Alkitab adalah sebuah
buku yang ajaib. Yaitu "Buku" di atas segala buku. Diperlukan waktu
sekitar 1600 tahun untuk menyelesaikannya, yang dimulai oleh nabi Allah yang
terbesar Musa dan diakhiri oleh rasul Yohanes. Namun baru diresmikan setelah berselang
300 tahun kemudian (397 M) di sebuah rapat dewan yang diadakan di Carthage,
Afrika Utara. Tak lama kemudian, Alkitab dikunci oleh Katholik. Hampir sepuluh
abad lamanya, yaitu dari abad ke-6 sampai abad ke-15, Alkitab tertutup rapat.
Zaman itu dalam sejarah disebut zaman kegelapan. Kegelapan menimpa umat manusia
disebabkan tertutupnya Alkitab yang mengandung terang ilahi.
Kemudian dalam
reformasi, Allah memakai Martin Luther untuk membukakan Alkitab. Pada waktu
yang sama, juga ditemukan cara mencetak yang memungkinkan pencetakan Alkitab.
Meskipun Alkitab telah terbukakan, namun belum terbuka sepenuhnya. Tetapi
syukur kepada Tuhan, selama 5 abad terakhir ini, Tuhan terus-menerus membukakan
firman-Nya melalui tokoh-tokoh rohani. Kita berdiri di atas bahu mereka dan
berterima kasih kepada mereka. Namun kita lebih bersyukur kepada Tuhan karena
sekarang Alkitab sudah begitu terbuka bagi kita, sehingga kita memperoleh
pelajaran-hayat yang berlimpah dari firman hidup ini.
HEMBUSAN ALLAH
Apakah Alkitab itu?
Kita tahu, kata "alkitab" berarti "buku". Buku apa? Alkitab
sendiri mengatakan, "Seluruh kitab suci adalah hembusan Allah" (2
Timotius 3:16 Tl.). Alkitab adalah hembusan Allah; bukan hanya perkataan atau
pikiran Allah, bahkan hembusan Allah sendiri. Yang kita hembuskan ialah nafas
kita, dan nafas ini dihembuskan oleh hakiki kita. Maka Alkitab sebagai hembusan
Allah adalah sesuatu yang dihembuskan oleh hakiki Allah sendiri. Alkitab
mengandung unsur Allah sendiri, segala hakiki Allah terkandung di dalam buku
ilahi ini. Allah itu terang, hayat, kasih, kuasa, hikmat, dan sebagainya. Dan
segalanya ini telah dihembuskan-Nya ke dalam Alkitab. Kapan saja kita membaca
buku ini dengan hati dan roh yang terbuka, niscayalah kita menyentuh sesuatu
yang kudus; bukan hanya pikiran-pikiran, pendapat-pendapat, pengetahuan,
kata-kata, atau kalimat-kalimat, bahkan sesuatu yang lebih dalam dari pada
segalanya ini, yakni kita menyentuh Allah sendiri.
ROH DAN HAYAT
Tuhan Yesus pernah
berkata bahwa perkataan-perkataan yang dikatakan-Nya adalah Roh dan Hayat
(Yohanes 6:63). Dapatkah kita membayangkan bahwa Alkitab, firman Allah itu
adalah Roh? Bukan hanya kata-kata hitam di atas putih saja, tetapi juga sesuatu
yang lebih tinggi, lebih dalam, lebih limpah, dan lebih kaya, yaitu Roh dan Hayat.
Alkitab mengatakan kepada kita bahwa. Roh itu ialah Allah sendiri (Yohanes
4:24) dan Hayat itulah Kristus (Yohanes 14:6). Papi tidak mengatakan bahwa
Alkitab adalah Allah sendiri, tetapi menurut Tuhan Yesus, firman dalam Alkitab
itu adalah Roh dan Roh adalah Allah sendiri. Tuhan itulah hayat terhadap kita.
Jika kita membaca firman ini dalam kedudukan yang benar, dengan hati dan roh
yang terbuka, niscaya kita menjamah Allah sendiri dan menerima hayat.
Pada saat kita datang
ke hadapan firman ilahi ini, hampir seluruh diri kita tersangkut. Kita harus
menghampiri-Nya dengan hati yang mencari Allah, dengan pikiran yang jernih,
tenang, dan dengan roh yang terbuka. Jika terhadap Tuhan dan firman-Nya, kita
membuka roh kita, tentulah kita akan menyentuh Tuhan sendiri yang ada di balik
huruf-huruf ini. Jadi bukan hanya persoalan membaca, mengerti, atau mencari
dengan hati kita, tetapi juga persoalan menyentuh Allah dalam roh kita. Jika
kita menggunakan seluruh diri kita demikian, kita tidak hanya akan mendapat wahyu,
tetapi juga unsur-unsur ilahi yang terwahyukan dan tersalurkan oleh firman-Nya
itu tertransmisikan ke dalam roh kita. Efesus 6:17-18 mengatakan bahwa: "terimalah...
firman Allah dengan segala doa dan permohonan..." Kita menerima firman
Allah tidak hanya dengan membaca dan mempelajari, tapi juga dengan segala doa
dan permohonan. Jadi kita membaca dan mempelajari Alkitab dengan doa; yaitu
melatih roh kita menyentuh Tuhan dengan mendoa-bacakan firman kudus ini.
WAHYU POKOK DALAM ALKITAB
Alkitab terutama mewahyukan hayat. Hayat merupakan
fokus dari seluruh Alkitab. Namun apakah hayat? Atau, siapakah hayat itu?
Jawabannya terdapat dalam firman Tuhan Yesus. Ia berkata, "Akulah
hayat" dan "Aku datang supaya kamu memperoleh hayat.". Alkitab
mewahyukan Kristus sebagai hayat. Setiap kali kita menghampiri Alkitab, kita
harus menyadari bahwa kita datang untuk menyentuh Kristus sebagai hayat kita.
Alkitab merupakan kitab hayat, dan hayat ini tak lain
adalah diri Kristus Yesus sendiri, persona yang kudus dan hidup itu. Dia adalah
bagian kita. Bila kita membaca Alkitab, kita harus dapat menyentuhnya. Jangan
ulangi sejarah orang-orang Yahudi yang sangat kasihan, mereka menyelidiki
Alkitab karena mengira di dalamnya ada hayat, namun tak mau datang kepada Tuhan
Yesus (Yohanes 5:39-40). Jangan membaca Alkitab tanpa menyentuh Tuhan. Setiap
kali kita membuka Alkitab, kita harus berkata, "Tuhan Yesus, Engkau harus
ada di sini. Ini bukan buku semata, melainkan wahyu-Mu sendiri. Aku tak mau
membaca buku ini tanpa menyentuh-Mu. Aku tak mau mendengar sesuatu dari buku
ini tanpa mendengar-Mu. Aku tak mau membaca buku ini tanpa melihat-Mu. Aku
senang memandang wajah-Mu. Aku gemar melihat. Engkau dari tulisan-tulisan ini.
O, Tuhan Yesus, terangilah dan urapilah setiap firman-Mu, sehingga aku dapat
menyentuh-Mu." Kita perlu roh semacam ini untuk menyentuh firman hidup
ini.
Setelah manusia diciptakan, manusia ditempatkan di
depan dua pohon di taman Eden; yang satu pohon hayat, dan yang lainnya pohon
pengetahuan. Jika manusia memakan buah pohon hayat, ia akan menerima hayat
ilahi Allah yang diwujudkan sebagai pohon hayat. Tetapi manusia tertipu dan
makan buah pohon pengetahuan (yang mengacu kepada sumber yang bukan Allah yaitu
Iblis/Satan). Akibatnya adalah maut. Sama prinsipnya dengan menyentuh Alkitab.
Kita dapat menjadikan Alkitab sebagai buku hayat bila menjamahnya demi
menggunakan roh kita; dengan berdoa kepada Tuhan kita dapat menerima-Nya
sebagai hayat melalui firman-Nya. Atau sebaliknya, kita dapat menjadikan
Alkitab buku pengetahuan demi pikiran kita, dan mencari pengetahuan belaka.
Cara ini mendatangkan kematian dan bukannya kehidupan. Dua Korintus 3:6
memperingatkan kita bahwa "hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh
menghidupkan". Jangan menjadikan Alkitab sebagai kitab huruf yang
mematikan. Melainkan sentuhlah Roh Tuhan yang di dalamnya, sehingga menjadi roh
dan hayat bagi kita.
FUNGSI-FUNGSI LAIN DARI ALKITAB
Masih ada beberapa ayat yang mengatakan bahwa Alkitab
mempunyai beberapa macam fungsi lain. Alkitab mengandung hikmat yang menuntun
kita kepada keselamatan (2 Timotius 3:15). Alkitab mempunyai fungsi
berkembangbiak dari benih. Melalui firman Allah kita dapat dilahirkan kembali
(1 Petrus 1:23). Setelah kita dilahirkan kembali, Alkitab seperti susu dan
makanan yang merawat dan menumbuhkan kita di dalam Tuhan (1 Petrus 2:2; Matius
4:4). Sebab itu kita harus makan firman Tuhan (Yeremia 15:16), yaitu makan
firman dengan menggunakan roh kita.
Alkitab juga memberikan pengajaran terbaik bagi kita
dan menyempurnakan orang-orang milik Allah (Roma 15:4; 2 Timotius 3:16-17).
Jika kita, kaum milik Allah, ingin disempurnakan, kita pasti akan menerima
penyempurnaan melalui firman kudus-Nya.
PERJANJIAN LAMA
Alkitab terdiri atas Perjanjian Lama dan Perjanjian
Baru. Perjanjian Lama terutama menubuatkan tentang Kristus. Kristus yang akan
datang itu dilukiskan dengan kata-kata yang jelas, bayang-bayang,
lambang-lambang, serta berbagai tanda-tanda dan nubuat-nubuat lain.
Dalam Lukas 24 Tuhan Yesus dua kali berkata bahwa
Perjanjian Lama menuliskan tentang Dia (ayat 27, 44). Perjanjian Lama dapat
dibagi menjadi 3 pokok utama: kitab-kitab Musa (mengacu kepada Taurat), para
nabi, dan Mazmur. Tuhan sendiri berkata bahwa setiap bagian dari Perjanjian
Lama menuliskan sesuatu tentang Dia. Dalam Yohanes 5:39 Tuhan juga berkata
bahwa Perjanjian Lama adalah suatu kesaksian bagi-Nya. Dalam Ibrani 10:7 Ia
berkata, "Dalam gulungan kitab (yakni Perjanjian Lama) ada
tertulis tentang Aku." Jadi Perjanjian Lama terutama menubuatkan
Kristus sebagai segala sesuatu terhadap umat Allah.
KITAB KEJADIAN
Sekarang marilah kita memulai pelajaran hayat kitab
Kejadian. Judul asli buku ini ialah "Pada mulanya" terjemahan
Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani "Septuagint," mengambil
nama Genesis (Kejadian) dari bahasa Latin yang berarti kelahiran atau
asal mula. Kejadian mendatangkan kelahiran bagi segala sesuatu, memberi
permulaan bagi segalanya. Kejadian adalah sebuah kitab yang mengandung
benih-benih kebenaran ilahi. Semua kebenaran ilahi dalam seluruh Alkitab
tertanam dalam kitab ini.
I. SKETSA UMUM
Setiap kitab dalam Alkitab mempunyai sketsa umum, dan
sketsa kitab Kejadian ialah:
Allah menciptakan, Iblis merusak, manusia jatuh,
dan Yehova menjanjikan keselamatan.
Jangan lupakan butir ini!
Meskipun kitab Kejadian terdiri atas 50 pasal, namun
sangat sederhana sekali; karena hanya terbagi dalam 3 bagian. Bagian pertama
ialah pasal 1 dan 2; bagian kedua ialah pasal 3 sampai 11; dan bagian ketiga
ialah pasal 12 sampai 50. Setiap bagian dimulai dengan sebuah nama. Nama-nama
pada bagian pertama dan ketiga sangat baik sekali, tetapi nama pada bagian
kedua tidak. Pada bagian pertama terdapat "Allah", pada bagian kedua
terdapat "ular", dan pada bagian ketiga terdapat "Yehova"
(TUHAN). Allah menciptakan, ular merusak, dan Yehova memanggil.
Apa yang diciptakan Allah? Langit dan bumi. Bukan itu
saja. Pada akhirnya Allah menciptakan manusia, karena langit untuk bumi, bumi
untuk manusia, dan manusia untuk Allah. Setelah penciptaan Allah, ular si licik
datang menyelinap untuk merusak. Dia benar-benar telah merusak ciptaan Allah.
Perusakannya berawal dengan pemberontakan dan berakhir dengan pemberontakan
pula. Pasal 11 menunjukkan pemberontakan ras yang jatuh telah mencapai puncaknya,
sudah tak tertolong lagi. Tetapi haleluya! Masih ada harapan, karena Allah
datang memanggil Abraham untuk memulai suatu permulaan baru. Allah menciptakan,
ular merusak, tetapi Yehova memanggil.
Di bagian manakah Mami berada? Papi dapat bersaksi
bahwa beberapa tahun yang lalu Papi berada di bagian kedua, namun hari ini Papi
berada di bagian ketiga. Beberapa tahun yang lalu Papi telah dirusak oleh ular,
tetapi sekarang Papi adalah orang yang dipanggil oleh Yehova.
Dua pasal pertama mencantumkan penciptaan Allah,
kemudian dalam keempat puluh delapan pasal berikutnya mencantumkan riwayat
hidup delapan tokoh penting. Empat orang dari golongan pertama ialah: Adam,
Habel, Henokh, dan Nuh. Empat orang golongan kedua ialah: Abraham, Ishak,
Yakub, dan Yusuf. Setiap golongan termasuk kaum yang berbeda. Golongan pertama
termasuk keturunan Adam. Golongan kedua termasuk keturunan Abraham. Dalam kitab
Kejadian terdapat 2 bapa yaitu Adam, bapa kaum tercipta; dan Abraham, bapa kaum
terpanggil.
Mami termasuk dalam kaum tercipta atau terpanggil?
Semua orang terpanggil adalah anak-anak Abraham. Galatia 3 mengatakan bahwa
siapa saja yang percaya kepada Yesus Kristus adalah anak Abraham (ayat 7, 29).
Haleluya! Dahulu kita tercipta, tetapi sekarang kita terpanggil. Satu Korintus
1:24 mengatakan, bagi orang-orang yang terpanggil Kristus itulah kekuatan dan
hikmat Allah. Kita bukan lagi kaum tercipta, melainkan kaum terpanggil untuk
selama-lamanya, terpanggil untuk memiliki dan menikmati Kristus.
II. POKOK PIKIRAN
Setiap kitab dalam Alkitab mempunyai pokok pikiran.
Pokok pikiran kitab Kejadian ialah:
Kristus adalah pengharapan dan keselamatan manusia
yang telah jatuh, dan Allah akan melalui Kristus membuat manusia yang telah
jatuh ini menggenapkan kehendak-Nya.
Bila kita betul-betul mengerti kitab Kejadian, kita
akan mengetahui bahwa kitab ini menyatakan Kristus sebagai pengharapan dan
keselamatan manusia yang telah jatuh. Melalui Kristus, Allah hendak membuat
manusia yang telah jatuh mampu menggenapkan kehendak-Nya.
Kristus adalah inti kitab Kejadian, dan Kristus
adalah hayat orang-orang yang telah dipulihkan-Nya dari kejatuhan. Mengapa 2
pasal pertama kitab ini berisikan catatan demikian mengenai penciptaan? Mengapa
pula pada 48 pasal berikutnya berisikan riwayat hidup 8 orang itu? Kita
memerlukan pengertian yang mendalam. Dua pasal pertama seolah-olah berisikan
catatan mengenai penciptaan, tetapi ini masih di permukaan; dasar pikirannya
terpusat pada hayat. Kedua pasal ini adalah catatan mengenai hayat. Kalau
dijadikan catatan mengenai penciptaan, tentunya terlalu sederhana dan singkat
sekali. Dalam Kejadian 1 dan 2, Allah tidak bermaksud mencatat tentang
penciptaan, melainkan mewahyukan hayat.
Perhatikan pasal-pasal ini. Mula-mula Allah
menciptakan alam semesta, dan alam semesta ini telah dirusak, kacau-balau,
hampa, dan kelam. Kemudian Roh Allah datang untuk menghasilkan hayat. Segera
setelah Roh Hayat, datanglah terang, yang juga untuk menghasilkan hayat.
Setelah itu diciptakan-Nya cakrawala, pemisah air kematian. Kemudian muncullah
daratan dari air kematian. Munculnya daratan itu adalah untuk menghasilkan
hayat, sehingga segera dihasilkan berbagai jenis hayat tanaman. Setelah itu
terdapat hayat hewan di dalam air, hayat manusia; kemudian disusul oleh hayat
ilahi yang dilambangkan sebagai pohon hayat. Jelaslah terlihat bahwa kedua
pasal tersebut bukanlah catatan mengenai penciptaan, melainkan catatan mengenai
hayat.
Bagaimana mengenai riwayat hidup kedelapan orang
tadi? Bila kita teliti sekali lagi kitab Kejadian, kita akan merasa heran
karena riwayat hidup tersebut sedikit sekali menyinggung pekerjaan mereka; yang
dicatat sebagian besar mengenai hayat mereka, kehidupan mereka, dan perjalanan
mereka beserta Allah. Alkitab tidak begitu menyinggung mengenai apa yang
dikerjakan Adam, tetapi menjelaskan berapa lama Adam hidup, yaitu 930 tahun.
Jika kita menulis riwayat hidup Adam, kita memerlukan ratusan halaman untuk
bercerita mengenai pekerjaan dan perilakunya. Tetapi kitab Kejadian hanya
menceritakan bagaimana Adam hidup di hadirat Allah.
Mari kita lihat Habel dan Henokh. Kitab Kejadian
menceritakan apa pun mengenai Henokh kecuali mengenai ia hidup bergaul dengan
Allah, dan kemudian diangkat oleh Allah. Sungguh menakjubkan. Papi benar-benar
mengharapkan dapat menjadi seorang yang demikian, yaitu tidak mengerjakan apa
pun, dan tidak menjadi apa pun, hanya hidup bergaul dengan Allah, sampai pada
suatu hari, Papi diangkat bersama-Nya untuk beserta dengan-Nya.
Mungkin Mami bertanya, bukankah Nuh mengerjakan
sesuatu? Benar, namun bukan menurut kehendaknya atau bagi dirinya sendiri.
Segala sesuatu dikerjakannya menurut wahyu Allah dan bagi kehendak Allah. Kita
teruskan melihat Abraham, Ishak, Yakub, dan Yusuf. Sulit sekali kita mengetahui
pekerjaan yang dilakukan baik oleh Abraham, Ishak, dan Yakub. Seolah-olah
Yusuf, putra Yakub ini melakukan sesuatu, tapi jika kita mengenal pencatatan
Alkitab, kita niscaya mengerti bahwa pekerjaan Yusuf adalah bagian dari
pemerintahan hayat Yakub. Yusuf memerintah bagaikan raja.
Pada hakekatnya, kitab Kejadian bukanlah kitab
mengenai penciptaan ataupun riwayat hidup, melainkan merupakan suatu kitab
hayat. Allah menggunakan catatan penciptaan untuk menyatakan perihal hayat.
Melalui riwayat hidup kedelapan orang inilah Allah menunjukkan betapa Dia
membutuhkan sesuatu hayat untuk merampungkan kehendak-Nya. Dalam kitab ini,
yang terakhir ialah kehidupan Yakub yang disebut Israel, Pangeran Allah. Maksud
hati Allah ialah memperoleh Israel. Kita perlu dibawa ke tempat Allah
menganggap kita sebagai Israel-Nya. Ini mutlak adalah persoalan hayat. Karena
itu, Kejadian berintikan hayat, dan hayat ini adalah Kristus sendiri.
III. ISI
Sekarang marilah kita menilik isi kitab Kejadian
A. KEINGINAN DAN TUJUAN ALLAH (1:1-2:3)
Penciptaan Allah bukan hanya untuk merampungkan kehendak-Nya
dan menggenapkan tujuan-Nya, tetapi juga untuk menyatakan maksud-Nya di dalam
alam semesta dan menunjukkan tujuan-Nya dalam kekekalan. Segala sesuatu yang
kita perbuat menyatakan keinginan kita. Meskipun kita tidak banyak berbicara,
namun dari apa yang kita perbuat ternyatalah keinginan kita. Ketika Allah
menciptakan langit dan bumi, menciptakan berbagai ragam makhluk, bahkan
menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya sendiri dan memberinya kuasa
atas segala sesuatu yang tercipta, tentunya Dia mempunyai suatu tujuan. Dari
ciptaan-Nya kita tahu bahwa Allah mempunyai satu keinginan dan tujuan.
1. Ciptaan Allah Sebermula -1:1
a. Motivasi
Menurut Efesus 1:5,9 motivasi penciptaan Allah yang
sebermula ialah kerelaan (perkenan) kehendak-Nya. Allah melaksanakan
penciptaan-Nya yang sebermula untuk memenuhi keinginan-Nya dan memuaskan
kegemaran-Nya. Dia senang dan suka menciptakan, karena itu, Ia melakukan-Nya
untuk menyenangkan diri-Nya.
b. Tujuan
Tujuan Allah dalam penciptaan-Nya ada dua aspek; Pertama
dalam penciptaan-Nya Allah bertujuan memuliakan Putra-Nya (Kolose 1:15-19).
Meskipun dalam Kejadian 1 dan 2 kita tidak menemukan istilah Putra Allah atau
nama Kristus, tetapi kita ketahui dari Roma 5:14 bahwa Adam adalah gambaran
dari Kristus yang akan datang. Adam diciptakan menurut gambar Allah, inilah
corak Kristus. Dalam Adam kita nampak sesuatu dari Kristus. Tujuan Allah dalam
penciptaan-Nya ialah memuliakan Putra-Nya, Yesus Kristus.
Kedua, penciptaan itu menyatakan Allah sendiri.
Langit dan bumi membuat kita mengetahui sesuatu mengenai Allah, dan pada
manusia kita melihat sesuatu mengenai Allah. Allah dinyatakan melalui manusia
terutama melalui Putra-Nya, yaitu Kristus. Kristus ialah perwujudan Allah
(Kolose 2:9). Ketika Kristus dimuliakan dalam rupa manusia di tengah-tengah
ciptaan Allah, Allah pun dinyatakan.
Mengapa Allah menciptakan langit? Apa tujuan-Nya?
Kalau kita baca baik-baik isi Alkitab, kita akan tahu bahwa langit diciptakan
untuk bumi; para ahli dan sarjana pun dapat membuktikan hal ini. Sedemikian
banyaknya benda-benda di langit hanyalah untuk bumi; misalnya sinar matahari,
air, dan lain sebagainya. Lalu untuk apakah bumi? Menurut Alkitab, bumi adalah
untuk amnusia. Zakharia 12:1 mengatakan bahwa Allah membentangkan langit dan
meletakkan dasar bumi, bumi untuk manusia, dan manusia untuk Allah. Allah
menciptakan manusia sebagai satu wujud yang korporat untuk menampung Dia,
mengekspresikan Dia, dan memuliakan Dia.
c. Dasar
Dasar penciptaan Allah ialah kehendak dan rencana
Allah (Efesus 1:10). Wahyu 4:11 dengan jelas memberi tahu kita bahwa segala
sesuatu diciptakan menurut kehendak Allah. Allah mempunyai satu kehendak dan
menurut kehendak ini Ia merencanakan. Menurut kehendak dan rencana ini Ia
menciptakan segala sesuatu.
d. Sarana
Sarana penciptaan Allah ialah Putra Allah (Kolose
1:15-16; Ibrani 1:2b) dan firman Allah (Ibrani 11:3; Yohanes 1:1-3). Alkitab
mengatakan dengan jelas bahwa Allah melalui Kristus sebagai Putra Allah dan
sebagai firman Allah, menciptakan langit dan bumi. Putra Allah dan firman Allah
adalah satu.
Kita semua harus mengenal bahwa tujuan Allah yang
kekal, yang inti, adalah untuk Putra-Nya yaitu Kristus. Alkitab mengatakan,
ketika Allah menciptakan langit dan bumi serta segala isinya, Ia melakukannya
melalui Kristus, juga berdasarkan Kristus. Segala sesuatu yang diciptakan
melalui Kristus, berdasarkan Kristus, bahkan dipandang dari makna tertentu juga
diciptakan di dalam Kristus. Sejak saat penciptaan, segala sesuatu
mempertahankan eksistensinya dalam Kristus. Kristus adalah pusat (poros) yang
mengendalikan setiap bagian jagat raya.
Ibrani 1:3 mengatakan bahwa Kristus menopang segala
sesuatu dengan firman kuasa-Nya, dan Kolose 1:17 mengatakan bahwa segala
sesuatu berada di dalam Kristus. Kelihatannya bumi tidak bergantung pada apa
pun, tetapi sebenarnya ia ditopang oleh Kristus. Jika salah satu dari
planet-planet menyimpang sedikit dari orbitnya, maka akan terjadi suatu
benturan yang dahsyat. Tetapi Tuhan menopang, mengendalikan, dan menggerakkan
segalanya. Haleluya! Mengapa Kristus menopang, mengendalikan dan menggerakkan
segalanya? Dia melakukan ini untuk kemuliaan-Nya, dan untuk Tubuh-Nya. Jika
langit runtuh dan bumi jatuh, bagaimana dengan kita? Dan di mana Tubuh itu akan
terwujud? Kita memiliki bumi yang sangat indah, yang di atasnya kita dapat
tinggal dan bergerak, kita juga mempunyai langit yang bermanfaat bagi kita.
Kita perlu sinar matahari, langit memberikannya. Kita perlu hujan, hujan turun.
Kita perlu udara, juga ada. Di sekitar bulan tidak ada udara, tetapi di sekitar
bumi ada cakrawala yang mengandung udara. Langit bermanfaat bagi bumi, bumi
untuk kita, dan kita untuk Tubuh, bahkan kita adalah Tubuh itu sendiri. Kristus
mengasihi Tubuh. Bagi Tubuh-Nya, Ia menopang mengendalikan, dan menggerakkan
seluruh alam semesta. Haleluya!
e. Proses
Ayub 38:4-7 mewahyukan proses penciptaan Allah.
Langit dan segala malaikat diciptakan lebih dulu. Bumi, dan mungkin beberapa
jenis makhluk yang lain, diciptakan kemudian. Kita katakan "mungkin"
karena tak ada perkataan yang jelas mengenai hal ini. Kita mengambil kesimpulan
dari beberapa bagian firman ini. Ayub 38:4-7 mengatakan, ketika Allah
mengalaskan bumi, bintang-bintang dan para malaikat (anak-anak Allah) sudah
ada. Ini membuktikan bahwa langit beserta segala bintang dan malaikat
diciptakan lebih dulu, kemudian baru diciptakan bumi.
(1) Pada Mulanya
Marilah kita melihat ayat pertama dari pasal pertama.
"Pada mulanya...". Dalam Alkitab kata "Pada mulanya"
dipakai dalam dua cara, yang pertama terdapat pada Kejadian 1:1 dan yang kedua
pada Yohanes 1:1. "Pada mulanya" yang disinggung dalam Yohanes 1:1
terjadi lebih dulu daripada yang disebut dalam Kejadian. "Pada
mulanya" dalam kekekalan, yaitu permulaan yang tanpa awal. "Pada
mulanya" yang dinyatakan dalam Kejadian 1 adalah permulaan waktu yang
dimulai sejak penciptaan Allah. Yang di dalam Yohanes berkenaan dengan
kekekalan, sedangkan yang di dalam Kejadian berkenaan dengan waktu.
(2) Allah Menciptakan
Pada mulanya
Allah menciptakan. Sungguh menarik sekali, pada bahasa aslinya dalam kalimat
ini tercantum pokok kalimat "Allah" dalam bentuk jamak, dan
berpredikat "menciptakan" dalam bentuk tunggal. Apakah ini berarti
ada banyak Allah? Jelaslah bahwa hal ini merupakan benih ketritunggalan. Allah
itu esa, tetapi Ia tritunggal. Di dalam pasal yang sama (ayat 26), Dia menyebut
diri-Nya sendiri "Kita". Berfirmanlah Allah, "Baiklah Kita
menjadikan manusia." Allah itu tunggal, tetapi Ia mempunyai kata
pengganti "Kita". Hal ini tak dapat kita jelaskan. Allah itu esa,
tapi tritunggal. Allah tritunggal datang untuk menciptakan.
Dalam Kejadian pasal 1 dan 2, dipakai 3 kata kerja
yang berbeda mengenai ciptaan Allah dan penciptaan pemulihan-Nya, yaitu
menciptakan (create), membuat (make), membentuk (form). Arti
"menciptakan" ialah mengadakan sesuatu dari yang tidak ada. Hanya
Allah yang dapat menciptakan, sedangkan kita tidak. Kita hanya dapat membuat.
Arti "membuat" ialah menghasilkan suatu barang baru dari sesuatu yang
telah ada. Pada hari pertama Allah tidak menjadikan terang, begitu juga pada
hari ketiga Ia tidak menjadikan daratan, karena terang sudah ada, sedangkan
daratan tergenang air yang dalam. Pada hari pertama Allah tidak menciptakan,
tetapi memberi perintah. Allah berfirman "Jadilah terang." Lalu
terang itu jadi. Pada hari yang ketiga Allah memerintahkan daratan yang
tergenang itu keluar dari air kematian. Ini bukan menciptakan, melainkan
membuat. Kemudian Allah membuat tubuh manusia, inilah "pembentukan".
Allah membentuk manusia dari debu tanah.
Penciptaan Allah terdapat dalam ayat 1 dan penciptaan
pemulihan Allah dimulai pada ayat 3. Tidak dikatakan bahwa Allah membuat langit
atau membentuk bumi, melainkan dikatakan, "Allah menciptakan langit dan
bumi."
(3) Ciptaan Membuktikan Keberadaan Allah
Ciptaan menceritakan kemuliaan Allah dan membuktikan
bahwa Allah itu ada. Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala
menunjukkan perbuatan tangan-Nya (Mazmur 19:1-2). Meskipun kuasa ilahi dan
sifat ilahi Allah tidak kelihatan, tetapi manusia dapat memahaminya dari
benda-benda yang telah dijadikan-Nya. Sehingga mereka tidak dapat berdalih
(Roma 1:20). Tengoklah ciptaan-Nya; bagaimana mungkin kita berkata, tidak ada
Allah!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar