Rabu, 26 Januari 2011

Kisah Para Rasul (13)

Latar Belakang Saulus
Kisah Para Rasul 9:1a
Sementara itu berkobar-kobar hati Saulus untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan.



Ayat Bacaan: Kis. 9:1; 22:3, 25-28; Flp. 3:5; 2 Tim. 2:20-21


Saulus, seorang yang menyetujui pembunuhan Stefanus adalah orang muda dengan pendirian yang sangat kuat. Dia lahir di Tarsus, sebuah kota berbudaya tinggi, dan menerima pendidikan Yunaninya di universitas di sana. Orang tua atau nenek moyangnya mungkin telah menjadi warga negara Roma, dan Saulus sendiri terlahir sebagai seorang Roma (Kis. 22:25-28). Dalam Kisah Para Rasul 22:3 ia mengatakan bahwa ia “dididik dengan teliti di bawah pimpinan Gamaliel dalam hukum nenek moyang kita.” Ini menunjukkan bahwa ia menerima pendidikan agamanya dari Gamaliel, seorang guru besar. Saulus diajar menurut agama Ibrani, ia terlatih dalam kebudayaan Yunani, dan ia adalah seorang warga negara dari Kekaisaran Romawi. Oleh karena itu, Saulus memiliki tiga ganda kelayakan—dalam kebudayaan Yunani, agama Ibrani, dan politik Roma.
Jika kita melihat tiga ganda kelayakan Saulus, maka kita akan menyadari betapa Tuhan itu berdaulat dan mengenal segala sesuatu. Stefanus kelihatannya lebih terpelajar daripada Petrus dan Yohanes, para nelayan Galilea yang tidak terpelajar. Tetapi Stefanus tidak secakap Saulus dalam tiga unsur kebudayaan Barat. Dalam Filipi 3:5 Saulus menggambarkan dirinya sendiri sebagai “seorang Ibrani asli,” karena ia lahir sebagai seorang Ibrani dan sangat terdidik dalam agama Ibrani. Tidak ada lagi yang selayak Saulus untuk mengemban amanat membawa ekonomi Perjanjian Baru Allah kepada orang-orang bukan Yahudi.
Ekonomi Perjanjian Baru Allah adalah suatu pekerjaan yang mulia, dan pekerjaan ini masih belum selesai, masih memerlukan bejana-bejana yang tepat. Hari ini Allah membutuhkan lebih banyak Paulus di zaman ini, yaitu orang-orang yang mengasihi Allah, memperhatikan pendidikan, dan membangun karakter yang baik. Karena itu, kita perlu menetapkan hati untuk mengasihi Allah, mengejar pendidikan, dan membangun karakter yang baik. Setiap hari kita perlu menyucikan diri kita dari hal-hal yang jahat, sehingga kita dapat menjadi bejana untuk maksud yang mulia (2 Tim. 2:21). Dengan demikian, ekonomi Perjanjian Baru Allah akan dapat dirampungkan di zaman ini.


Menganiaya Pengikut Jalan Tuhan

Kisah Para Rasul 9:1b-2
Ia menghadap dan meminta surat kuasa dari padanya untuk dibawa kepada majelis-majelis Yahudi di Damsyik, supaya, jika ia menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikuti Jalan Tuhan, ia menangkap mereka dan membawa mereka ke Yerusalem.


Ayat Bacaan: Kis. 8:3; 9:1-2; 2 Pet. 2:2, 15, 21; 1 Yoh. 5:19; Mat. 5:10


Sebelum Tuhan mendapatkan Saulus, ia didapatkan oleh Iblis. Iblis juga menghasut Saulus untuk mengambil pimpinan dalam menganiaya para pengikut Yesus. Dia berusaha membinasakan gereja, dia memasuki rumah demi rumah dan menyeret semua orang Kristen serta menyerahkan mereka untuk dimasukkan ke dalam penjara (Kis. 8:3)
Saulus tidak puas dengan menganiaya kaum beriman di Yerusalem. Ia pergi kepada Imam Besar dan, “meminta surat kuasa untuk dibawa kepada rumah-rumah ibadat Yahudi di Damsyik, supaya, jika ia menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikuti Jalan Tuhan, ia dapat menangkap mereka dan membawa mereka ke Yerusalem” (Kis. 9:2). Di sini Jalan Tuhan menunjukkan keselamatan Tuhan yang sempurna dalam ekonomi Perjanjian Baru Allah. Ini adalah jalan Allah untuk membagikan diri-Nya ke dalam kaum beriman melalui penebusan Kristus dan pengurapan Roh itu; ini adalah jalan kaum beriman berbagian dalam Allah dan menikmati Allah; ini adalah jalan kaum beriman menyembah Allah di dalam roh mereka dengan menikmati Dia, dan mengikuti Yesus yang teraniaya dengan menjadi satu dengan-Nya; dan ini adalah jalan mereka dibawa ke dalam gereja dan dibangun menjadi Tubuh Kristus untuk memikul kesaksian Yesus. Jalan Tuhan ini mencakup jalan kebenaran, dan jalan yang benar (2 Pet. 2:2, 15, dan 21). Jalan kebenaran adalah jalan kehidupan Kristen menurut kebenaran, yang adalah realitas dari isi Perjanjian Baru (1 Tim. 2:4; 3:15; 4:3; 2 Tim. 2:15, 18; Tit. 1:1).
Seringkali dalam pengalaman kita, begitu kita menempuh jalan kebenaran ini, maka segera akan datang penganiayaan. Mengapa? Seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat (1 Yoh. 5:19) dan dipenuhi dengan ketidakbenaran. Setiap aspek dunia adalah tidak benar. Jika kita lapar dan haus akan kebenaran (Mat. 5:6), kita akan dianiaya karena kebenaran. Ini menunjukkan bahwa kita perlu membayar harga untuk kebenaran yang kita tuntut bagi Kerajaan Surga. Jika kita mencari kebenaran dengan membayar harga, Kerajaan Surga akan menjadi milik kita. Berbahagialah mereka yang dianiaya karena kebenaran, sebab merekalah yang empunya Kerajaan Surga (Mat. 5:10).


Mengapa Engkau Menganiaya Aku?

Kisah Para Rasul 9:3-4
Dalam perjalanannya ke Damsyik, ketika ia sudah dekat kota itu, tiba-tiba cahaya memancar dari langit mengelilingi dia. Ia rebah ke tanah dan kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata kepadanya: “Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?”


Ayat Bacaan: Kis. 9:3-5


Saulus telah mendapatkan otoritas dari imam besar untuk membelenggu semua orang yang berseru kepada nama Yesus. Ia pergi ke Damsyik untuk menangkap semua orang yang berseru kepada nama ini, membawa mereka ke Yerusalem, dan menjebloskan mereka ke dalam penjara. Namun Tuhan Yesus telah mengamati Saulus sewaktu ia berjalan ke Damsyik dan menunggu sampai, “ia sudah dekat kota itu” (Kis. 9:3).
Kemudian, “tiba-tiba cahaya memancar dari langit mengelilingi dia. Ia rebah ke tanah dan mendengar suara yang berkata kepadanya: “Saulus, Saulus, mengapa Engkau menganiaya Aku?” (Kis. 9:3b-4). Tuhan berkata, “Mengapa engkau menganiaya Aku?” Tuhan tidak berkata, “Mengapa engkau menganiaya orang yang percaya kepada-Ku?” Saulus lalu bertanya, “Siapakah Engkau, Tuhan?” Tuhan berkata, “Akulah Yesus yang kauaniaya itu.” Di sini Tuhan memperlihatkan kepada Saulus, “Semua orang yang percaya kepada-Ku, bersatu dengan Aku.” Inilah kesatuan Kepala dengan Tubuh. Saulus adalah orang pertama dalam Alkitab yang nampak kesaksian Tubuh. Kita tidak bisa membentur Tubuh tanpa membentur Kepala. Sebab itu, jangan sekali-kali mengira, kita bisa bersalah kepada saudara tetapi tidak bersalah kepada Kristus. Ingatlah, siapa yang menjamah anggota yang kecil dalam Tubuh, itu berarti ia menjamah Kepala.
Ada satu perkara yang amat menakjubkan yaitu, “Kita tahu bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara seiman kita” (1 Yoh. 3:14). Semua orang yang sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup pasti bisa saling mengasihi. Demikian juga se-tiap orang yang telah dibeli dengan darah adi Tuhan, yang telah memperoleh hayat-Nya dan dibaptis masuk ke dalam Tubuh Kristus, tidak dapat tidak mengasihi orang-orang yang sama-sama menjadi anggota Tubuh. Sering kali tatkala Anda berjumpa dengan seseorang yang benar-benar telah dimiliki Allah, baik yang berasal dari luar kota maupun dari dalam kota, tidak peduli pendidikannya tinggi atau rendah, berbangsa atau berprofesi apa, asal Anda tahu dia adalah orang Kristen, dengan sendirinya Anda dapat mengasihinya.



Akulah Yesus yang Kauaniaya itu
Kisah Para Rasul 9:5
Jawab Saulus: “Siapakah Engkau, Tuhan?” Kata-Nya: “Akulah Yesus yang kauaniaya itu.”


Ayat Bacaan: Kis. 9:5; Gal. 1:16


Saulus adalah seorang yang berpendidikan tinggi, pernah menjadi tokoh agama. Menurut mentalitasnya yang gelap, tidak ada sesuatu yang dapat dibandingkan dengan agama Yahudi berikut hukum Tauratnya, kitab sucinya, pelayanan imamatnya, dan adat istiadatnya. Ia menghina pengikut-pengikut Yesus; ia menganggap mereka hanya mengikuti orang Nazaret yang tidak berarti, sedangkan ia sendiri sangat bergairah bagi tradisi nenek moyangnya.
Tetapi, pada suatu hari, ketika Allah Bapa berkenan, maka Persona yang hidup, dari Putra Allah ini diwahyukan di dalam dirinya. Tatkala Persona ini menyatakan diri kepadanya, ia tersungkur dan berseru dengan spontan, “Siapa Engkau, Tuhan?” (Kis. 9:5). Tuhan segera menjawab, “Akulah Yesus yang kauaniaya itu.” Berdasarkan pengertian Saulus orang Tarsus yang gelap itu, Yesus telah terkubur di dalam makam, dan murid-murid-Nya telah mencuri jenazahNya, lalu menyembunyikannya entah di mana. Tetapi sekarang Saulus terkejut karena mengetahui Yesus masih hidup, masih berbicara dari surga dan mewahyukan diri-Nya kepadanya. Sejak Persona hidup ini terwahyu di dalam Saulus, maka selubungnya telah tersingkir dan pikiran Saulus yang tajam telah menjadi terang terhadap Putra Allah. Sejak saat itu dan seterusnya, ia hanya memperlihatkan Persona ini dan tidak lagi memperhatikan tradisinya.
Ingatlah, jika Anda ingin pelayanan Anda mencapai syarat dasar dari Allah, mata Anda yang di luar harus buta. Jika mata Anda yang di luar tidak buta, mata Anda yang di dalam sulit terbuka. Jika mata yang di dalam tidak terbuka, Anda sulit nampak visi Allah, sulit nampak wahyu Allah. Hari ini terdapat banyak Saulus dari Tarsus, matanya yang di luar tidak buta, namun matanya yang di dalam buta. Mereka bisa membawa masuk Perjanjian Lama, hukum Taurat, Yudaisme, hiburan dunia, sulap dan banyak barang lainnya ke dalam gereja, karena itu mereka tidak mendapatkan wahyu Allah, tidak mendapatkan visi Allah. Berdoalah agar Anda dapat nampak visi Persona yang hidup dari Putra Allah yang sedemikian ini. Doakan pula agar orang lain pun nampak visi ini. Berdoalah agar mereka nampak Persona hidup ini dan memperhatikan Dia.
dan meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar. (Ef. 1:17)


Ia Sekarang Berdoa

Kisah Para Rasul 9:10-11
Firman Tuhan kepadanya dalam suatu penglihatan: “Ananias!” Jawabnya: “Ini aku, Tuhan!” Firman Tuhan:…carilah di rumah Yudas seorang dari Tarsus yang bernama Saulus. Ia sekarang berdoa


Ayat Bacaan: Kis. 9:10-11; 1 Kor. 12:7-27


Pada saat Tuhan mengutus Ananias, salah satu anggota Tubuh-Nya, untuk pergi kepada Saulus untuk membawa dia masuk ke dalam kesa-tuan Tubuh Kristus, Saulus sedang berdoa. Sepertinya saat Saulus sedang berdoa, visi demi visi dan wahyu demi wahyu datang kepadanya mengenai Kristus sebagai perwujudan Allah, misteri Allah, dan gereja sebagai Tubuh Kristus, misteri Kristus (Kol. 2:2; Ef. 3:4; 5:32). Saulus buta, dan ia berdoa siang malam selama tiga hari. Di dalam pemikirannya, ia telah melayani Yehova di dalam Perjanjian Lama. Kemudian satu suara berkata kepadanya, “Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku?” (Kis. 9:4). Saulus tahu bahwa ini adalah Yehova yang berbicara kepadanya, jadi ia berkata, “Siapa Engkau, Tuhan?” (ay. 5). Ketika Saulus berkata, “Tuhan,” ia berkata, “Yehova.” Kemudian suara itu berkata kepadanya, “Akulah Yesus yang kauaniaya itu” (ay. 5). Ini adalah satu petunjuk yang jelas bahwa Yesus adalah Yehova. Kelak Paulus menulis di dalam Efesus 5:32, “Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat.” Kristus adalah misteri Allah, dan gereja adalah misteri Kristus. Ini adalah visi yang ia terima dalam perjalanan ke Damsyik; ia melihat Kristus dan gereja.
Dalam Efesus 1:17 Paulus “meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar.” Kita harus meminta kepada Allah memberikan roh wahyu kepada kita, supaya dari lubuk batin kita benar-benar mengenal Dia dan gereja-Nya. Pengenalan ini adalah dasar kaum beriman. Tidak seperti pengenalan ketika baru beroleh selamat, bagaikan memegang sebuah gelas yang penuh dengan air, perlu dipegang dengan hati-hati; kalau tidak hati-hati, airnya akan tumpah. Banyak orang percaya Tuhan Yesus bagaikan memegang sebuah gelas yang penuh dengan air, ketika berjalan harus hati-hati sekali. Ia takut mendengarkan ini, juga takut mendengarkan itu. Saudara saudari, kalau Anda benar-benar mengenal Dia, sekalipun seluruh orang di dunia percaya, itu tidak akan lebih membantu Anda; sebaliknya, sekalipun seluruh orang di dunia tidak percaya, tetap tidak akan menggoyahkan Anda.


Bejana Pilihan

Kisah Para Rasul 9:15
Tetapi firman Tuhan kepadanya: “Pergilah, sebab orang ini adalah alat (TL. bejana) pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel”


Ayat Bacaan: Kis. 9:12-16; 1 Kor. 1:2; 2 Kor. 2:14; Gal. 1:15


Dalam Kisah Para Rasul 9:12 Tuhan memberi tahu Ananias bahwa Saulus, “dalam suatu penglihatan ia melihat bahwa seorang yang bernama Ananias masuk ke dalam dan menumpangkan tangannya ke atasnya, supaya ia dapat melihat lagi.” Saulus yang buta menerima penglihatannya kembali berarti dia mendapatkan keselamatan yang sempurna. Hal ini sangat penting bagi Saulus, khususnya supaya mata batiniahnya tercelik sehingga nampak perkara-perkara Allah tentang rahasia-rahasia-Nya dan ekonomi-Nya.
Dalam ayat 13-14 Ananias berkata, “Tuhan, dari banyak orang telah kude-ngar tentang orang itu, betapa banyaknya kejahatan yang dilakukannya ter-hadap orang-orang kudus-Mu di Yerusalem. Lagi pula di sini dia memperoleh kuasa dari imam-imam kepala untuk menangkap semua orang yang memanggil nama-Mu.” Ini menunjukkan bahwa memanggil atau menyeru nama Tuhan adalah tanda bagi para pengikut Tuhan pada waktu sebermula (1 Kor. 1:2). Seruan ini tentunya cukup nyaring, sehingga orang lain dapat mendengar, demikianlah seruan itu menjadi suatu tanda.
Dalam Kisah Para Rasul 9:15-16 Tuhan berkata kepada Ananias, “Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku di hadapan bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel. Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku.” Karena Saulus adalah bejana pilihan Allah, maka sejak di dalam kandungan ibunya ia telah dipilih dan dipanggil oleh Tuhan (Gal. 1:15). Tuhan berdaulat atas segala sesuatu, menurut pemilihan-Nya dalam kekekalan, Dia dapat membuat seorang penganiaya yang paling kejam menjadi suatu bejana, menjadi rasul yang terkemuka, untuk merampungkan amanat-Nya dalam pemberitakan Injil dan menempuh jalan yang pernah ia tentang dan aniaya. Akhirnya, di dalam ministri Injilnya yang menang, Saulus Si penentang, menjadi tawanan Kristus di dalam barisan yang merayakan kemenangan Kristus atas semua musuh-Nya (2 Kor. 2:14). Adalah belas kasih Tuhan semata, bila kita hari ini bisa menjadi bejana-bejana pilihan Tuhan.



Dipenuhi dengan Roh Kudus

Kisah Para Rasul 9:17
Lalu pergilah Ananias, katanya:...Tuhan Yesus, yang telah menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus”


Ayat Bacaan: Kis. 9:17-19, 8:4-17, 19:1-7; Rm. 6:3-5; Kol. 2:12; Yoh. 3:3, 5


Kisah Para Rasul 9:17 mengatakan, “Lalu pergilah Ananias ke situ dan masuk ke rumah itu. Ia menumpangkan tangannya ke atas Saulus, katanya: “Saulus, saudaraku, Tuhan Yesus, yang telah menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus.” Kasus Saulus juga sangat istimewa, karena sebagai penganiaya yang paling mencolok, dia langsung diselamatkan oleh Tuhan dari surga ketika ia sedang dalam perjalanannya untuk menganiaya kaum beriman. Karena itu seperti kaum beriman Samaria (8:4-17) dan kedua belas murid di Efesus (19:1-7), dia juga perlu satu anggota Tubuh Kristus untuk membawa dia masuk ke dalam kesatuan dengan Tubuh Kristus melalui penumpangan tangan.
Menurut prinsip keselamatan dalam ekonomi Perjanjian Baru Allah, Saulus pasti telah menerima Roh hayat di aspek esensial pada saat ia bertobat, sebelum kedatangan dan penumpangan tangan Ananias atasnya. Tetapi karena dia bukan diselamatkan melalui anggota Tubuh Kristus yang mana pun, maka Roh Kudus belum turun ke atasnya secara ekonomikal sampai Ananias, sebagai wakil dari Tubuh, datang untuk menyatukan dia dengan Tubuh Kristus.
Ayat 18-19 melanjutkan, “Seketika itu juga seolah-olah selaput gugur dari matanya, sehingga ia dapat melihat lagi. Ia bangun lalu dibaptis. Setelah ia makan, pulihlah kekuatannya. Saulus tinggal beberapa hari bersama-sama dengan murid-murid di Damsyik.” Masalah Saulus ini, mengajar kita untuk memperhatikan baptisan air, yang menandakan persatuan kaum beriman dengan kematian dan kebangkitan Kristus (Rm. 6:3-5; Kol. 2:12), dan baptisan Roh, yang menandakan realitas kesatuan kaum beriman dengan Kristus dalam hayat secara esensial dan dalam kuat kuasa secara ekonomikal. Baptisan air adalah penegasan orang beriman terhadap realitas baptisan Roh. Keduanya itu perlu. Karena melalui baptisan air dan Roh yang demikianlah kita, kaum beriman dalam Kristus dilahirkan kembali ke dalam Kerajaan Allah, ke dalam alam hayat ilahi dan pemerintahan ilahi (Yoh. 3:3, 5).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar