Kasus AFI (Akademi Fantasi Indosiar) tragis!!
Mei 8, 2008
Saya dapat dari milis almamater saya, sumbernya juga bilang dari millist tetangga, jadi ya ceritanya dari mana dan sumbernya juga diragukan, hehe (parah). dan saya juga cuma kopi paste (hehe makin parah). tapi saya pikir ini penting, jadi saya post saja. siapa tau ada yang belum baca, karena saya pikir ini penting (lho). buat yg udah baca ya maaf, sama buat yang nulis, sapa aja lah. minta izin….
Dua hari yang lalu gw ketemu dengan salah seorang AFI (Akademi Fantasi
Indosiar). Selain lepas kangen (he..he) gw juga dapat cerita seru dari
kehidupan mereka.
Di balik image mereka yang gemerlap saat manggung atau ketika nongol di
teve, kehidupan artis AFI sangat memprihatinkan.
Banyak di antara mereka yang hidup terlilit utang ratusan juta rupiah.
Pasalnya, orang tua mereka ngutang ke sana-sini buat menggenjot sms
putera-puteri
mereka. Bisa dipastikan tidak ada satu pun kemenangan AFI itu yang
berasal dari pilihan publik. Kemenangan mereka ditentukan seberapa besar
orang tua mereka anggup menghabiskan uang untuk sms. Orang tua Alfin dan
Bojes abis 1 M. Namun mereka orang kaya, biarin aja.
Yang kasian mah, yang kaga punya duit. Fibri (AFI 005) yang tereliminasi
di minggu-minggu awal kini punya utang 250 juta. Dia sekarang hidup di
sebuah kos sederhana di depan Indosiar. Kosnya emang sedikit mahal RP
500..000. Namun itu dipilih karena pertimbangan hemat ongkos transportasi.
Kos itu sederhana (masih bagusan kos gw gitu loh), bahkan kamar mandi pun
di luar. Makannya sekali sehari.
Makan dua kali sehari sudah mewah buat Fibri. Kaga ada dugem dan
kehidupan glamor, lha makan aja susah.
Ada banyak yang seperti Fibri. Sebut saja intan, Nana, Yuke, Eki, dll.
Mereka teikat kontrak ekslusif dengan manajemen Indosiar. Jadi, kaga bisa
cari job di luar Indosiar. Bayaran di Indonesiar sangat kecil. Lagian
pembagian job manggung sangat tidak adil. Beberapa artis AFI seperti Jovita
dan Pasya kebanjiran job, sementara yang lain kaga dapat/jarang dapat job.
Maklum artisnya sudah kebanyakan. Makanya buat makan aja mereka susah.
Temen gw malah sering dijadiin tempat buat minjem duit. Minjemnya bahkan
cuma Rp 100.000. Buat makan gitu loh. Mereka ga berani minjem banyak karena
takut ga bisa bayar.
Ini benar-benar proyek yang tidak manusiawi. Para orang tua dan anak
Indonesia dijanjikan ketenaran dan kekayaan lewat sebuah ajang adu bakat di
televisi.
Mereka dikontrak ekslusif selama dua tahun oleh Indosiar. Namun tidak ada
jaminan hidup sama sekali.
Mereka hanya dibayar kalo ada manggung. Itu pun kecil sekali, dan tidak
menentu. Buruh pabrik yang gajinya Rp 900.000 jauh lebih sejahtera daripada
mereka.
Nah acara ini dan acara sejenis masih banyak, Pildacil juga begitu.
Kasian orang tua dan anak yang rela antre berjam-jam untuk sebuah penipuan
seperti ini.
Seorang anak pernah menangis tersedu-sedu saat tidak lolos dalam audisi
AFI. Padahal dia beruntung. Kalau dia sampai masuk, bisa dibayangkan betapa
dia akan
membuat orang tuanya punya utang yang melilit pinggang, yang tidak akan
terbayar sampai kontraknya habis.
mungkin ada yang tertarik buat ngangkat cerita itu ke media anda? Gw
punya nomer kontak mereka. Gaya hidup mereka yang kontras dengan image
publik kayanya menarik untuk diangkat. Ini juga penting agar anak-anak dan
orang tua di Indonesia kaga tertipu lebih banyak lagi.
kalo masih ngerasa kalo ini ane kasih linknya langsung
http://gilingantebu.wordpress.com/20...dosiar-tragis/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar