Minggu, 05 Desember 2010

Tinggal di dalam Tuhan (1)

1 Yohanes 1:3
“Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamu pun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus.”


“Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh. 15:4-5).
Ada di dalam Tuhan berbeda dengan tinggal di dalam Tuhan. Ada di dalam Tuhan adalah perkara keselamatan, tetapi tinggal di dalam Tuhan adalah perkara persekutuan. Begitu kita beroleh selamat, kita langsung ada di dalam Tuhan, tetapi ini tidaklah cukup. Kita masih perlu tinggal di dalam Tuhan, barulah ada persekutuan dengan Tuhan. Harus tidak ada sekatan dengan Tuhan, barulah bisa tinggal di dalam Tuhan.
Kelihatannya, hari ini kita selalu ingin bergerak, melakukan banyak hal bagi Tuhan, makin banyak makin baik. Kita mengira dengan berbuat demikian, kita sedang memuliakan Tuhan. Kita tidak dapat duduk tenang di depan Tuhan. Begitu banyak perkara menarik perhatian kita, begitu banyak hal memenuhi hati dan pikiran kita, seingga kita tidak henti-hentinya bergerak. Kita tidak rela berhenti untuk sesaat. Namun, seorang yang rohani tahu cara untuk tetap berdiri, yaitu harus bisa diam di hadirat Tuhan. Saudara saudari terkasih, bisakah kita berhenti dan diam sejenak di hadapan-Nya?

Tinggal di dalam Tuhan (2)
Yoh. 15:4; 1 Yoh. 1:3

Yohanes 15:4, “Tinggallah di dalam Aku ….” Perkataan yang sering kita dengar ini mengingatkan kita bahwa Allah telah menempatkan kita di dalam Kristus. Kini kita telah berada di sana dan kita diberitahu untuk tinggal di sana.
Tinggal di dalam Tuhan adalah perkara dalam hidup sehari-hari, bukan hanya saat berada dalam pertemuan ibadah, atau saat kita sedang berdoa. Setiap hari, setiap saat, kita harus tinggal di dalam Tuhan. Jika kita ingin menjadi saluran berkat-Nya, jika kita ingin benar-benar melayani Dia, maka kita perlu memperhatikan hal ini.
Kita perlu membayar harga agar kita bisa terus menerus tinggal di dalam Tuhan. Kita perlu meluangkan waktu lebih banyak di depan Tuhan. Kita juga harus taat semua pengaturan-Nya, taat urapan-Nya, tanpa mendebat dan membela diri. Demikianlah, kita makin hari akan menjadi orang yang makin dalam.
Tidak ada satu pun dari perkara-perkara yang dangkal bisa menanggapi perkara-perkara yang dalam, hanya dari batin yang dalam yang bisa memenuhi keperluan batin orang-orang lain. Jika kita ingin menolong mereka yang sedang berada dalam air bah, kita sendiri haruslah orang-orang yang telah mengatasi air bah. Sudahkah kita mengalami penanggulangan dari Allah secara tersembunyi atau apakah justru yang orang lihat pada diri kita sudah menunjukkan semua yang kita miliki? Banyak di antara kita adalah orang-orang yang dangkal, yang bertumbuh hanya di permukaan saja, tanpa ada persediaan di dalam (tidak berakar). Jika kita adalah orang-orang yang hidup di permukaan, kita mungkin bisa membantu orang lain, tetapi kebahagiaan yang kita berikan kepada mereka akan segera lewat. Kita tidak akan benar-benar mampu memenuhi kebutuhan mereka.
Paulus memiliki rahasia yang ia simpan selama empat belas tahun, yang merupakan hasil persekutuannya dengan Tuhan, dan pada akhirnya menjadi bantuan saat ia menyingkapkan rahasia tersebut! Ketika kita menemukan Allah berbicara kepada kita dari kedalaman batin kita, maka kita memiliki mustika yang tersembunyi yang bisa dibagikan kepada orang lain pada saat mereka sedang diuji.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar