Jumat, 11 Februari 2011

Kisah Para Rasul (15)

Pentingnya Doa
Kisah Para Rasul 10:2-9
Ia saleh, ia serta seisi rumahnya takut akan Allah dan...senantiasa berdoa kepada Allah. Ketika ketiga orang itu...sudah dekat kota Yope, kira-kira pukul dua belas tengah hari, naiklah Petrus ke atas rumah untuk berdoa

Ayat Bacaan: Kis. 10:1-16; Ef. 6:18

Dalam Kisah Para Rasul pasal 10 ada satu penekanan yang kuat tentang pentingnya doa. Dalam pasal ini kita dapat melihat bahwa doa dari Kornelius dan Petrus menjadi sarana bagi Tuhan untuk masuk, membuka pintu bagi bangsa orang bukan Yahudi. Sewaktu Kornelius, seorang yang saleh, sedang berdoa, suatu penglihatan (visi) datang kepadanya. Demikian juga, sewaktu Petrus sedang berdoa, penglihatan yang tercatat dalam pasal ini datang kepadanya. Melalui doa mereka, rencana dan pergerakan Allah terlaksana.
Doa adalah sejenis pelayanan yang harus ditaruh pada kedudukan yang pertama. Iblis selalu melancarkan siasatnya untuk menaruh hal-hal lain yang berhubungan dengan Tuhan di atas doa dan menempatkan doa pada urutan terakhir. Kita perlu mohon Tuhan membuka mata kita agar melihat pentingnya doa dan nilai doa. Doa manusia diperlukan sebagai sarana bekerja sama dengan pergerakan Allah. Dari hal ini kita melihat bahwa kita semua perlu belajar memiliki satu kehidupan doa, karena kehidupan doa selalu mempersiapkan jalan bagi pergerakan Tuhan dan membuka pintu bagi-Nya untuk menyebar. Kita harus belajar bahwa Tuhan hanya dapat memakai orang-orang yang memiliki satu kehidupan doa, satu kehidupan yang berkontak dengan Dia dalam doa.
Kita tidak diberi tahu untuk apakah Kornelius dan Petrus berdoa. Tetapi, catatan ini benar-benar menunjukkan bahwa mereka menyisihkan waktu tertentu untuk berdoa, bahwa mereka berdoa menurut suatu jadwal. Kornelius berdoa pada jam yang kesembilan, jam tiga petang, dan Petrus berdoa pada jam yang keenam, jam dua belas siang (Kis.10:3, 9). Kita dapat melihat bahwa mereka memiliki satu kehidupan doa dan bahkan berdoa pada waktu-waktu yang telah dijadwalkan. Kehendak Allah adalah seperti sungai besar, dan doa kita adalah seperti suatu saluran. Kalau doa kita cukup besar, penggenapan doa kita juga cukup besar; kalau doa kita terbatas, penggenapannya juga akan terbatas. Semoga kita memiliki kehidupan doa yang tetap dan teratur, sehingga doa kita dapat membuka jalan bagi penyebaran pemulihan-Nya.


Penglihatan Akan Seorang Malaikat
Kisah Para Rasul 10:3-4
Dalam suatu penglihatan, kira-kira jam tiga petang, jelas tampak kepadanya seorang malaikat Allah masuk ke rumahnya dan berkata kepadanya: “Kornelius!” Semua doamu telah naik ke hadirat Allah dan Allah mengingat engkau

Ayat Bacaan: Kis. 8:26, 10:3, 14-15, 5:42; Rm. 10:14-15; Luk. 5:27-29; Kel. 20:6

Menurut Kisah Para Rasul 10:3, seorang malaikat Allah menampakkan diri kepada Kornelius dan berbicara kepadanya. Seorang malaikat juga dipakai Allah dalam perkara pejabat istana Etiopia (Kis. 8:26). Pemberitaan Injil baik kepada pejabat istana Etiopia dan kepada seisi rumah Kornelius adalah pemberitaan Injil kepada keluarga orang bukan Yahudi, dan uniknya dalam dua peristiwa tersebut malaikat Allah tidak secara langsung memberitakan injil kepada mereka. Kepada malaikat Allah tidak diamanatkan untuk memberitakan Injil. Alasan untuk hal ini adalah bahwa hanya orang yang telah percaya Tuhan Yesus yang memiliki hak istimewa untuk membawa kabar baik kepada orang lain.
Dalam Roma 10:14-15 kita tahu supaya orang berseru kepada Tuhan, mereka perlu percaya kepada-Nya. Supaya orang percaya kepada-Nya perlu mendengar tentang Dia, dan untuk mendengar tentang Dia perlu ada yang memberitakan kabar baik. Kalau menghendaki Injil diberitakan, perlu ada orang yang diutus Allah. Setelah kita percaya Tuhan dan berseru kepada-Nya, kita pun perlu memberitakan-Nya. Kisah Para Rasul juga memperlihatkan kepada kita, pada masa Petrus, para murid “dari rumah ke rumah” memberitakan Yesus Kristus sebagai Injil (Kis. 5:42). Rumah kita bisa menjadi jalan keluar Injil. Kalau rumah Anda tidak dipakai oleh Tuhan, Anda hanya sendirian memberitakan Injil, berarti ada pintu namun tidak ada jalan. Kita tidak sekedar perlu memberitakan Injil, juga harus membuka rumah. Satu contoh yang baik juga ada dalam Lukas 5:27-29. Begitu rumah dibuka, Injil pun ada jalan keluarnya; tidak ada rumah, Injil tidak ada jalan.
Jika kita mau membuka rumah kita untuk Injil, pasti tidak akan rugi, malahan akan beroleh berkat. Tuhan sendiri berkata, “Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku” (Kel. 20:6). Kita semua perlu membuka rumah, mempersilahkan Injil Tuhan ada jalan keluar. Dengan demikian, berkat tidak hanya ke atas diri kita, juga akan sampai kepada generasi lewat generasi. Kita perlu berdoa kepada Tuhan, “Jadikan aku saluran berkat, untuk menarik jiwa kepada Tuhan.”


Penglihatan Petrus tentang Kain Lebar
Kisah Para Rasul 10:11-12
...langit terbuka dan turunlah suatu benda berbentuk kain lebar yang bergantung pada keempat sudutnya, yang diturunkan ke tanah. Di dalamnya terdapat pelbagai jenis binatang berkaki empat, binatang menjalar dan burung

Ayat Bacaan: Ibr. 8:1; Kis. 7:56, 1:8; Luk. 13:29; Mrk. 16:20; Luk. 19:12; Dan. 7:13-14; Why. 6:1-8

Langit yang terbuka dalam Kisah Para Rasul 10:11 menunjukkan bahwa pergerakan Injil Tuhan di bumi berada di bawah pengendalian takhta administrasi-Nya di surga (lihat Ibr. 8:1; Kis. 7:56). Semua rasul dan penginjil dari zaman dahulu sampai sekarang masih melaksanakan amanat surgawi di bumi, menyebarkan Injil Kerajaan Allah. Sedangkan kain lebar yang turun dari langit dalam ayat 11 melambangkan penyebaran Injil ke empat penjuru bumi untuk mengumpulkan berbagai macam orang yang najis (berdosa) (Luk.13:29). Dan binatang berkaki empat, binatang melata, dan burung-burung yang disebutkan dalam ayat 12 melambangkan berbagai macam manusia.
Markus 16:20 memberi tahu kita, bahwa murid-murid Tuhan pergi memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya. Pemberitaan Injil Allah kepada semua ciptaan oleh Kristus yang bangkit dan terangkat, melalui kaum beriman-Nya dilakukan secara berkesinambungan, dimulai dari Yerusalem, sampai mencapai ujung bumi (Kis. 1:8). Hal ini akan berlanjut sampai Tuhan Yesus datang untuk mendirikan Kerajaan Allah di atas muka bumi (Luk. 19:12; Dan. 7:13-14). Untuk memberitakan Injil kepada semua ciptaan, kita perlu lupa akan diri kita dalam Tuhan. Jika kita tidak pernah berapi-api dalam memberitakan Injil kepada segala jenis orang, ini berarti bahwa kita tidak pernah tinggal dalam Tuhan Yesus. Oh, marilah kita memberitahukan kepada setiap orang tentang Tuhan Yesus yang begitu ajaib! Marilah kita memberi tahu semua orang tentang kematian Tuhan yang almuhit dan kebangkitan-Nya yang begitu menakjubkan! Marilah kita tidak berdiam diri; marilah kita memberitakan Injil, menyajikan kebenaran, dan meministrikan hayat.
Segala hal—situasi dunia, hubungan internasional, ekonomi, industri, pendidikan, dan bahkan perang—adalah bagi penyebaran injil. Menurut Wahyu 6, yang pertama dari keempat kuda adalah kuda putih, lambang dalam pemberitaan Injil. Ini berarti bahwa kuda putih mengambil pimpinan, dan kuda yang lainnya mengikuti. Pemberitaan Injil harus mengambil pimpinan. Marilah kita pergi untuk memberitakan Injil kepada segala makhluk!


Roh itu Berbicara Kepada Petrus
Kisah Para Rasul 10:19-20
...berkatalah Roh: “Ada tiga orang mencari engkau. Bangunlah, turunlah ke bawah dan berangkatlah bersama-sama dengan mereka, jangan bimbang, sebab Aku yang menyuruh mereka ke mari.”

Ayat Bacaan: Kis. 10:17-33, 8:29, 11:12; Why. 2:7-29, 3:1, 7, 14, 1:43

Melalui Kisah Para Rasul 10:19-20 kita dapat melihat bahwa pe-ngutusan tiga orang oleh Kornelius (Ay. 7-8) sebelum ia bertobat adalah pergerakan dan tindakan Roh itu melalui dia. Dalam 8:29 Roh itu berbicara kepada Filipus, dan di sini dalam 10:19, Roh itu berbicara kepada Petrus. Baik dalam perkara pejabat istana Etiopia maupun perkara Kornelius dan rumah tangganya, pertama-tama seorang malaikat berbicara dan kemudian Roh itu berbicara. Dalam kasus yang strategis ini, Petrus tidak bertindak sendirian, tetapi berdasarkan prinsip Tubuh Kristus, bergerak bersama beberapa saudara supaya mereka dapat bersaksi bagaimana Allah memperlakukan orang bukan Yahudi, yaitu melalui Petrus memecahkan tradisi dan kebiasaan Yahudi memberitakan Injil kepada orang bukan Yahudi (Kis. 10:23; 11:12). Wahyu 2:7a mengatakan, “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat.”
Dalam ketujuh surat yang tercatat pada Wahyu 2 dan 3, setiap surat diawali oleh pembicaraan Tuhan (Why. 2:1, 8, 12, 18; 3:1, 7, 14), tetapi pada akhir setiap surat, Roh itulah yang berbicara kepada gereja-gereja (Why. 2:7, 11, 17, 29; 3:6, 13, 22). Ini membuktikan bahwa Kristus adalah Roh yang berbicara. Roh itu sangatlah penting, Roh ini telah diperkuat tujuh kali (Why. 1:4). Sungguh bodoh mengatakan bahwa hari ini Kristus bukanlah Roh yang berbicara, dan kita tidak bisa memisahkan Roh yang berbicara dari Kristus. Jika yang berbicara hanya Kristus dan bukan Roh itu, Dia tidak mungkin menyampaikan kata-kata ke dalam roh kita, dan perkataan-Nya pun tidak subyektif dan menyentuh hati. Tetapi, pengalaman kita menunjukkan, ketika kita membuka roh kita kepada-Nya saat membaca Alkitab, Roh itu segera mengatakan sesuatu yang berasal dari Kristus ke dalam kita. Karena yang berbicara bukan Kristus yang obyektif, melainkan Roh yang subyektif; Dia berkata bukan hanya dalam huruf-huruf hitam atas putih dalam Alkitab, tetapi juga di dalam roh kita. Begitu kita mendengar perkataan-Nya, sesuatu yang tidak tersingkirkan tergarap ke dalam kita. Hari ini Kristus kita adalah Roh yang berbicara. Haleluya, kita perlu gembira akan kenyataan ini, perlu dengan berani mendeklarasikannya.


Tuhan dari Semua Orang
Kisah Para Rasul 10:36
Itulah firman yang Ia suruh sampaikan kepada orang-orang Israel, yaitu firman yang memberitakan damai sejahtera oleh Yesus Kristus, yang adalah Tuhan dari semua orang

Ayat Bacaan: Kis. 10:1-48, 8:1-4, 11:19; 1 Tim. 2:3-4; Rm. 3:20; Gal. 2:16

Pemberitaan Petrus kepada Kornelius dalam Kisah Para Rasul 10:34-36 memberi tahu kita beberapa hal; pertama adalah bahwa Allah tidak membedakan orang, kedua adalah bahwa di setiap bangsa, orang-orang yang takut kepada Allah dan mengamalkan kebenaran, berkenan kepada-Nya tetapi bagaimanapun juga mereka tetap merupakan bagian dari umat manusia yang jatuh. Allah menerima mereka karena penebusan Kristus. Di luar Kristus, tidak ada satu pun manusia jatuh yang bisa dibenarkan berdasarkan perbuatannya (Rm. 3:20; Gal. 2:16), ketiga adalah mengumumkan bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dari semua orang. “Semua orang” mengacu kepada manusia (1 Tim. 2:4), tidak hanya orang Yahudi tetapi juga orang bukan Yahudi. Perkataan Petrus di sini menunjukkan bahwa ia sekarang menyadari bahwa Allah telah membuat Kristus menjadi Tuhan bagi orang-orang Yahudi dan orang-orang bukan Yahudi. Dia tidak membedakan orang.
Orang Yahudi adalah keturunan Abraham, kaum pilihan Allah dan satu-satunya kerajaan yang didirikan Allah di bumi ini adalah umat istimewa. Tetapi, mereka tidak karenanya merendahkan diri dan memuji Allah, malah sebaliknya mengira boleh bersikap bangga dan sombong di antara manusia. Ketika kita membaca Kisah Para Rasul, kita akan nampak bahwa pada hari Pentakosta, Injil terlebih dulu diberitakan di antara orang-orang Yahudi, kemudian tersebar ke Samaria, di situ pun hanya orang-orang Yahudi yang diselamatkan (Kis. 8:1-4, 11:19). Untuk memberitakan Injil kepada orang-orang bukan Yahudi, Tuhan harus memulai dari Kaisarea oleh Petrus dengan membuatnya harus melihat visi sampai tiga kali dan mendengar Tuhan bersabda tiga kali (Kis. 10:13, 15-16). Jika tidak, Petrus tidak berani pergi ke tengah-tengah orang bukan Yahudi. Di sini kita melihat bagaimana sulitnya bagi orang Yahudi untuk memberitakan injil kepada orang bukan Yahudi. Ingatlah bahwa kesatuan kita adalah berdasarkan hayat, bukan berdasarkan suatu bangsa atau negara. Semoga Allah merahmati kita, agar kita semua nampak, bahwa batas-batas kebangsaan itu sudah terhapus, perbedaan itu telah lenyap dan semuanya telah menjadi saudara saudari di dalam Tuhan.


Turunnya Roh Kudus
Kisah Para Rasul 10:44-45
...turunlah Roh Kudus ke atas semua orang yang mendengarkan pemberitaan itu. Dan semua orang percaya...tercengang-cengang, karena melihat, bahwa karunia Roh Kudus dicurahkan ke atas bangsa-bangsa lain juga

Ayat Bacaan: Kis. 10:44-48; Mat. 16:18, 28:19; Ef. 1:23, 19:6

Sewaktu Petrus sedang berbicara, Roh itu turun ke atas orang-orang yang ada di rumah Kornelius. Tidak diragukan lagi, Roh itu adalah Roh yang almuhit. Dalam kasus di rumah Kornelius, Roh Kudus di aspek esensial masuk ke dalam kaum beriman menjadi hayat dan di aspek ekonomikal turun ke atas mereka menjadi kekuatan. Kedua hal ini terjadi serentak saat mereka percaya kepada Tuhan.
Setelah Roh yang almuhit turun ke atas rumah Kornelius, ada beberapa hal yang terjadi. Pertama, karunia Roh Kudus (Kis. 10:45), di sini, karunia ini adalah Roh Kudus itu sendiri, bukan sesuatu dari Roh Kudus yang diberikan kepada kaum beriman sebagai karunia. Kedua, berkata-kata dalam bahasa lidah dan memuliakan Allah (Kis. 10:46). Berkata-kata dalam bahasa lidah bukan satu-satunya hasil dari menerima Roh Kudus di aspek ekonomikal, karena dalam kasus ini mengagungkan Allah, yaitu memuji Allah, juga merupakan salah satu hasilnya, seperti bertutur sabda dalam kasus kedua belas orang beriman di Efesus (19:6). Karena itu, berkata-kata dalam bahasa lidah bukan bukti satu-satunya dari menerima Roh Kudus di aspek ekonomikal; juga bukan bukti yang diharuskan. Menurut prinsip ekonomi Perjanjian Baru Allah, mereka semua telah menerima Roh Kudus menjadi hayat di aspek esensial dan menjadi kuasa di aspek ekonomikal dengan normal melalui mereka percaya ke dalam Kristus.
Pencurahan Roh itu adalah untuk melaksanakan ministri surgawi Tuhan di bumi guna membangun gereja-Nya (Mat. 16:18) sebagai Tubuh-Nya (Ef. 1:23) bagi ekonomi Perjanjian Baru Allah. Keadaan pada hari ini sangat disayangkan karena sebagian besar orang puas hanya dengan memiliki hayat kekal dan tidak binasa. Mereka benar-benar tidak mempedulikan pekerjaan dan rencana Allah. Karena perkara ini, maka sedikit yang mendapatkan pemenuhan Roh Kudus yang di luar dan hal ini menyebabkan pengalaman ini menjadi misterius dan aneh. Kenyataannya, aspek yang di luar dari Roh Kudus tidak berarti lebih berharga atau lebih sulit untuk diperoleh daripada Roh Kudus yang di dalam, satu-satunya syarat adalah apakah kita mau dipakai oleh Allah atau tidak.


Baptisan Air di Rumah Kornelius
Kisah Para Rasul 10:47-48
Bolehkah orang mencegah untuk membaptis orang-orang ini dengan air, sedangkan mereka telah menerima Roh Kudus sama seperti kita?” Lalu ia menyuruh mereka dibaptis dalam nama Yesus Kristus

Ayat Bacaan: Kis. 10:44-48, 19:47-48; Rm. 6:3-5; Kol. 2:12; Gal. 3:27

Kornelius sekeluarga, meskipun telah dengan nyata menerima Roh Kudus (Kis. 10:44-45), tetapi Petrus masih menyuruh mereka untuk dibaptis (Kis. 19:47-48). Bukankah ini membuktikan pentingnya baptisan? Tidak seperti pendapat beberapa orang pada hari ini yang mengatakan, “Asal mendapatkan baptisan Roh Kudus, sudah cukup; tidak perlu menerima baptisan air.” Petrus berkata bahwa orang yang sudah menerima baptisan Roh Kudus, masih perlu dibaptis dengan air. Bahkan menyuruh mereka dibaptis, karena mereka sudah menerima baptisan Roh Kudus. Dalam pandangannya, menerima baptisan air sama pentingnya dengan menerima baptisan Roh; menerima baptisan air sama pentingnya dengan menerima Roh Kudus.
Perkataan Petrus dalam Kisah Para Rasul 10:47-48 menunjukkan bahwa kita harus memperhatikan baptisan air, yang melambangkan kesatuan kaum beriman dengan kematian dan kebangkitan Kristus (Rm. 6:3-5; Kol. 2:12), sama seperti memperhatikan baptisan Roh. Baptisan Roh menghasilkan realitas dari kesatuan kaum beriman dengan Kristus dalam hayat di aspek esensial, dan dalam kuasa di aspek ekonomikal; baptisan air adalah pemastian kaum beriman atas realitas dari Roh itu. Keduanya diperlukan, dan tidak bisa saling menggantikan.
Baptisan menyatukan kita dengan Dia dalam kematian-Nya dan dalam kebangkitan-Nya. Baptisan air tidak seharusnya menjadi pelaksanaan upacara keagamaan. Melainkan harusya menandakan bahwa kita sedang meletakkan mereka yang dibaptis dalam Allah Tritunggal, dalam Kristus, serta dalam kematian dan kebangkitan-Nya. Kornelius dan keluarganya dibaptis dalam nama Yesus Kristus. Dibaptis dalam nama Yesus Kristus berarti dibaptis ke dalam ruang lingkup nama Yesus Kristus yang di dalamnya ada realitas baptisan itu. “Nama” dalam ayat 48 mengacu kepada persona. Dibaptis dalam nama Yesus Kristus berarti dibaptis ke dalam persona Kristus (Rm. 6:3; Gal. 3:27), yang juga berarti dibaptis ke dalam ruang lingkup persona-Nya. Kita patut bersyukur kepada Tuhan atas fakta yang digenapkan-Nya melalui baptisan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar