Pertanyaan ini dibagi dalam dua kategori. Adalah penting untuk mengingat bahwa ini bukanlah soal apakah Yesus berdosa atau tidak. Kedua belah pihak menerima, sebagaimana dikatakan dengan jelas oleh Alkitab, bahwa Yesus tidak berdosa. Pertanyaannya adalah apakah mungkin bagi Yesus untuk berdosa? Mereka yang berpegang pada ketidakmungkinan berdosa percaya bahwa Yesus tidak bisa berbuat dosa. Mereka yang berpegang pada kemungkinan berdosa percaya bahwa Yesus bisa saja berdosa namun tidak berdosa. Pandangan mana yang benar? Ajaran Alkitab yang jelas adalah bahwa Yesus tidak mungkin berdosa – Yesus tidak bisa berdosa. Kalau Yesus bisa berbuat dosa, sampai saat ini Dia masih tetap bisa berdosa karena Yesus memiliki esensi yang sama dengan ketika Dia masih berdiam di dalam dunia. Dia adalah Allah-manusia – dan akan selamanya demikian, memiliki keillahian dan kemanusiaan yang sempurna yang begitu menyatu dalam satu pribadi sehingga tidak dapat dibagi. Mempercayai bahwa Yesus dapat berbuat dosa sama saja percaya bahwa Allah dapat berbuat dosa. Kolose 1:19, “ Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia.” Kolose 2:9, “Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan.”
Sekalipun Yesus adalah manusia yang sempurna, Dia tidak dilahirkan dengan natur dosa sebagaimana kita dilahirkan. Jelas Dia dicobai sama seperti kita, yaitu pencobaan di tempatkan di hadapanNya oleh Iblis, namun Dia tetap tidak berdosa karena Allah tidak dapat berdosa. Hal itu adalah berlawanan dengan naturNya (Matius 4:1; Ibrani 2:18, 4:15; Yakobus 1:13). Berdasarkan definisinya dosa adalah pelanggaran terhadap hukum Allah. Allah menciptakan Taurat, dan Taurat itu secara natur adalah apa yang akan dilakukan dan tidak akan dilakukan Allah; oleh karena itu dosa adalah segala sesuatu yang tidak akan dilakukan Allah karena naturNya.
Pada dirinya sendiri dicobai bukanlah merupakan dosa. Seseorang bisa saja mencobai Anda dengan sesuatu yang Anda tidak inginkan, misalnya membunuh atau ambil bagian dalam tingkah laku seks yang tidak wajar. Anda mungkin sama sekali tidak berhasrat untuk ambil bagian dalam perbuatan ini, namun Anda tetap dicobai karena seseorang menempatkan kemungkinan untuk itu di hadapan Anda. Paling sedikit ada dua definisi dicobai:
1) Dicobai – mendapatkan tawaran dari seseorang atau sesuatu di luar diri Anda, atau dari natur Anda sendiri untuk melakukan dosa.
2) Dicobai – mempertimbangkan untuk ambil bagian dalam perbuatan dosa dan kenikmatan serta konsekwensi dari perbuatan itu sampai pada tahap di mana perbuatan tsb sudah terjadi dalam pikiran Anda.
Definisi pertama tidak menggambarkan tindakan/pikiran yang berdosa, definisi kedua menjelaskan hal itu. Ketika Anda terpaku pada perbuatan dosa dan mempertimbangkan bagaimana melakukannya dengan sukses, Anda telah melewati garis dosa. Yesus dicobai sebagaimana dalam definisi pertama, kecuali bahwa Dia tidak pernah dicobai oleh natur dosa karena Dia tidak memiliki natur dosa. Iblis menawarkan perbuatan-perbuatan dosa tertentu kepada Yesus, namun Yesus tidak memiliki keinginan dari diriNya sendiri untuk melakukan dosa itu. Jadi Dia dicobai sama seperti kita namun tetap tidak berdosa.
Mereka yang berpegang pada kemungkinan untuk berdosa percaya bahwa kalau Yesus tidak dapat berdosa, Dia tidak dapat betul-betul mengalami pencobaan, dan karena itu tidak dapat benar-benar berempati dengan pergumulan dan pencobaan-pencobaan kita. Kita harus mengingat bahwa untuk dapat memahami sesuatu, seseorang tidak harus secara langsung mengalaminya sendiri. Allah tahu segala-galanya tentang segala-galanya. Walaupun Allah tidak punya keinginan untuk berdosa, dan jelas tidak pernah berdosa – Allah tahu dan mengerti bagaimana rasanya dicobai. Yesus dapat berempati dengan pencobaan kita karena Dia mengetahui … bukan karena Dia telah “mengalami” segala yang kita alami.
Yesus tahu bagaimana rasanya dicobai, namun Dia tidak tahu bagaimana rasanya berbuat dosa. Hal ini tidak mencegah Yesus untuk menolong kita. Kita dicobai dengan dosa yang biasa dialami oleh orang (1 Korintus 10:13). Dosa-dosa ini secara umum dapat disarikan ke dalam tiga jenis: keinginan mata, keinginan daging dan keangkuhan hidup (1 Yohanes 2:16). Coba perhatikan pencobaan dan dosa Hawa, demikian pula pencobaan Yesus, maka Anda akan mendapatkan bahwa semua pencobaan tsb. berasal dari ketiga kategori ini. Yesus dicobai dalam segala cara dan bidang, sama seperti kita, namun tetap suci. Sekalipun natur kita yang sudah rusak mengakibatkan keinginan hati kita untuk ambil bagian dalam perbuatan dosa tertentu, kita memiliki kemampuan untuk mengatasi dosa karena kita bukan lagi budak-budak dosa namun adalah hamba-hamba Allah (Roma 6, khususnya ayat 2, dan 16-22).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar