam ayat dua, bukanlah kondisi asli penciptaan Allah pada mulanya.
Yeremia 4:23-26 menunjukkan alasannya. Ayat 26 mengatakan bahwa semua ini tak lain karena murka-Nya yang menyala-nyala. Mengapa Allah begitu murka dan menghukum alam semesta? Tidak ada alasan yang lebih tepat kecuali dosa. Dari Yehekiel 28:15, kita tahu bahwa penghulu malaikat telah memberontak kepada Allah. Dialah Iblis. Allah tidak menciptakan malaikat yang jahat. Allah menciptakan pemimpin malaikat yang baik dan sempurna. Pada saat memberontak, sejumlah besar malaikat mengikutinya dan berada di bawah kuasanya (Why. 12:4, 9). Seluruh mahkluk hidup yang ada di bumi waktu itu juga ikut dalam pemberontakan ini. Karena dosa inilah, Allah menghakimi bumi sehingga menjadi gersang, kosong, dan gelap.
Yehezkiel 28 menggambarkan jabatan Iblis dalam alam semesta sebelum pemberon-takan dan perusakannya. Ayat tiga belas mengatakan, “Engkau di taman Eden, yaitu taman Allah penuh segala batu permata yang berharga”. G.H. Pember mengatakan bahwa ini menunjukkan tempat tinggalnya yang terbuat dari batu-batu permata.
Menurut bahasa aslinya, dalam ayat tiga belas seharusnya ada kalimat yang berbunyi, “Engkau selalu disertai bunyi seruling dan rebana, yang disediakan pada hari penciptaanmu (T.L.)”. Pada zaman kuno, alat-alat musik seperti nafiri, seruling dan kecapi dipakai untuk raja-raja (Dan. 3:5; 6:18). Hal ini menunjukkan bahwa penghulu malaikat itu (sekarang menjadi Iblis) adalah raja, pemegang kedudukan tertinggi dalam alam semesta sebermula.
Saat itu, Allah benar-benar telah menunjuk penghulu malaikat itu sebagai kepala alam semesta dan Allah pun telah menyerahkan segala makhluk dan benda ciptaan, baik yang di langit maupun yang di bumi kepadanya. Itulah sebabnya Tuhan Yesus sendiri menyebutnya sebagai “Penguasa dunia ini” (Yoh. 12:31). Rasul pun menyebutnya sebagai “Penguasa kerajaan angkasa” (Ef. 2:2). Lukas 4:5-6 juga menegaskan “Kemudian ia membawa Yesus ke suatu tempat yang tinggi dan dalam sekejap mata ia memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia. Kata Iblis kepada-Nya: ‘Segala kuasa itu serta kemuliaannya akan kuberikan kepada-Mu, sebab semuanya itu telah diserahkan kepadaku dan aku memberikannya kepada siapa saja yang kukehendaki.’” Bohongkah ini? Kalau bohong, tentunya Tuhan Yesus sudah menghardik Iblis. Karena Tuhan Yesus tidak menegurnya, pasti ini adalah fakta. Kalau ini adalah fakta, kapankah Allah memberikan semuanya itu kepada Iblis? Pasti ini terjadi sebelum ada Adam.
Posisi dan pangkat Iblis waktu itu begitu tinggi, sampai-sampai “Bahkan pemimpin malaikat Mikhael … tidak berani menghakimi Iblis itu dengan kata-kata hujatan” (Yud. 9). Mikhael adalah salah satu pemimpin malaikat (Dan. 10:13). Ia tidak berani menghardik Iblis. Ini membuktikan bahwa dulu pangkat Iblis tentu lebih tinggi daripada Mikhael. Jadi, kita dapat menarik kesimpulan bahwa Iblis pasti adalah raja, pemimpin malaikat yang tertinggi pangkatnya.
Iblis yang asalnya memiliki kedudukan yang begitu mulia, sekarang menjadi begitu hina. Hal ini harus menjadi peringatan serius bagi kita, jangan kita mengulangi kesalahan yang sama.
Sebaliknya kita asalnya adalah orang dosa yang sangat kasihan, namun Allah telah memberi kita kemuliaan. Haleluya!
Setelah sekian lama menjadi orang Kristen, kecenderungan kita untuk melakukan dosa masih ada, karena sifat dosa sudah ada di dalam diri kita. Inilah sebabnya, kita sering merasa gersang dan hampa. Karena itu, marilah kita mengutamakan Tuhan dalam segala hal, sehingga Tuhan ada jalan untuk mengubah kita.
Tuhan Yesus, lepaskanlah aku dari kegersangan, kekosongan, dan kegelapan di dalam diriku. Biarlah Roh-Mu bekerja di dalamku untuk menghasilkan hayat. Tuhan Yesus, aku mau agar air kematian di dalamku berubah menjadi air kehidupan.
Pemberontakan Iblis membawa masuk penghakiman Allah (Yeh. 28:15-18). Allah tidak dapat membiarkan adanya pemberontakan di tengah ciptaan-Nya. Ayub 9:5-7 mengatakan bahwa “Allah membongkar-bangkirkan gunung-gunung dalam murka-Nya, menggeser bumi dari tempatnya, memberi perintah kepada matahari sehingga tidak terbit dan mengurung bintang-bintang dengan meterai.” Akibat hukuman Allah ini, langit tidak lagi memancarkan terang. Bumi tertutup kegelapan dan tenggelam dalam air.
Wahyu 12:4 mencatat bahwa pada saat memberontak, Iblis menyeret sepertiga dari para malaikat (sepertiga bintang) untuk memberontak kepada Allah. Hal ini bisa saja terjadi karena malaikat-malaikat yang menguasai dan memerintah alam semesta pra-Adam berada di bawah tangan Iblis. Para malaikat itu kini menjadi roh-roh jahat di udara (Ef. 2:2; 6:12).
Seluruh makhluk hidup yang berada di bumi pada waktu itu juga mengikuti Iblis memberontak melawan Allah. Mereka pun dihakimi oleh Allah. Sesudah dihakimi Allah, seluruh makhluk hidup itu menjadi roh-roh jahat (najis) yang tidak bertubuh. Itulah sebabnya mereka suka masuk ke dalam tubuh jasmani manusia atau binatang. Roh-roh jahat (najis) ini bergerak di bumi dan tinggal di dalam air (lih. Mat. 8:28-32). Air, yang dengannya Allah telah mengakhiri mereka, menjadi lautan yang dalam, tempat roh-roh jahat (najis) harus tinggal. G.H. Pember juga membuktikan bahwa di bawah samudera yang sangat dalam terdapat jurang yang tidak terduga dalamnya (abyss), yang merupakan tempat roh-roh jahat (najis) tinggal.
Yehezkiel 28:12b mengatakan bahwa Iblis “penuh hikmat”. Ini mungkin mengacu kepada pengertiannya atas kehendak Allah. Ini berarti saat itu ia menjabat sebagai imam.
Yehezkiel 28:14a mengatakan, “Engkaulah kerub terurap yang menudungi - (TL.), di gunung kudus Allah engkau berada.” Iblis adalah kerub terurap yang menudungi. Mungkin ini mengacu kepada ia menaungi (lih. Kel. 25:20) tabut perjanjian Allah di surga (Why. 11:19). Allah pernah mengurapi dan mengangkat pemimpin malaikat itu untuk menaungi tabut perjanjian-Nya. Yehezkiel memberitahukan bahwa kerub membawakan kemuliaan Allah (9:3; 10:18) dan sangat dekat dengan takhta Allah (10:1; 1:26). Hal ini menunjukkan, sebelum memberontak, Iblis tentu sangat dekat dengan Allah, membawakan kemuliaan Allah. Yehezkiel juga memberitahukan bahwa kerub itu ialah empat makhluk hidup yang mengemban fungsi khusus bagi Allah (10:20). Lagi pula keempat makhluk hidup dalam kitab Yehezkiel itu sama dengan yang ada dalam Kitab Wahyu (Yeh. 1:10, lih. Why. 4:7). Mereka berperan sebagai pemimpin dalam penyembahan kepada Allah. Hal ini sekali lagi menyatakan bahwa saat itu ia adalah imam besar dalam alam semesta yang memimpin semua makhluk menyembah Allah.
“… di gunung kudus Allah engkau berada dan berjalan-jalan di tengah batu-batu yang bercahaya-cahaya” (Yeh. 28:14b). Ini tentu di surga, tempat kemuliaan Allah dinyatakan. Seorang Imam Allah tentu harus berada di tempat yang terdekat dengan Allah untuk melayani Allah. Selanjutnya, dalam Kitab Keluaran 24:10, 17, Musa, Harun, dan banyak orang lainnya melihat batu-batu nilam dengan kemuliaan Allah bagaikan api yang menghanguskan di bawah takhta Allah. Itulah batu-batu yang bercahaya-cahaya, seperti yang disebutkan dalam Yehezkiel ini. Dari sini kita dapat menarik kesimpulan bahwa saat itu, Iblis juga memiliki wewenang khusus untuk bergerak di daerah kemuliaan Allah, tepat di bawah takhta Allah, dan sangat dekat dengan Allah.
Saudara saudari, asal mula Iblis amatlah elok. Ia adalah kerub yang diurapi Allah, yang paling dekat dengan Allah, menempati kedudukan yang tertinggi dalam ciptaan Allah. Ia sempurna dalam jalannya sejak ia diciptakan. Ia tidak saja memiliki jabatan raja tetapi juga jabatan imam. Namun karena ambisinya yang ingin melampaui Allah, maka Iblis telah disingkirkan dari kedudukan dan pelayanannya. Hari ini masih banyak orang yang mengikuti langkahnya yang salah. Padahal Allah telah memilih kita sebagai imam-imam dan raja-raja-Nya (Why. 5:9-10; 20:4-6) untuk mengambil alih kedudukan dan pelayanan Iblis, agar Iblis dipermalukan dan Allah dipermuliakan.
Jika di dalam kita ada sifat pemberontak, misalnya: tidak taat terhadap pimpinan Tuhan yang di dalam, tidak taat terhadap orang yang lebih tua, kita perlu waspada, karena hal itu akan membawa masuk penghakiman Allah yang membuat kita merasa kosong dan gelap.
Tuhan, ampuni diriku, seringkali aku sok pintar dan tidak taat pada pimpinan-Mu. Tuhan beriku hati yang mau taat, supaya setiap tindakanku sesuai dengan pimpinan-Mu.
Iblis memberontak terhadap Allah karena kesombongan hatinya. Ia sombong karena kecantikannya, hikmatnya ia musnahkan demi semaraknya (Yeh. 28:17). Ia “penuh hikmat dan maha indah”, “gambar dari kesempurnaan” (Yeh. 28:12). Ini berarti ia sepenuhnya sempurna dan tidak bercacat sedikit pun. Tetapi ia terpesona memandang kecantikannya dan menjadi sombong. Ia melihat kesemarakannya dan menjadi binasa. Memandang kepada apa yang dijadikan Allah pada diri kita dan melupakan diri Allah sendiri selalu membuat kita sombong. Kesombongan itulah penyebab pemberontakan Iblis. Karena itu, rasul tidak mengizinkan orang yang baru bertobat menjadi penatua, “agar jangan menjadi sombong dan kena hukuman Iblis” (1 Tim. 3:6).
Semua kebajikan dan segala karunia rohani dapat diperalat Iblis untuk membuat kita sombong. Bahkan Rasul Paulus sendiri pun bisa saja “meninggikan diri karena pernyataan-pernyataan yang luar biasa itu” (2 Kor. 12:7). Iblis yang congkak itu masih berkeliaran di bumi untuk mencari mangsanya, yaitu orang sombong yang dapat ditelannya (1 Ptr. 5:8). Tetapi, ia tidak berkuasa atas diri Tuhan Yesus (Yoh. 14:30), karena Tuhan Yesus merendahkan diri-Nya hingga taat sampai mati (Flp. 2:8).
Dalam 1 Petrus 5:5 dikatakan, “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati”. Ini berarti, terhadap orang yang sombong, Allah akan menentangnya; terhadap orang yang rendah hati, Allah akan memberi karunia kepadanya. Jika kita pada hari ini ingin mendapatkan karunia Allah, kita harus memiliki satu sikap yang mendasar, yaitu rendah hati.
Para ahli geologi dan arkeologi berkata bahwa umur bumi ini jutaan tahun. Namun bila kita menghitung rentang waktu antara Adam sampai sekarang ini, kita akan menemukan angka kira-kira enam ribu tahun. Bagaimanakah kita menjelaskan hal ini?
Dalam bukunya “Earth’s Earliest Ages”, G.H. Pember mengatakan bahwa di antara Kejadian 1:1 dan 1:2 terdapat suatu “masa selang.” Berapa lamakah masa selang ini? Tak seorang pun dapat mengatakan berapa lama masa selang itu dan apa yang terjadi di atas permukaan bumi dan di atmosfer sebelum terjadi kondisi yang gersang dan kosong; Alkitab tidak memberi tahu apa-apa tentang hal ini. Tetapi, yang pasti, Alkitab tidak pernah mengatakan bahwa bumi kita hanya berumur enam ribu tahun. Namun kita yakin bahwa sejarah manusia memang hanya berumur sekitar enam ribu tahun.
Masa selang yang panjang ini mencakup seluruh periode sejarah pra-Adam. Di masa selang inilah terjadi pemberontakan Iblis yang menyeret sepertiga malaikat dan makhluk-makhluk hidup di bumi. (Telah kita bahas bahwa Iblis asalnya adalah penghulu malaikat yang diciptakan Allah jauh sebelum manusia). Allah menghakimi bumi dan seluruh makhluk hidup yang ikut memberontak tersebut dengan air. Itulah sebabnya bumi terendam air. Tidak heran jika hari ini, para ahli dapat menemukan fosil yang umurnya jutaan tahun. Fosil-fosil itu pasti berasal dari makhluk-makhluk hidup yang terendam dalam air tersebut.
Dari sisa-sisa fosil, kita bisa melihat adanya kebuasan dan pembantaian. Bahkan penyakit dan kematian yang merupakan akibat dosa. Ini menjadi gambaran umum di antara makhluk hidup di bumi. Fakta ini menunjukkan bahwa fosil itu tidak berkaitan dengan dunia kita, sebab Alkitab menyatakan bahwa segala sesuatu yang diciptakan Allah selama enam hari itu baik, dan tidak ada kejahatan sampai Adam berbuat dosa. Karena itu, fosil adalah sisa-sisa makhluk sebelum jaman Adam, dan juga menunjukkan tanda-tanda adanya penyakit, kematian, dan saling menghancurkan. Ini merupakan bukti milik jaman yang lain dan noda sejarah dosa mereka, sejarah yang diakhiri dengan hancurnya diri dan tempat tinggal mereka sendiri.— G. H. Pember, Earth’s Earliest Ages, 1942, reprinted 1975, pp. 34-35.
Jadi, kita sangat yakin bahwa tidak ada kontradiksi antara Alkitab dengan geologi. Segala bantahan ahli geologi atas Alkitab hanyalah bukti ketidak-mengertian mereka atas Alkitab. Betapa menakjubkannya Firman Allah, ia sama sekali tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan.
Jangan merasa tinggi hati karena memiliki kemampuan untuk melakukan banyak perkara, sehingga kita merasa lebih penting dan lebih baik dari orang lain. Kita perlu waspada selalu karena kemampuan yang kita miliki dapat diperalat Iblis untuk membuat kita menjadi sombong, sehingga kita melupakan Tuhan dan tidak mengandalkan-Nya lagi.
Ya Tuhan, ampuni aku yang seringkali menjadi sombong. Aku begitu sering melakukan perkara dengan kemampuan alamiahku tanpa bersandar pada-Mu. Pimpinlah aku Tuhan, agar aku boleh menjadi seorang yang rendah hati.
Tujuan pemberontakan Iblis ialah untuk meninggikan dirinya guna menyamai Allah. Dalam Yesaya 14:13-14, tercatat lima kali Iblis mengatakan, “aku hendak” pada saat pemberontakannya. “Aku hendak naik ke langit . . . aku hendak meninggikan takhtaku . . . aku hendak duduk di atas bukit . . . aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan; aku hendak menyamai Yang Mahatinggi.”
Perkataan Iblis “aku hendak” dengan jelas menunjukkan ambisi besar Iblis. Iblis berambisi memperoleh kedudukan yang lebih tinggi, menyamai Allah. Ambisi ini menjadi motivasi pemberontakannya terhadap Allah dengan maksud jahat yang ingin menjatuhkan kekuasaan Allah. Alkitab mencatat, ambisi akan kedudukan adalah motivasi segala pemberontakan. Pemberontakan di Babel (Kej. 11:4), pemberontakan Datan, Abiram, dan 250 orang pemimpin bani Israel (Bil. 16:1-3), juga pemberontakan Absalom (2 Sam. 15:10-12), semuanya disebabkan oleh ambisi akan kedudukan. Tetapi Tuhan Yesus “telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba,....” Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama (Flp. 2:7, 9).
Kita perlu berhati-hati terhadap ambisi, karena ambisi sangat mengerikan dan tersembunyi di dalam diri kita. Tentu saja setiap orang memiliki ambisi. Seorang yang tidak memiliki ambisi bukan seorang manusia. Kita perlu waspada, jangan tergoda oleh kedudukan dan kehormatan sehingga membuat kita memiliki ambisi yang salah dan melakukan dosa pemberontakan.
Meskipun Iblis, para malaikat pemberontak, dan roh-roh jahat (najis) telah dihakimi Allah, hari ini mereka masih tetap bergerak dan bekerja, karena hukuman terhadap mereka belum dilaksanakan. Hari ini, Iblis masih bisa pergi ke hadapan Allah untuk menuduh umat Allah (Ayb. 1:6-12; 2:1-7; Why. 12:10). Dia masih berkeliaran di bumi, mencari mangsa yang dapat ditelannya (1 Ptr. 5:8), masih bekerja membutakan orang (2 Kor. 4:4), mengelabui mereka (2 Kor. 11:14), memenuhi hati mereka (Kis. 5:3, T.L.), dan beroleh keuntungan atas manusia (2 Kor. 2:11, T.L.). Dia masih “seorang yang kuat” yang menguasai “harta bendanya” (Mat. 12:29). Malaikat-malaikat pemberontak masih tetap merupakan penguasa dunia yang gelap ini (Ef. 6:12; lih. Dan. 10:20), (beberapa malaikat yang telah jatuh sekarang di penjara sampai hari penghakiman — 2 Ptr. 2:4, Yud. 6), dan setan-setan masih tetap sebagai roh-roh jahat (najis) yang bekerja di bumi (Mat. 12:43-45).
Siapa yang akan melaksanakan hukuman Allah terhadap Iblis dan pengikut-pengikutnya? Para pelaksana itu ialah orang-orang Kristen, orang-orang percaya yang menang. Dalam Wahyu 12, kita tahu bahwa para pemenang akan melaksanakan hukuman Allah terhadap Iblis. Allah telah menyatakan hukuman-Nya atas kaum pemberontak. Namun, hukuman itu tidak akan dilaksanakan sebelum gereja bangkit untuk melakukannya. Mengapa hukuman pada Iblis dan para pengikutnya belum dilaksanakan? Sebab Allah menunggu terbangunnya gereja. Hakim telah menentukan hukuman, tetapi Ia masih menunggu para pelaksana (executor) untuk melaksanakannya.
Ketika Tuhan Yesus hidup dalam daging sebagai manusia, Ia telah mulai melaksanakan hukuman Allah. Ia “menyatakan diri-Nya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis” (1 Yoh. 3:8). Tuhan memberi murid-murid-Nya “kuasa” (Luk. 10:19) untuk mengalahkan kekuatan musuh. Ketika murid-murid mengusir setan-setan, Iblis jatuh dari langit (Luk. 10:17-20). Melalui kematian-Nya di kayu salib, Ia memusnahkan Iblis (Ibr. 2:14). Ia telah meremukkan kepala ular tua.
Sekarang kita sebagai Tubuh-Nya, harus melanjutkan pelaksanaan ini, menghancurkan ekor ular itu. Hari ini gereja harus berdoa untuk “mengikat orang kuat itu” dan “merampok rumahnya” (Mat. 12:29), berperang melawan roh-roh jahat di udara (Ef. 6:12), dan mengusir setan-setan (Mat. 17:21) yang bekerja merusak orang-orang.
Melalui pelaksanaan hukuman oleh gereja, Iblis akan “dilemparkan ke bumi,” malaikat-malaikatnya akan “dilemparkan bersama-sama dengannya” (Why. 12:9). Kemudian ia akan diikat dan dilempar ke dalam jurang maut. Akhirnya, ia akan “dilempar ke dalam lautan api” (Why. 20:10). Saat itu genaplah pelaksanaan hukuman Allah atas Iblis dan pengikut-pengikutnya.
Satu-satunya jalan untuk melawan Iblis adalah merendahkan diri. “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati. Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat” (1 Ptr. 5:5b-6a). Tuhan Yesus adalah teladan yang baik. Iblis meninggikan dirinya, namun Tuhan Yesus “merendahkan diri-Nya” (Flp. 2:8).
Tuhan Yesus, selamatkan aku dari ambisi akan kedudukan. Tuhan, ajarku untuk merendahkan diri seperti diri-Mu