Sabtu, 09 April 2011

Kitab Wahyu (5)

Sebuah Takhta Terdiri Di Sorga

Wahyu 4:1
“Kemudian dari pada itu aku melihat: Sesungguhnya, sebuah pintu terbuka di sorga dan suara yang dahulu yang telah kudengar, berkata kepadaku seperti bunyi sangkakala, katanya: Naiklah ke mari dan Aku akan menunjukkan kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini.”


Wahyu 4:1 menunjukkan bahwa rencana Allah tersembunyi di sorga. Ketika Allah menemukan seseorang di bumi yang sesuai dengan maksud hati-Nya, sorga terbuka terhadap orang itu.
Sorga pernah terbuka kepada Yakub (Kej. 28:12-17), Yehezkiel (Yeh. 1:1), Yesus (Mat. 3:16), Stefanus (Kis. 7:56), dan Petrus (Kis. 10:11).
Dalam Wahyu pasal 4:1 dan pasal 19:11, sorga juga terbuka kepada Yohanes, penulis kitab ini. Dalam kekekalan, sorga pun akan terbuka untuk semua orang beriman di dalam Tuhan (Yoh. 1:51).
Ayat 2 mengatakan, “Segera aku dikuasai oleh Roh (di dalam roh, TL.) dan lihatlah, sebuah takhta terdiri di sorga, dan di takhta itu duduk Seorang.” Takhta inilah fokus dari Kitab Wahyu, juga adalah pusat dari segala sesuatu, pusat administrasi Allah.
Hari ini, manusia mungkin melakukan apa saja yang disukainya, tetapi takhta Allah yang di sorga tetap berkuasa atas seluruh manusia dan atas segala sesuatu. Tidak mungkin sesuatu terjadi di luar pengaturan takhta Allah. Nampaknya, takhta ini tidak terlihat oleh manusia, tetapi sesungguhnya takhta ini mengatur setiap orang dan segala sesuatu (bd. Rm. 8:28; Kis. 17:26).
Saudara saudari, mari kita belajar hidup di dalam roh setiap hari (bd. Gal. 5:16) sehingga hidup kita bisa hidup di bawah pemerintahan takhta-Nya.

Nampaknya Bagaikan Permata Yaspis dan Permata Sardis
Kej. 9:8-17; Kel. 28:17, 20; Yoh. 17:2; Why. 4:2-3; 21:11, 18-19

Yohanes melihat “Dan di takhta itu duduk Seorang. Dan Dia yang duduk di takhta itu nampaknya bagaikan permata yaspis dan permata sardis” (Why. 4:2b-3a).
Menurut Wahyu 21:11, yaspis adalah “… yang paling indah, … jernih seperti kristal.” Yaspis ialah corak penampilan Allah, juga adalah corak penampilan kota kudus, Yerusalem Baru (21:11), karena tembok dan dasar pertama kota tersebut juga terbuat dari yaspis (21:18-19). Warnanya yang hijau tua, melambangkan hayat yang limpah ruah. Allah yang duduk di atas takhta juga berpenampilan seperti permata sardis. Warnanya yang merah melambangkan penebusan.
Jadi dalam Wahyu pasal 4, Allah dilambangkan dengan dua macam warna — warna hayat dan warna penebusan. Ia adalah Allah pemberi-hayat, menyalurkan hayat yang kekal kepada kita (Yoh. 17:2), juga adalah Allah penebus. Dalam Perjanjian Lama, permata pertama yang ditatahkan di atas tutup dada imam besar adalah permata sardis (yaspis merah, LAI), yang terakhir adalah permata yaspis (nefrit, LAI - Kel. 28:17, 20). Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman rohani seseorang dimulai dari penebusan Allah dan berakhir dengan dipenuhi oleh kemuliaan hayat Allah.
“Dan suatu pelangi melingkungi takhta itu gilang-gemilang bagaikan zamrud rupanya” (Why. 4:3b). Dalam kitab ini, Allah hendak menghakimi bumi dan semua penghuninya, tetapi ada pelangi yang melingkungi takhta-Nya. Pelangi adalah tanda perjanjian Allah dengan manusia dan semua makhluk hidup, bahwa Dia tidak akan memakai air bah lagi untuk memusnahkan mereka (Kej. 9:8-17). Selain itu, pelangi yang mengelilingi takhta Allah coraknya seperti permata zamrud, yang berwarna hijau rumput, melambangkan hayat di bumi. Hal ini menyatakan ketika Allah melaksanakan penghakiman-Nya atas bumi, Dia akan mengingat perjanjian-Nya dan akan menyisakan sebagian hayat di bumi, seperti yang dinyatakan dalam Kejadian 9:11. Allah bukan hanya Allah yang membuat perjanjian (Kej. 9:12-16) tetapi juga Allah yang memelihara Perjanjian. Zamrud, sebagai batu berharga, bentuknya kukuh, padat. Benda pengingat Allah untuk memegang janji-Nya adalah yang kukuh. Haleluya! Ada pengingat yang kukuh di sekitar takhta itu.

Penerapan:
Apa saja yang diperbuat manusia di bumi, semuanya berada di bawah takhta Allah yang di sorga. Karena itu, marilah kita tunduk di bawah pemerintahan takhta Allah melalui menyerahkan segala masalah dan kekhawatiran kita kepada-Nya. Biarlah Dia berdaulat mengambil segala keputusan dalam hidup kita.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, wahyukanlah kepada kami bahwa takhta-Mu bukan hanya takhta anugerah, yang darinya kami menerima rahmat, dan menemukan anugerah (Ibr. 4:16); takhta-Mu juga adalah pusat administrasi Allah. Tuhan kami mempersembahkan hidup kami, keluarga kami, juga masa depan kami agar terus taat di bawah pengaturan takhta-Mu.


Dua Puluh Empat Tua-Tua
Wahyu 4:4
“Dan sekeliling takhta itu ada dua puluh empat takhta, dan di takhta-takhta itu duduk dua puluh empat tua-tua, yang memakai pakaian putih dan mahkota emas di kepala mereka.

Tua-tua disini bukanlah penatua gereja, melainkan tua-tua malaikat, sebab sebelum Tuhan datang kali kedua, mereka sudah duduk di atas takhta (bd. Mat. 19:28; Why. 20:4).
Di antara ciptaan Allah, malaikat adalah yang paling awal diciptakan. Tua-tua malaikat adalah tua-tua seluruh ciptaan Allah. Mereka duduk di atas takhta dan kepalanya mengenakan mahkota emas. Hal ini menyatakan bahwa mereka pasti adalah yang mengatur alam semesta. Namun mereka hanya memerintah sampai Kerajaan Seribu Tahun tiba. Pada saat itu kuasa untuk mengatur bumi ini akan diserahkan kepada orang-orang kudus pemenang (Ibr. 2:5-9; Why. 2:26-27; 20:4).
Mereka memakai pakaian putih, lagi pula memegang kecapi dan cawan emas yang penuh dengan kemenyan (5:8). Ini menyatakan bahwa sekarang mereka juga adalah imam-imam di hadapan Allah. Namun dalam Kerajaan Seribu Tahun, para pemenang yang memerintah akan menjadi imam Allah dan Kristus (20:6).
Mereka memerintah para malaikat dan dunia, serta melayani Allah sebagai imam, tetapi itu hanya sementara. Ini tersirat dalam ayat 10, “mereka melemparkan mahkotanya di hadapan takhta itu.” Saat kerajaan seribu tahun tiba, jabatan itu akan diserahkan kepada orang-orang kudus pemenang. Haleluya! Kita menantikan hari itu.

Tujuh Obor – Ketujuh Roh Allah
Why. 4:5-6; 5:6; 15:2; 20:14

Wahyu 4:5, “Dan dari takhta itu keluar kilat dan bunyi guruh yang menderu, dan tujuh obor menyala-nyala di hadapan takhta itu: itulah ketujuh Roh Allah.” Ketujuh obor di sini berdasar pada tujuh pelita kandil dalam Kel. 25:37 dan Za. 4:2.
Ketujuh obor, yang adalah ketujuh Roh Allah, menunjukkan sorotan dan penyelidikan Roh Allah yang diperkuat tujuh kali. Dalam Kel. 25 dan Za. 4, ketujuh pelita yang menunjukkan sorotan Roh Allah dalam pergerakan Allah, adalah untuk pembangunan Allah, atau untuk membangun kemah pertemuan atau untuk membangun kembali Bait Suci. Ketujuh obor disini adalah untuk penghakiman Allah, yang pada akhirnya juga akan mendatangkan pembangunan Allah, yaitu pembangunan Yerusalem Baru.
Saudara saudari, marilah kita setiap hari merendahkan diri di hadapan Tuhan. Apa pun yang disoroti-Nya, janganlah mengeraskan hati. Sorotan penghakiman-Nya hari ini bukan untuk menghukum kita, melainkan agar kita bisa berbagian dalam pembangunan Tubuh-Nya.
Ayat 6 mengatakan, “Dan di hadapan takhta itu ada lautan kaca bagaikan kristal.” Lautan kaca ini tidak berair, tetapi berapi (15:2). Setelah air bah, sesuai dengan janji-Nya, Allah tidak akan menghakimi bumi dan semua makhluk hidup dengan memakai air bah lagi (Kej. 9:15), melainkan selalu memakai api dalam melaksanakan penghakiman-Nya atas manusia (Kej. 19:24; Im. 10:2; Bil. 11:1; 16:35; Dan. 7:11; Why. 14:10; 18:8; 19:20; 20:9-10; 21:8). Takhta penghakiman Allah seperti nyala api, dari nyala api ini ada api seperti sungai yang mengalir keluar (Dan. 7:9-10). Nyala api penghakiman Allah akan menyapu semua perkara negatif dalam alam semesta ke dalam lautan kaca ini, yang akhirnya menjadi lautan api (20:14). Lautan kaca, yang adalah kumpulan besar semua api penghakiman Allah, bagaikan kristal, menunjukkan segala perkara negatif jernih seperti kristal di bawah penghakiman Allah. Oh, alangkah ngerinya jatuh dalam penghakiman Allah kelak. Saudara saudari, tidak ada yang dapat disembunyikan dari hadapan takhta penghakiman Allah. Marilah kita bertobat hari ini, jangan menunda lagi, ijinkan Dia menyelidiki segenap lubuk hati kita.

Penerapan:
Saudara saudari, apakah kita benar-benar mendambakan hari itu, hari ketika kita menjadi raja dan imam? Jabatan itu hanyalah bagi para pemenang! Marilah kita melatih diri kita dengan ketat dalam menanggulangi diri (ego kita), hawa nafsu daging, dosa, serta dunia. Marilah kita juga selalu menghampiri Dia di Ruang Maha Kudus serta melayani-Nya dengan setia.

Pokok Doa:
Ya Tuhan, terima kasih karena Engkau sedang mempersiapkan kami untuk menjadi imam dan raja. Bukalah mata kami Tuhan, agar kami nampak kemuliaan yang Engkau sediakan bagi kami. Bukalah mata kami Tuhan, agar kami mengejar hal-hal yang di atas, hal-hal yang kekal. Selamatkan kami dari semua kilau dunia yang sementara ini.


Penuh Dengan Mata
Wahyu 4:6b
“Di tengah-tengah takhta itu dan di sekelilingnya ada empat makhluk penuh dengan mata, di sebelah muka dan di sebelah belakang.”
Mata diberikan kepada makhluk hidup untuk menerima terang dan visi. Ciri utama dari keempat makhluk hidup yang disebutkan dalam ayat ini adalah mata mereka. Keempat makhluk hidup itu penuh dengan mata, bukan hanya di depan dan di belakangnya, tetapi juga di sekelilingnya dan di sebelah dalamnya (ay. 8), menunjukkan bahwa mereka sama sekali tidak buram, melainkan bening bagaikan kristal dalam setiap aspek.
Saudara saudari, apakah kita jelas akan masa depan manusia, ataukah kita masih tidak tahu ke mana kita akan pergi sesudah kematian?
Sewaktu membaca Alkitab, kita bisa menerima terang ataukah malah menjadi bingung? Mana yang lebih menarik bagi kita, Alkitab atau koran?
Saudara saudari, sesungguhnya, berapa banyak mata yang kita miliki? Dua? Empat? Sepuluh? Seratus? Atau, kita sudah penuh dengan mata?
Bila kita penuh dengan mata, maka tidak ada perkara yang menjadi rahasia bagi kita. Rasul Paulus adalah contoh orang yang penuh dengan mata. Dia berkata, “Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan” (Flp. 4:12).

Keempat Makhluk ItuWhy. 4:6-8

Kedua puluh empat tua-tua di sekeliling tahkta mewakili semua malaikat; sedangkan keempat makhluk hidup mewakili semua makhluk hidup lainnya.
Ayat 7, “Adapun makhluk yang pertama sama seperti singa, dan makhluk yang kedua sama seperti anak lembu, dan makhluk yang ketiga mempunyai muka seperti muka manusia, dan makhluk yang keempat sama seperti burung nasar yang sedang terbang.” Singa, mewakili binatang buas; anak lembu, mewakili ternak karena di antara ternak, lembulah yang terbesar; makhluk yang ketiga mewakili umat manusia (bukan gereja); dan makhluk terakhir, burung nasar, mewakili unggas.
Di antara keenam jenis makhluk hidup ciptaan Allah (Kej. 1:20-28), ada dua jenis yang tidak terwakili di sini, yaitu makhluk yang merayap di bumi dan makhluk yang hidup dalam air. Kepala makhluk yang merayap adalah ular, lambang musuh Allah, Iblis, yang akan dibuang ke dalam lautan api. Makhluk hidup dalam air adalah di dalam air penghakiman Allah yang tidak akan ada lagi dalam langit baru dan bumi baru (21:1). Karena itu, kedua jenis makhluk hidup ini tidak mempunyai wakil di hadapan Allah sampai selama-lamanya.
Di antara keempat makhluk hidup itu, lembu dan manusia adalah tahir sedangkan singa dan burung nasar tidak tahir (Im. 11:3, 27, 13-19). Semuanya berdiri di hadapan Allah tanpa dibedakan mana yang tahir dan mana yang najis karena semuanya telah ditebus (Kis. 10:11-16). Singa dan burung nasar adalah binatang liar, sedangkan lembu dan manusia bukan, namun karena semuanya telah ditebus, maka mereka dapat hidup bersama-sama (Yes. 11:6-9).
Roma 8:19-22 mengatakan bahwa dengan sangat rindu seluruh makhluk menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan. Ketika Tuhan datang, kita akan dimuliakan, dan seluruh ciptaan akan dibebaskan dari perbudakan kebinasaan (Kis. 3:21). Syukur kepada Tuhan, keefektifan dari kematian Tuhan di kayu salib bukan hanya mencapai manusia tetapi juga segala sesuatu (Kol. 1:20).

Penerapan:
Mata kita hanya dapat berfokus pada satu benda pada satu saat. Jika kita berusaha melihat dua hal sekaligus, penglihatan kita akan kabur. Jika kita memfokuskan diri kita hanya memandang Tuhan dan kepentingan-Nya saja.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, jadikan mata hatiku terang, agar aku mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Mu: betapa kayanya kemuliaan bagian yang Kau tentukan bagi orang-orang kudus, dan betapa hebat kuasa-Nya bagi aku yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya
(Ef. 1:18-19).



Penyembahan Terhadap Allah
Wahyu 4:8b
“Dan dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: “Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang.”

Dalam 4:8, kata “kudus” diucapkan tiga kali, seperti dalam Yesaya 6:3, menyiratkan bahwa Allah itu tritunggal.
Dalam 4:9, keempat makhluk itu mempersembahkan puji-pujian, dan hormat, dan ucapan syukur. Jadi, dalam penyembahan keempat makhluk hidup itu terkandung ucapan syukur. Hal ini sudah selayaknya karena mereka adalah kaum tertebus, mereka mengucapkan syukur atas anugerah penebusan Allah.
Sebagai umat yang tertebus, sudah cukupkah kita memuji dan mempersembahkan ucapan syukur kepada Tuhan? Kapankah saat terakhir kita bersyukur atas semua yang telah Dia kerjakan dalam hidup kita? Ataukah mulut kita telah penuh dengan gosip, gerutu, dan bukan ucapan syukur?
Dalam ayat 11, kedua puluh empat tua-tua itu berkata, “Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan karena kehendak-Mu, semuanya itu ada dan diciptakan.”
Dalam penyembahan kedua puluh empat tua-tua itu, mereka menyinggung mengenai kuasa Allah, karena mereka bukan makhluk ciptaan yang ditebus. Mereka bersandarkan kekuatan Allah mengatur alam semesta; itulah sebabnya mereka mengapresiasi kekuatan (kuasa) Allah. Mereka tidak iri kepada manusia, malahan pujian mereka adalah respons atas pujian keempat makhluk itu.

Gulungan Kitab
Why. 4:11; 5:1

Banyak orang memahami penciptaan Allah, tetapi berapa banyak yang memahami tujuan Allah di balik penciptaan-Nya? Allah adalah Allah yang mempunyai tujuan, kehendak. Sesuai dengan kehendak-Nya, Dia telah menciptakan segala sesuatu, untuk menggenapkan dan merampungkan tujuan-Nya. Hal ini tersirat dalam puji-pujian kedua puluh empat tua-tua itu, “Sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan karena kehendak-Mu, semuanya itu ada dan diciptakan.”
Puji-pujian para tua-tua malaikat merupakan suatu kata pengantar dari keseluruhan isi kitab ini, yang menunjukkan kehendak dan tujuan penciptaan Allah, yaitu mendapatkan tempat kediaman yang kekal untuk kepuasan dan ekspresi Allah, yaitu kota suci, Yerusalem Baru. Tetapi, semuanya itu merupakan rahasia yang tersembunyi dalam gulungan kitab di tangan Allah.
Wahyu 5:1 mengatakan, “Lalu aku melihat di tangan kanan Dia yang duduk di atas takhta itu, sebuah gulungan kitab yang ditulisi sebelah dalam dan sebelah luarnya dan dimeterai dengan tujuh meterai.” Allah sang Pemberi-hidup (Pemberi-hayat) dan sang Penebus ini memiliki satu rahasia yang dipegang di tangan kanan-Nya. Rahasia ini menyangkut nasib alam semesta dan itu dimeterai dengan tujuh meterai.
Ketujuh meterai yang memeteraikan gulungan kitab ini sesungguhnya adalah isi gulungan kitab ini, juga isi Kitab Wahyu. Gulungan kitab ini pasti perjanjian yang baru, surat kuasa terbesar dalam alam semesta yang disahkan dengan darah Anak Domba, untuk menebus gereja, bani Israel, dunia, dan alam semesta. Ia mencantumkan pemikiran Allah terhadap gereja, bani Israel, dunia, dan alam semesta.
Melalui kematian, kebangkitan, dan kenaikan Kristus, Ia telah memuaskan semua tuntutan Allah. Karena itu, Ia layak membukakan rahasia itu, mewahyukannya kepada Yohanes, dan menyuruhnya menuliskannya. Haleluya! Ini bukan lagi rahasia! Sungguh suatu perkara yang besar. Saudara saudari, ketika membaca Kitab Wahyu, kita perlu menyadari bahwa kita sedang membaca isi gulungan kitab yang telah dibuka oleh Kristus yang naik ke sorga. Kini kita boleh mengetahui tujuan dan kehendak Allah.

Penerapan:
“Padahal Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel” (Mzm. 22:4). Marilah kita dirikan kehidupan yang selalu dipenuhi pujian-pujian kepada Allah kita. Kita boleh memuji keindahan, kemustikaan persona Tuhan, juga karya yang telah Dia rampungkan bagi kita, atau operasi pekerjaan-Nya di dalam hati kita (Ef. 3:16-17,
Flp. 2:13).

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, hanya Engkau yang patut terima segala pujian dan hormat. Oh Tuhan Yesus, celikkan mata kami, hingga kami tahu bagaimana bersyukur, karena Engkau telah menebus kami yang tidak layak ini hingga berbagian dalam kemuliaan-Mu. Oh Tuhan, terima kasih untuk semua karya-Mu yang luar biasa ini.


Singa Suku Yehuda Telah Menang
Wahyu 5:5-6
... “Jangan engkau menangis! Sesungguhnya, singa dari suku Yehuda, yaitu tunas Daud, telah menang, sehingga Ia dapat membuka gulungan kitab itu dan membuka ketujuh meterainya.” Maka aku melihat di tengah-tengah takhta dan keempat makhluk itu dan di tengah-tengah tua-tua itu berdiri seekor Anak Domba seperti telah disembelih, bertanduk tujuh dan bermata tujuh: itulah ketujuh Roh Allah yang diutus ke seluruh bumi.
Dalam 5:2-4 kita nampak bahwa tidak seorang pun baik yang di sorga, di bumi, atau di bawah bumi yang layak membuka gulungan kitab itu atau melihat isinya. Yohanes “menangis dengan sangat sedih, … (ay. 4).” Bila tidak ada yang layak membuka gulungan kitab itu, maka alam semesta akan menjadi sia-sia. Untuk itu, kita perlu menangis.
Sementara Yohanes menangis, salah satu di antara tua-tua itu berkata kepadanya, “Jangan menangis! Lihatlah, singa dari suku Yehuda, yaitu tunas Daud, telah menang, sehingga Ia dapat membuka gulungan kitab itu dan membuka ketujuh meterainya” (ay. 5). Tetapi, ayat 6 mengatakan, “Lalu aku melihat … seekor Anak Domba seperti telah (baru saja, TL.) disembelih.” Malaikat memperkenalkan Kristus sebagai Singa dari suku Yehuda (ay. 5), tetapi Yohanes melihat-Nya sebagai Anak Domba (ay. 6). Haleluya Kristus kita adalah Singa-Anak Domba.
Sebagai Singa, Kristus telah mengalahkan Iblis yang memberontak, dan sebagai Anak Domba, Ia telah menghapus dosa manusia yang jatuh.
Untuk mencapai maksud Allah, diperlukan seseorang yang bisa melaksanakan dan membereskan semua masalah Allah. Masalah yang dihadapi Allah adalah adanya pemberontakan yang dilakukan oleh Iblis dan kejatuhan manusia ke dalam dosa. Kristus telah membereskan kedua masalah Allah tersebut. Karena itu, Ia layak membuka gulungan kitab yang berisi rencana Allah itu.

Bertanduk Tujuh Dan Bermata Tujuh

Why. 5:6

Dalam ayat 6, Yohanes berkata, “Maka aku melihat di tengah-tengah takhta dan keempat makhluk itu dan di tengah-tengah tua-tua itu berdiri seekor Anak Domba seperti telah (baru saja, TL.) disembelih, bertanduk tujuh dan bermata tujuh: itulah ketujuh Roh Allah yang diutus ke seluruh bumi.”
Anak Domba itu bertanduk tujuh. Tanduk mengibaratkan kekuatan untuk berperang (Ul. 33:17). Mazmur mengatakan, “Karena Engkau berkenan, tanduk kami meninggi” (Mzm. 89:18), “tanduk keselamatanku” (Mzm. 18:3).
Meskipun Kristus adalah Anak Domba yang menebus, tetapi Ia mempunyai tanduk untuk berperang. Anak domba seharusnya lemah lembut dan tidak memiliki tanduk. Namun Kristus sangat ajaib. Terhadap kita, Dia adalah anak domba yang dengan lemah lembut telah menebus kita. Namun terhadap musuh, dia selalu siaga dengan tanduk-Nya.
Anak Domba itu juga bermata tujuh. Mata adalah untuk memeriksa dan menyelidiki. Bahkan sekarang, mata Kristus yang menyala-nyala menyoroti kita untuk menerangi, memeriksa, membersihkan, dan menghakimi kita; ini bukan untuk menghukum kita, melainkan untuk membersihkan dan mengubah kita. Sorotan penghakiman Allah dimotivasi oleh kasih. Karena Ia mengasihi gereja, Ia datang untuk memeriksa, menerangi, menghakimi, membersihkan, dan memurnikan guna mengubah kita menjadi batu-batu permata.
Kitab ini berakhir dengan Yerusalem Baru yang dibangun dengan batu-batu permata. Dari manakah batu-batu itu? Mereka berasal dari ketujuh mata Kristus, yaitu dari Roh pemberi-hayat yang mengubah. Tak seorang pun bisa diubah menjadi batu permata tanpa mengalami pemeriksaan-Nya. Betapa kita perlu menengadah kepada Tuhan agar Ia memeriksa kita semua. Kita bukan untuk menerima doktrin dan pengajaran; kita di sini di bawah terang firman murni dan di bawah pemeriksaan ketujuh Roh itu. Kita semua perlu secara keseluruhan diperiksa, dimurnikan, dan dibersihkan. Jika keadaan kita demikian, kita pasti akan sangat berbeda dengan yang dulu. Kita pasti segera diubah.

Penerapan:
Kristus adalah Singa-Anak Domba untuk membereskan dua kesulitan besar dalam alam semesta, yaitu Iblis dan dosa. Ketika kita gagal, jatuh, dan berbuat dosa, segeralah bertobat dan mengaku dosa. Terapkan darah Anak Domba yang mengalahkan si Pendakwa itu (Why. 12:11).

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, terima kasih, Engkau berperang untuk menebus kita, kini Engkau sudah mengalahkan musuh dan telah merampungkan penebusan untuk kita. Terima kasih Tuhan, sebagai Singa, Engkau telah mengalahkan dan memusnahkan Iblis; dan sebagai Anak Domba, Engkau telah menghapus dosa kita.


Dia Layak Mendapatkan Pujian
Wahyu 5:13
“Dan aku mendengar semua makhluk yang di sorga dan yang di bumi dan yang di bawah bumi dan yang di laut dan semua yang ada di dalamnya, berkata: ‘Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba, adalah puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!’”
Ayat 8, “Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa orang-orang kudus.” Kecapi adalah untuk memuji dan cawan yang penuh dengan kemenyan adalah untuk mempersembahkan doa. Tujuan dari doa orang-orang kudus adalah kedatangan Tuhan kali kedua.
Ayat 9 mengatakan, “Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru katanya, ‘Engkau layak menerima gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya; karena Engkau telah disembelih dan dengan darah-Mu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan umat dan bangsa.” Nyanyian di sini adalah nyanyian baru, sebab Anak Domba yang mereka puji baru saja disembelih. Nyanyian baru ini memuji Anak Domba yang layak.
Berbicara tentang mereka yang telah dibeli bagi Allah dengan darah Anak Domba, kedua puluh empat tua-tua dalam ayat 10 menyanyikan, “Engkau telah membuat mereka menjadi suatu kerajaan, dan menjadi imam-imam bagi Allah kita, dan mereka akan memerintah sebagai raja di bumi.” Kata “mereka” dalam ayat ini membuktikan bahwa tua-tua yang memuji ini bukanlah tua-tua gereja, melainkan tua-tua malaikat. Kerajaan adalah untuk jabatan raja, guna melaksanakan kekuasaan Allah; imam-imam adalah untuk tugas keimaman, guna merampungkan ministri ilahi.

Pujian Bagi-Nya
Why. 4-5

Kidung ini ditulis oleh J.N. Darby (1800-1882), seorang pelopor dari “The Brethren” di Inggris. Seumur hidupnya, ia memilih miskin dan merendahkan diri. Ia menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Inggris, Perancis, dan Jerman. Sampai sekarang, terjemahannya tetap diakui sebagai salah satu terjemahan yang terbaik.
Awalnya, kidung ini ada 33 bait, tetapi kemudian oleh beberapa saudara telah diringkas. Suasana kidung ini sungguh agung dan luas. Wahyu 4 dan 5 menjadi latar belakangnya. Kidung ini mengisahkan keadaan Anak Domba yang telah bangkit dari kematian, naik ke sorga, dan duduk di atas takhta.

Dengar suara menggelegar,
Junjung tinggi Sang Domba;
Laksa-an saleh beresonan,
Harmonis pun tak hingga.

Tiap penjuru puji Domba,
Genap surga Bergita;
Semua mulut nyanyi riang,
Penuh luap pujian.

Wangi syukur p’ri ukupan,Membubung pada Bapa;
Semua mulut sembah Putra,
Memujilah serempak.


Keempat Meterai Pertama (1)
Wahyu 6:2
“Dan aku melihat: sesungguhnya, ada seekor kuda putih dan orang yang menungganginya memegang sebuah panah (busur, TL.) dan kepadanya dikaruniakan sebuah mahkota. Lalu ia maju sebagai pemenang untuk merebut kemenangan.”

Sesudah Tuhan dimuliakan dalam kenaikkan-Nya, maka mulai pasal enam, Dia membuka meterai gulungan kitab itu.
Keempat meterai pertama terdiri atas empat ekor kuda beserta penunggangnya, seperti pacuan empat ekor kuda. Empat ekor kuda dan penunggangnya ini merupakan lambang sebagai berikut: (1) Meterai pertama: kuda putih dan penunggangnya adalah pemberitaan Injil (ay. 1-2). (2) Meterai kedua: kuda merah dan penunggangnya adalah meluasnya peperangan (ay. 3-4). (3) Meterai ketiga: kuda hitam dan penunggangnya adalah kelaparan yang meningkat (ay. 5-6). (4) Meterai keempat: kuda abu-abu (hijau kuning) dan penunggangnya adalah kematian yang merajalela.
Menyusul kenaikan Kristus, keempat hal ini—Injil, peperangan, kelaparan, dan maut—mulai berlari seperti keempat penunggang kuda yang menunggangi kudanya, dan mereka akan terus berlari sampai Kristus kembali.
Tiga perkara negatif - peperangan, kelaparan, dan maut, walaupun mengerikan tetapi mempercepat pengabaran Injil. Pemberitaan Injil selalu memimpin pacuan keempat kuda ini. Inilah hikmat Allah. Injil telah tersebar luas sepanjang dua puluh abad ini. Dalam waktu yang sama, peperangan di antara umat manusia terus menerus terjadi. Peperangan selalu menyebabkan kelaparan, dan kelaparan mendatangkan maut. Tetapi ketiganya selalu membuka pintu bagi Injil. Semua ini akan berkesinambungan sampai akhir zaman ini.

Keempat Meterai Pertama (2)
Why. 6:1-8

Dalam ayat dua, penunggang kuda putih membawa panah. Kata ‘panah’ ini dalam naskah bahasa Yunani tertulis sebagai ‘toxon’, yang artinya ‘busur’. Cukup menarik untuk diperhatikan bahwa penunggang kuda ini hanya memegang busur tanpa anak panah. Ini menunjukkan bahwa anak panahnya sudah ditembakkan untuk menghancurkan musuh, dan kemenangan sudah di dapat, supaya Injil damai sejahtera bisa terbentuk. Kini peperangan telah usai dan Injil damai sejahtera diberitakan dengan damai.
Ayat dua juga menyinggung mengenai mahkota. Karena mahkota adalah tanda kemuliaan. Ini menyatakan bahwa Injil sudah dimahkotai dengan kemuliaan Kristus (2 Kor. 4:4).
Selanjutnya dikatakan bahwa ia maju ‘sebagai pemenang untuk merebut kemenangan’. Frasa ini dapat juga diterjemahkan ‘sudah menaklukkan dan akan menaklukkan lagi’. Dari zaman ke zaman ke mana pun Injil diberitakan, Injil selalu menaklukkan dan mengalahkan segala macam tantangan dan serangan. Kita tidak diberitahu bahwa penunggang kuda kedua, ketiga, dan keempat maju untuk memperoleh kemenangan. Hanya penunggang kuda pertama, yaitu pemberitaan Injil, yang terus-menerus memperoleh kemenangan. Di mana saja Injil diberitakan, di sana ada kemenangan. Musuh Allah boleh menggunakan segala macam taktik untuk menghambat dan menghancurkan pemberitaan Injil, namun pada akhirnya tetap Injil yang menaklukkan segalanya. Kiranya lambang ini menguatkan tekad kita untuk berjuang bagi berita Injil seperti yang dilakukan oleh rasul Paulus (Flp. 4:3).
Setiap perkara di bumi hari ini adalah untuk pemberitaan Injil. Pabrik, percetakan, pesawat udara, radio, televisi, dan bahkan senjata nuklir pun berfaedah untuk pemberitaan Injil. Kebanyakan orang, termasuk raja-raja maupun para presiden, tidak mengetahui apa yang sedang mereka lakukan. Haleluya! kita mengetahui. Segala sesuatu yang dikerjakan oleh para penguasa itu membantu pemberitaan Injil. Zaman ini adalah zaman pemberitaan Injil. Saudara saudari, kita mau berbagian di dalam Injil, atau hanya sebagai penonton?

Penerapan:
Marilah kita lebih giat memberitakan Injil. Setiap manusia diperebutkan oleh Injil, peperangan, kelaparan, dan maut. Bila kita berlambat-lambat, maka orang tersebut akan direbut oleh peperangan, kelaparan, atau maut.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, kobarkanlah api Injil di hatiku. Penuhi hatiku dengan kasih dan beban kepada manusia. Aku mengakui bahwa aku kurang beban dan kurang bergairah bagi Injil, bagi jiwa-jiwa yang akan binasa, ampunilah aku. Tuhan, aku mau mempersembahkan diriku, waktuku, dan tenagaku, bagi Injil-Mu. Pakailah aku, penuhi dengan Roh dan Kuasa-Mu, agar aku memiliki keberanian bersaksi bagi nama-Mu.


Meterai Kelima (1)Wahyu 6:9-10a
“... Anak Domba itu membuka meterai yang kelima, aku melihat di bawah mezbah jiwa-jiwa mereka yang telah dibunuh oleh karena firman Allah dan oleh karena kesaksian yang mereka miliki. Dan mereka berseru dengan suara nyaring.”
Meterai kelima: seruan jiwa-jiwa di bawah mezbah, ini adalah seruan orang-orang kudus martir dari Firdaus memohon pembalasan (6:9-11). Meterai kelima menyingkapkan kemartiran orang Kristen dari abad pertama sampai menjelang akhir zaman ini. (Mungkin juga meliputi kemartiran orang-orang kudus Perjanjian Lama — Mat. 23:34-36). Ketika Injil disebarluaskan, seperti yang dinyatakan oleh meterai pertama, selalu ada orang saleh setia yang menjadi martir. Stefanus, Petrus, dan hampir semua rasul lainnya telah menjadi martir. Rasul Yohanes dibuang, Paulus dipenjarakan dan akhirnya juga dijatuhi hukuman mati.
Kaum saleh itu menjadi martir bukan karena mereka menentang pemerintahan manusia, tetapi karena firman Allah dan kesaksian Yesus. Firman Allah adalah berita sukacita, Injil, yang mereka beritakan. Kesaksian Yesus adalah kehidupan yang mereka tempuh. Keduanya bertentangan dengan jalan Iblis di dunia ini. Karena itu, kapan saja dan di mana saja kaum saleh memberitakan firman Allah dan menampilkan kesaksian Yesus, Iblis menghasut orang banyak untuk menganiaya mereka, bahkan membunuh mereka.
Ini adalah suatu peperangan, bukan antara manusia dengan kaum saleh, melainkan antara Iblis dengan Allah. Waktunya akan tiba, Allah akan menuntut balas bagi kaum saleh dengan melaksanakan penghakiman-Nya yang adil atas bumi yang berada di bawah pengaruh jahat Iblis.

Meterai Kelima (2)
Why. 6:9-10

Wahyu 6:9-10 mengatakan, “Aku melihat di bawah mezbah jiwa-jiwa mereka yang telah …. Mereka berseru dengan suara nyaring, katanya: ‘Berapa lamakah lagi, ya Penguasa yang kudus dan benar, Engkau tidak menghakimi dan tidak membalaskan darah kami kepada mereka yang diam di bumi?’” Jiwa-jiwa itu berada di bawah mezbah. Kita perlu tahu bahwa sewaktu binatang kurban dibunuh di atas mezbah, darahnya akan mengalir turun ke bawah mezbah. Jadi, dalam pandangan Allah, mereka yang martir telah dipersembahkan kepada-Nya sebagai kurban di atas mezbah dan bahwa darah mereka, yaitu jiwa mereka, ditumpahkan di sana. Sekarang posisi mereka berada di bawah mezbah.
Menurut tanda, mezbah berada di pelataran luar Bait Suci. Pelataran luar melambangkan bumi. Karena itu, “di bawah mezbah” berarti di bawah bumi. Inilah Taman Firdaus yang dituju oleh Tuhan Yesus setelah Ia wafat (Luk. 23:43). Tempat ini berada di dalam rahim bumi (Mat. 12:40), dan merupakan bagian yang nyaman dari alam maut (Kis. 2:27; dunia orang mati), tempat Abraham berada (Luk. 16:22-26).
Mereka berdoa, “… membalaskan darah kami kepada mereka yang tinggal di bumi.” Doa ini berbeda dengan dengan doa Stefanus. Tetapi, bagaimanapun Allah akan membalaskan darah kaum martir-Nya kepada mereka yang tinggal di bumi, orang-orang yang telah menetap di bumi. “Menetap di bumi” menunjukkan bahwa mereka ini telah mengukuhkan diri sendiri dan segala milik mereka di atas bumi.
Ayat 11 mengatakan, “Mereka masing-masing diberikan sehelai jubah putih, dan kepada mereka dikatakan, bahwa mereka harus beristirahat sedikit waktu lagi hingga genap jumlah kawan-kawan pelayan dan saudara-saudara mereka, yang akan dibunuh sama seperti mereka.” Jubah putih di sini menunjukkan bahwa kemartiran mereka diperkenan oleh Allah. Mereka perlu menunggu sedikit waktu lagi hingga genap jumlah “yang akan dibunuh sama seperti mereka”. Ini menunjukkan bahwa seruan mereka akan terjadi menjelang akhir jaman; dan selama kesusahan besar, masih ada lagi yang akan martir.

Penerapan:
Sepanjang sejarah perjalanan gereja, banyak kaum saleh yang martir karena firman Allah, Injil, dan kesaksian Yesus yang mereka miliki. Bagaimana dengan kita? Apakah yang kita beritakan? Kesaksian mengenai obral barang, kenyamanan dunia, atau firman Allah? Semoga kesaksian mereka yang telah martir terus menjaga hati kita.

Pokok Doa:
Ya Tuhan, begitu banyak saksi di depan kami. Jangan biarkan kami terus suam-suam kuku. Tolonglah kami segera menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kami, dan buatlah kami dapat berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kami.


Meterai Keenam (1)
Wahyu 6:12
“Maka aku melihat, ketika Anak Domba itu membuka meterai yang keenam, sesungguhnya terjadilah gempa bumi yang dahsyat dan matahari menjadi hitam bagaikan karung rambut dan bulan menjadi merah seluruhnya bagaikan darah.”
Meterai keenam: bumi dan langit diguncang, awal kesusahan besar—peringatan bagi penghuni bumi (6:12-17). Meterai keenam adalah jawaban Allah terhadap seruan kaum saleh yang martir dalam meterai kelima. Setelah meterai keenam dibuka, Tuhan datang untuk mengguncangkan bumi dan benda-benda langit.
Bumi akan berguncang dengan dahsyatnya, matahari akan menjadi hitam bagaikan karung rambut, bulan menjadi merah seluruhnya bagaikan darah, dan bintang-bintang di langit akan berjatuhan ke bumi bagaikan pohon ara menggugurkan buah-buahnya yang mentah, apabila ia diguncang angin yang kencang. Maka menyusutlah langit bagaikan gulungan kitab yang digulung dan tergeserlah gunung-gunung dan pulau-pulau dari tempatnya (6:12-14).
Guncangan yang dahsyat ini merupakan peringatan agar kita bertobat dan kembali kepada Allah. Allah seolah-olah berkata, “Aku menciptakan matahari, bulan, dan bintang-bintang bagi kehidupan kalian. Tetapi kalian melupakan Aku, menentang Aku, dan menghina Aku. Kalian hidup hanya bagi diri sendiri, tidak mempedulikan Aku. Sekarang saat-Ku mengguncangkan bumi sebagai peringatan bagi kalian. Kembalilah kepada-Ku.”
Sementara sebagian orang menghina Allah dengan berkata bahwa diri mereka adalah Allah, Tuhan akan mengguncangkan bumi dan langit sebagai suatu peringatan kepada mereka bahwa Dialah Allah.

Meterai Keenam (2)
Why. 6:12-17

Bumi adalah untuk keberadaan manusia, dan setiap bentuk kehidupan di bumi adalah untuk kepentingan manusia. Aneka binatang, sayur-mayur, dan berbagai mineral, semuanya adalah untuk keberadaan manusia. Hal-hal ini ada bukan secara kebetulan, melainkan telah direncanakan dan diciptakan oleh Allah. Misalnya, di bulan tidak ada udara, namun di bumi ada. Di sekeliling bola bumi terdapat satu lapisan udara yang oleh Alkitab disebut cakrawala (Kej. 1:7). Allah menciptakannya sedemikian rupa sehingga menghasilkan berbagai suplai untuk mempertahankan hidup manusia. Tetapi setelah Allah menghakimi bumi dan langit, bumi tak lagi merupakan tempat tinggal yang nyaman bagi manusia. Mulai dari meterai keenam, tidak ada sesuatu pun yang baik bagi manusia di bumi.
Sejak kenaikan Kristus, sebenarnya Allah terus melaksanakan penghakiman atas bumi. Yesus dalam Matius 24:7 bahkan mengatakan, “Sebab bangsa akan bangkit melawan bangsa, dan kerajaan melawan kerajaan. Akan ada kelaparan dan gempa bumi di berbagai tempat.” Penghancuran kota Yerusalem oleh Titus dan tentaranya, berbagai bencana alam lain yang mengerikan yang diiringi bencana kelaparan, penyakit sampar, dan maut, semuanya pasti ada tangan penghakiman Allah. Sepanjang abad, bencana alam terus dipakai oleh Allah untuk menghukum bumi hingga meterai keenam.
Pada saat meterai keenam, bencana alam ini akan berubah, bukan lagi merupakan bencana alam yang biasa, melainkan yang adikodrati. Bencana alam ini merupakan pendahuluan dari meterai ketujuh, sebagai peringatan bagi mereka yang diam di bumi. Melalui meterai keenam, Tuhan ingin kita bertobat hingga tidak perlu mengalami meterai ketujuh yang jauh lebih mengerikan. Inilah hati Tuhan, betapa Ia mengasihi kita dan selalu memberi kita kesempatan. Marilah kita pergunakan kesempatan yang masih ada.
Dalam ayat 15-17 kita nampak reaksi penghuni bumi. Mereka malah menyembunyikan diri dalam gua-gua dan celah-celah batu karang di gunung. Mereka mengira murka Allah telah tiba padahal ini baru peringatan dan bukan murka Allah yang sebenarnya.

Penerapan:
Bagaimanakah reaksi kita setelah melihat dan mendengar mengenai berbagai bencana alam akhir-akhir ini? Begitu banyak bencana alam yang menelan korban jiwa yang sangat besar. Apakah kita peka dan ada pertobatan yang radikal dalam hidup kita? Berjaga-jagalah dan berdoalah!

Pokok Doa:
Ya Bapa, ampunilah diriku yang selama ini sangat egois dan terlalu menyayangi jiwaku. Aku malu untuk memberitakan nama-Mu. Banyak kaum saleh yang martir bagi kesaksian-Mu sepanjang zaman ini bahkan sampai menjelang kedatangan-Mu kembali. Tuhan rahmatilah aku, kuatkan dan pakailah aku. Perlengkapi dengan kuasa-Mu, agar aku boleh menjadi martir-martir Kristus (Kis.1:8).


Orang Israel Pilihan Dipelihara Di Bumi (1)
Wahyu 7:1
“Kemudian daripada itu aku melihat empat malaikat berdiri pada keempat penjuru bumi dan mereka menahan keempat angin bumi, supaya jangan ada angin bertiup di darat, atau di laut atau di pohon-pohon.”
Pasal 7 bukanlah lanjutan pasal 6. Pasal 8 barulah lanjutan pasal 6. Pasal 7 merupakan sisipan, yaitu sisipan antara meterai keenam (6:12-17) dan meterai ketujuh (8:1). Sisipan ini menunjukkan bagaimana Allah memelihara umat-Nya ketika Ia akan melaksanakan penghakiman atas bumi.
Pembukaan meterai ketujuh akan mendatangkan ketujuh sangkakala. Sangkakala pertama merusakkan bumi dan pepohonan (8:7), sangkakala kedua merusakkan laut (8:8-9), sangkakala ketiga merusak sungai-sungai (8:10-11), dan sangkakala keempat merusakkan benda-benda langit (8:12). Sangkakala kelima akan menyiksa manusia secara langsung (9:4). Sebelum semua ini dilaksanakan, Allah akan akan melindungi dua kelompok umat-Nya — bangsa Israel dan kaum saleh tebusan-Nya. Allah akan memeteraikan orang-orang Israel pilihan-Nya dan melindungi mereka dari malapetaka yang adikodrati yang ditimbulkan oleh sangkakala-sangkakala itu. Meterai itu akan menjadi tanda pengenal terhadap para malaikat yang diutus untuk menghakimi bumi.
Allah tahu bahwa di antara orang-orang Yahudi yang tidak percaya, ada sebagian orang yang setia, dan sebelum Ia menghakimi bumi dengan malapetaka yang adikodrati, Ia akan memeteraikan mereka.Dalam 7:4-8 kita nampak Allah memeteraikan seratus empat puluh empat ribu orang “dari semua suku keturunan Israel”, dari setiap suku dimeteraikan dua belas ribu orang.

Orang Israel Pilihan Dipelihara Di Bumi (2)
Why. 7:1-8

Wahyu 7:1 mengatakan, “Kemudian daripada itu aku melihat empat malaikat berdiri pada keempat penjuru bumi dan mereka menahan keempat angin bumi, supaya jangan ada angin bertiup di darat, atau di laut atau di pohon-pohon.” Karena itu bumi menjadi tenang, laut tidak berombak, dan pohon-pohon menjadi diam. Allah melakukan semua ini untuk memeterai orang-orang yang ingin dilindungi-Nya. Angin di sini adalah untuk penghakiman Allah (Yun. 1:4; Yes. 11:15; Yer. 22:22; 49:36; 51:2).
Ayat berikutnya mengatakan, “Lalu aku melihat seorang malaikat lain ….” “Malaikat lain” di sini sama dengan yang disebutkan dalam 8:3; 10:1; dan 18:1; mengacu kepada Kristus. Kata “lain” menunjukkan bahwa Kristus bukan malaikat biasa, melainkan malaikat khusus yang diutus oleh Allah. Selain Tuhan Yesus, siapa yang bisa memiliki otoritas ini? Siapa lagi yang bisa memiliki kemuliaan ini? Dalam Perjanjian Lama, Kristus disebut Malaikat TUHAN; Malaikat ini adalah Allah sendiri (Kej. 22:11-12; Kel. 3:2-6; Hak. 6:11-24; Za. 1:11-12; 2:8-11; 3:1-7). Dalam Perjanjian Baru, Ia sekali lagi disebut sebagai Malaikat.
“… seorang malaikat lain muncul dari tempat matahari terbit. Ia membawa meterai Allah yang hidup.…” Meterai ini pasti diletakkan ke tangan orang yang paling dekat dengan Allah. Tuhan Yesus adalah manusia yang unik di samping Allah. Firaun meletakkan meterai ke tangan Yusuf (Kej. 41:42); demikian juga Allah meletakkan meterai ke dalam tangan Tuhan Yesus.
“… ia berseru dengan suara nyaring kepada keempat malaikat yang ditugaskan untuk merusakkan bumi dan laut.” Dari sini kita dapat melihat bahwa semua kejadian yang akan terjadi di bumi di mulai dari Allah. Jika Allah tidak memberikan otoritas, keempat malaikat tidak dapat berbuat apa-apa.
Catatan: Dari kedua belas suku yang dimeterai itu, kita nampak Yusuf memperoleh bagian ganda (lihat 1 Taw. 5:1-2; Yeh. 48:4-5). Pada mulanya Ruben adalah anak sulung Israel, tetapi karena berbuat dosa, ia kehilangan hak kesulungan. Yehuda melebihi saudara-saudaranya (1 Taw. 5:1-2), karena itu, di sini suku Yehuda disebut lebih dulu. Suku Dan terhapus (sama dengan catatan dalam 1 Tawarikh 2-9), karena dia menyembah berhala (Hak. 18:30-31; 1 Raj. 12:29-30; 2 Raj. 10:29; lihat Kej. 49:17). Tetapi, pada masa Kerajaan Seribu Tahun, suku Dan tetap terhitung (Yeh. 48:1) karena berkat Yakub atasnya.

Penerapan:
Roma 2:4 berkata Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan? Apakah kita masih belum mau sadar, degil, dan tidak mau bertobat dari cara hidup kita yang sia-sia, dari kedagingan, dan keduniawian kita?

Pokok Doa:
Oh Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau begitu sabar dan penuh kasih. Engkau juga Allah yang berdaulat, yang menentukan segala-galanya. Kami berdoa Tuhan, agar Engkau terus memperingatkan kami hingga kami boleh bertobat dan luput dari segala malapetaka yang akan terjadi.


Allah Melindungi Umat Tebusan-Nya
Wahyu 7:9
“Kemudian dari pada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka.”
Allah berjanji memberi Abraham keturunan sebanyak bintang-bintang di langit dan pasir di tepi laut (Kej. 22:17). Orang-orang Kristen, adalah umat surgawi, diwakili oleh bintang-bintang, sedangkan orang-orang Israel, adalah umat yang bumiah, diwakili oleh pasir di tepi laut.
Cara Allah melindungi umat yang bumiah, orang-orang Israel pilihan-Nya, dari kesusahan besar, adalah dengan memeteraikan mereka dan membiarkan mereka di bumi. Ia tidak akan mengangkat mereka dari bumi.
Namun, cara Allah melindungi umat surgawi-Nya, kaum saleh tebusan-Nya, dari kesusahan besar, bukan dengan menaruh mereka di bumi, melainkan dengan cara mengangkat mereka (Why. 7:9-15). Itulah sebabnya sebelum Allah membuka meterai ketujuh, Yohanes telah melihat kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba.
Saudara saudari, Tuhan memang sangat ingin mengangkat kita dan meluputkan kita dari kesusahan besar, tetapi jika kita tidak bersyarat, Ia terpaksa meninggalkan kita di bumi untuk mengalami kesusahan besar.
Allah tidak sembarangan mengangkat orang. Tuhan akan datang dengan sembunyi seperti seorang pencuri kepada orang yang mengasihi Dia, dan akan membawa mereka sebagai mustika-Nya. Apakah kita cukup berharga untuk dicuri Tuhan? Karena itu, marilah kita selalu berjaga-jaga.

Orang-Orang Yang Keluar Dari Kesusahan Besar
Why. 7:9-14

alam ayat 9 kita nampak kumpulan besar orang banyak itu “memakai jubah putih” karena mereka “telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba” (ay. 14). “Jubah” di sini dalam bentuk jamak, melambangkan kebenaran perbuatan kaum beriman. “Putih” menunjukkan bahwa perbuatan mereka murni dan sudah diperkenan Allah melalui penyucian dalam darah Anak Domba.
Ayat 10 mengatakan, “Dan dengan suara nyaring mereka berseru: “Keselamatan bagi (ada pada, TL.) Allah kami yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba!’” Pujian nyaring ini menyatakan bahwa mereka penuh dengan rasa syukur atas karunia keselamatan Allah.
Berbicara tentang orang banyak yang tercantum dalam ayat 9, salah seorang dari tua-tua berkata, “Mereka ini adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan yang besar” (Why. 7:14). Kesusahan besar di sini mengacu kepada kesusahan dalam pengertian yang umum, bukan kesusahan besar dalam meterai ketujuh. Setiap orang tebusan Allah akan mengalami berbagai kesulitan, penderitaan, penganiayaan, dan kesesakan. Tak seorang Kristen pun bisa menghindar dari hal-hal tersebut.
Di dalam roh, sebagai orang Kristen, kita adalah orang yang menikmati; tetapi dari segi jasmani, kita adalah orang yang menderita. Namun, suatu hari kita akan keluar dengan jaya dari kesusahan besar itu dan berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba.
Setiap orang dalam kumpulan besar pada pasal ini memegang daun palem, melambangkan kemenangan mereka atas kesengsaraan yang mereka alami karena Tuhan (Why. 7:9, lihat Yoh. 12:13). Pohon palem juga adalah tanda kepuasan karena mendapat dirisan (Kel. 15:27). Tangkai pohon palem dipakai pada hari raya Pondok Daun. Pada hari raya itu, umat Allah bersukaria karena puas menikmati (Im. 23:40; Neh. 8:15). Hari raya Pondok Daun merupakan suatu lambang yang akan digenapi oleh kumpulan besar orang banyak yang ditebus Allah ini. Mereka akan menikmati hari raya Pondok Daun yang kekal. Dalam Bait Allah, mereka akan semarak bagaikan pohon palem (Mzm. 92:13-14).

Penerapan:
Kita jangan berharap menghadapi kesusahan besar. Kita perlu bertumbuh terus hingga matang, bertumbuh terus hingga terangkat, bertumbuh terus hingga kita sampai ke hadirat-Nya. Satu-satunya tempat kita bisa bertumbuh adalah gereja, karena di sanalah ada Kristus sebagai padang rumput kita.

Pokok Doa:Tuhan, Engkau ingin mengangkat kami sebelum kesusahan besar. Engkau akan membuat kami berada dalam keadaan menikmati rawatan-Mu dan penggembalaan-Mu sampai kekal. Betapa menyenangkan hal ini! Oh Tuhan Yesus, buatlah kami juga merespon hal ini. Ingatkan kami agar terus berjaga-jaga, juga melayani-Mu dengan setia. Jangan biarkan hati kami sarat dengan pesta pora dan kemabukan. Oh Tuhan, sadarkanlah kami setiap saat.


Allah Membentangkan Kemah-Nya di Atas MerekaWahyu 7:15
“Karena itu mereka berdiri di hadapan takhta Allah dan melayani Dia siang malam di Bait Suci-Nya. Dan Ia yang duduk di atas takhta itu akan membentangkan kemah-Nya
di atas mereka.”

Kumpulan besar orang banyak yang telah tertebus ini akan melayani Allah siang dan malam.
Mereka akan menikmati Allah dan pemeliharaan-Nya. Ia akan membentangkan kemah-Nya di atas mereka, berarti Allah akan membuat umat tebusan-Nya diam bersama-sama dengan-Nya. Dalam pengertian yang sangat positif, Allah malah akan menjadi tempat kediaman kita, kemah kita.
Kristus ialah kemah Allah (Yoh. 1:14 TL.). Yerusalem Baru sebagai perluasan akhir Kristus akan menjadi kemah kekal Allah (21:2-3), dimana semua orang yang tertebus akan selamanya tinggal bersama Allah dan menikmati Allah.

Allah Akan Menghapus Segala Air Mata Kita
Why. 7:16-17

Ayat 16-17,“Mereka tidak akan menderita lapar dan dahaga lagi, dan matahari atau panas terik tidak akan menimpa mereka lagi. Sebab Anak Domba yang di tengah-tengah takhta itu, akan menggembala-kan mereka dan akan menuntun mereka ke mata air kehidupan. Dan Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka.”
Why 7:15-17, sama seperti Why. 21:3-4 dan Why. 22:3-5, yaitu gambaran kekekalan.
Di sini kita nampak bahwa Anak Domba akan menggembalakan mereka dan menuntun mereka ke mata air kehidupan (hayat). Di bawah penggembalaan Kristus, “takkan kekurangan aku” (Mzm. 23:1).
Istilah “mata air” di sini, dalam bahasa aslinya berbentuk jamak. Dalam kekekalan, mata air hayat itu berlimpah-limpah dan sanggup memuaskan segala dahaga kita sampai selamanya. Haleluya, betapa baiknya hal ini!
Ayat 17, “Dan Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka.” Air mata adalah tanda ketidakpuasan. Dalam kekekalan, Anak Domba akan menyuplai mereka dengan air hayat sampai puas, maka mereka tidak akan menangis lagi. Air hayat akan disuplaikan, dan air mata akan dihapus. Di sana tidak akan ada air mata, kelaparan, atau dahaga.
Karena itu, saudara saudari marilah kita bertekun menempuh jalan Tuhan, seperti kidung yang ditulis M.E. Barber di bawah ini:

Tak berapa ja-uh lagi, lerai penat dan pedih;Tia-da dosa, tia-da getir, tangis, sedih terhenti.Dengar su-a-ra-Nya manis,"Maju, janganlah jeri!Sebelum fajar menyingsing, mungkin sudah berakhir."

Penerapan:
Pernahkah kita mengalami Dia sebagai sang Imanuel? Dia bukan hanya Allah, tetapi Allah yang menyertai kita. Saat ini pun, setiap kali kita berkumpul dalam nama-Nya, Ia menyertai kita. Ia akan menyertai kita sampai akhir jaman. Kita tidak perlu khawatir terhadap apa pun. Dialah Imanuel.

Pokok Doa:Oh, Tuhan, terima kasih karena Engkau begitu damba membentangkan kemah-Mu di atas kami. Kami boleh menikmati Engkau dan pemeliharaan-Mu. Tuhan Yesus, kami serahkan hidup kami saat ini, buatlah kami juga terus berlatih menikmati Engkau dan pemeliharaan-Mu senantiasa. Jangan biarkan kami mengandalkan kekuatan kami.


Sunyi Senyaplah Di SorgaWahyu 8:1-2
“Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai yang ketujuh, maka sunyi senyaplah di sorga, kira-kira setengah jam lamanya. Lalu aku melihat ketujuh malaikat, yang berdiri di hadapan Allah, dan kepada mereka diberikan tujuh sangkakala.”
Meterai yang ketujuh mendatangkan ketujuh sangkakala yang merupakan jawaban atas doa kaum saleh dalam meterai kelima. Tujuh sangkakala ini adalah isi dari meterai ketujuh. Tujuh meterai dibuka secara sembunyi-sembunyi, sedang tujuh sangkakala ditiup secara terbuka.
Ketika Anak Domba itu membuka meterai yang ketujuh, maka sunyi senyaplah di sorga. Peristiwa ini menyatakan bahwa saat itu adalah saat yang sangat serius. Mengapa demikian? Karena saat itu adalah saat peralihan zaman – dari zaman toleransi Allah ke zaman murka Allah.
Periode sebelum meterai ketujuh dibuka adalah zaman toleransi Allah. Allah terus-menerus bersabar terhadap situasi di bumi yang penuh dosa ini, karena melalui pemberitaan Injil, Ia ingin mencapai tujuan-Nya, yaitu menghasilkan gereja, guna merampungkan rencana kekal-Nya. Tetapi, ketika meterai ketujuh dibuka, zaman toleransi ini berakhir, dan datanglah zaman yang lain, yaitu zaman murka Allah. Saat inilah Allah akan membereskan suasana yang penuh pemberontakan dan dosa di bumi ini. Karena peristiwa ini demikian serius, maka sorga menjadi hening.
Saudara saudari, kalau seluruh penghuni sorga saat itu tidak ada yang berani mengeluarkan suara karena menyadari keseriusan peristiwa itu. Bukankah sebaiknya kita mulai saat ini juga belajar bertobat dari segala yang tidak diperkenan-Nya?

Doa-Doa Orang Kudus Dan JawabannyaWhy. 8:3-6

Wahyu 8:3 mengatakan, “Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu ....” Ketika meterai yang ketujuh dibuka, di bumi masih ada orang kudus yang sedang berdoa.
Pedupaan emas melambangkan doa orang-orang kudus (5:8), yang dipersembahkan kepada Allah oleh Kristus sebagai “seorang Malaikat lain”. Kemenyan melambangkan Kristus dengan semua hasil karya-Nya, ditambahkan ke atas doa orang-orang kudus, sehingga doa mereka yang dipersembahkan di mezbah emas bisa diperkenan Allah. Haleluya, doa setiap orang Kristen sangat bernilai di hadapan Kristus dan Allah. Ketika di muka bumi ini ada orang yang berdoa, maka Kristus akan menerimanya lalu menambahkan diri dan karya-Nya ke atas doa itu serta mempersembahkan doa itu ke hadapan Allah. Kenyataan ini kiranya dapat mendorong kita untuk lebih tekun berdoa. Tidak ada satu doa-pun yang sia-sia.
Ayat 5 mengatakan, “Lalu malaikat itu mengambil pedupaan itu, mengisinya dengan api dari mezbah, dan melemparkannya ke bumi. Maka meledaklah bunyi guruh, disertai halilintar dan gempa bumi.” Melemparkan api ke bumi adalah melaksanakan penghakiman Allah terhadap bumi. Sebab itu, datangnya guruh, suara, halilintar, dan gempa bumi adalah tanda penghakiman Allah. Kejadian ini menunjukkan jawaban terhadap doa orang-orang kudus, terutama doa yang tercantum dalam 6:9-11 pada waktu meterai kelima, dan doa yang tercantum dalam Lukas 18:7-8. Doa orang-orang kudus dalam pasal ini pastilah memohon Allah untuk menghakimi bumi yang menentang kehendak Allah. Jawaban terhadap doa orang-orang kudus ini adalah pelaksanaan penghakiman Allah terhadap bumi ini melalui ketujuh sangkakala yang akan ditiup kemudian. Haleluya, setiap doa pasti didengar Allah dan akan dikabulkan-Nya pada waktu-Nya dan menurut cara-Nya. Marilah kita lebih tekun berdoa, khususnya berkaitan dengan rencana agung-Nya.

Penerapan:
Saat ini kita masih dalam zaman toleransi Allah. Karena itu, marilah kita segera bertobat dari semua perbuatan dosa kita, dari pencemaran dunia, dan dari pendudukan Satan di atas diri kita. Jangan menunggu sampai zaman beralih ke zaman murka Allah.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, terima kasih untuk kesabaran-Mu yang luar biasa terhadap kami. Oh Tuhan, tariklah kami segera mengikuti-Mu. Pimpinlah kami terus berjalan di jalan yang Engkau tetapkan. Selamatkan kami dari godaan dunia. Dapatkan segenap hati kami, segenap diri kami bagi-Mu.



Allah Memerlukan Doa-Doa Orang Kudus (1)
Wahyu 8:6
“Dan ketujuh malaikat yang memegang ketujuh sangkakala itu bersiap-siap untuk meniup sangkakala.”
Di ayat 2, Yohanes melihat ketujuh malaikat yang berdiri di hadapan Allah, dan kepada mereka diberikan tujuh sangkakala. Tetapi para malaikat tersebut harus menunggu sampai doa orang-orang kudus mendapat jawaban (ay. 3-5), barulah mereka bisa bersiap-siap meniup sangkakala (ay. 6).
Jadi, sekalipun meterai ketujuh telah dibuka dan ketujuh sangkakala siap ditiup, namun sebelum Kristus mempersembahkan doa-doa kaum saleh kepada Allah dengan diri-Nya sebagai kemenyan, tidak akan terjadi sesuatu. Ini menunjukkan bahwa ketika Allah ingin melaksanakan penghakiman-Nya atas bumi, Ia masih memerlukan kerja sama kaum saleh dengan doa-doa mereka.
Agar kehendak Allah di sorga terlaksana di bumi, orang-orang kudus perlu berdoa. Persembahan doa-doa kaum saleh kepada Allah oleh Kristus mendatangkan ketujuh sangkakala.
Sebagai orang Kristen, kita harus menyadari bahwa Allah kita memang mahakuasa, namun semua pelaksanaan kuasa-Nya adalah berdasarkan doa-doa kita. Bahkan untuk pelaksanaan penghakiman yang besar di Wahyu pasal delapan-pun, Allah juga menunggu doa orang Kristen.
Saudara saudari, marilah kita lebih tekun berdoa, agar kehendak Tuhan terjadi di bumi seperti di sorga. Allah kita memang berkuasa, namun pelaksanaan kuasa-Nya sangat bergantung pada doa kita.

Allah Memerlukan Doa-Doa Orang Kudus (2)
Why. 8:3-6

Allah membutuhkan kaum saleh-Nya berdoa agar Ia bisa melaksanakan penghakiman-Nya. Lukas 18:7 mengatakan, “Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?” Tuhan Yesus berkata bahwa pada suatu saat kaum saleh di bumi akan berseru kepada Allah, mengharapkan Dia datang untuk menanggulangi situasi dan menyatakan diri-Nya.
Pada akhir zaman ini, manusia akan secara besar-besaran memberontak melawan Allah dan menyatakan kepada alam semesta bahwa mereka adalah allah. Karena Allah masih bersabar terhadap keadaan ini, maka sebagian kaum saleh yang setia tidak tahan lagi melihat hal ini dan berdoa, “Ya Tuhan yang berdaulat, berapa lama lagikah Engkau membiarkan hal ini? Apakah Engkau akan selama-lamanya bersabar terhadap pemberontakan ini? Berapa lama lagi Engkau datang dan menyatakan diri-Mu serta menuntut balas atas diri kami? Berapa lama lagi seluruh bumi akan tahu bahwa Engkaulah Tuhan?” Pada akhirnya, diperlukan doa-doa semacam ini.
Kelak kita semua akan didesak untuk berdoa seperti ini. Hari ini tidak ada yang bisa memaksa kita berdoa demikian, karena kita masih belum berada di bawah desakan seperti itu. Tetapi suatu hari, desakan ini akan tiba dan kita semua akan mempunyai beban untuk berdoa seperti ini.
Sebelum saat itu tiba,mulai hari ini, kita perlu membiasakan diri berdoa bukan hanya untuk kepentingan diri sendiri, namun lebih-lebih untuk kehendak Allah.
Bila kita berdoa demikian, Kristus akan melayani Allah dengan doa-doa kita dan menambahkan diri-Nya ke dalamnya sebagai kemenyan. Allah sudah tentu akan menjawab doa ini, yaitu dengan munculnya guruh dan berbagai suara, disertai halilintar dan gempa bumi. Namun ini barulah permulaan penghakiman Allah atas bumi yang memberontak.

Penerapan:
Seberapa banyak kita berdoa bagi keperluan Tuhan? Seberapa banyak kita meminta agar kerajaan-Nya segera datang, nama-Nya dikuduskan, dan kehendak-Nya jadi di bumi seperti di sorga? Untuk perampungan kehendak-Nya, Allah sangat memerlukan doa-doa kita. Kita jangan hanya berdoa bagi keperluan kita saja.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, dikuduskanlah nama-Mu, datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.
Oh Tuhan, ampuni kami karena terlalu sibuk dengan diri sendiri. Selamatkan kami agar hidup kami benar-benar bagi-Mu dan kepentingan-Mu.



Keempat Sangkakala Pertama (1)
Wahyu 8:7
“Lalu malaikat yang pertama meniup sangkakalanya dan terjadilah hujan es, dan api, bercampur darah; dan semuanya itu dilemparkan ke bumi; maka terbakarlah sepertiga dari bumi dan sepertiga dari pohon-pohon dan hanguslah seluruh rumput-rumputan hijau.”
Penghakiman Allah dimulai dengan hal-hal di luar manusia, sebab Allah tetap berharap bahwa manusia mau bertobat.
Sepertiga dari rumput dan pohon hijau terbakar. Ini mengindikasikan bahwa Allah akan terlebih dulu menghancurkan keindahan alam.
Kata “sepertiga” dalam ayat ini, dalam bahasa aslinya berarti “bagian ketiga dari bumi”. Ketika para malaikat mulai meniup sangkakalanya, segala perkara di alam semesta akan ditunggang-balikkan.
Sangkakala pertama akan merusak “bagian ketiga dari bumi”. Ini berarti bahwa bagian tertentu dari bumi, yaitu “bagian ketiga”, akan dirusak. Seluruh bumi memang penuh dosa, namun beberapa bagian dari bumi ini sangat istimewa dalam hal kekejamannya, kejahatannya, dan kebejatannya yang mirip Iblis. Bagian-bagian dari bumi yang berdosa dengan parah akan menjadi “bagian ketiga” tersebut. Banyak orang perlu mendengar kata-kata ini dan diperingatkan agar jangan begitu jahat menentang Allah, sehingga daerah mereka menjadi “bagian ketiga” dari bumi, bagian yang akan dirusak seluruhnya oleh penghakiman Allah.
Menurut Wahyu 9, penghakiman Allah terhadap “bagian ketiga” masih akan dipakai untuk memperingatkan dunia pemberontak agar mereka bertobat.
Saudara saudari marilah kita bertobat, agar penghakiman Allah tidak menimpa kita.

Keempat Sangkakala Pertama (2)
Why. 8:7-12

Setelah bagian ketiga dari bumi dihakimi Allah pada sangkakala pertama, dalam ayat 8-9 kita nampak sangkakala kedua, “Lalu malaikat yang kedua meniup sangkakalanya dan ada sesuatu seperti gunung besar, yang menyala-nyala oleh api, dilemparkan ke dalam laut. Dan sepertiga dari laut itu menjadi darah, dan matilah sepertiga dari segala makhluk yang bernyawa di dalam laut dan binasalah sepertiga dari semua kapal.” Di sini kita nampak bahwa sangkakala kedua akan merusak “bagian ketiga dari laut”. Seprinsip dengan penghakiman atas bumi dalam sangkakala pertama, Allah akan menghakimi bagian ketiga dari laut. Ayat 9 secara khusus menyebutkan perusakan terhadap bagian ketiga dari kapal. Bagian dari laut yang dirusak dan dicemarkan oleh kejahatan yang menentang Allah itu akan dibinasakan oleh penghakiman Allah.
Ayat 10-11 menggambarkan sangkakala ketiga, “Lalu malaikat yang ketiga meniup sangkakalanya dan jatuhlah dari langit sebuah bintang besar, menyala-nyala seperti obor, dan ia menimpa sepertiga dari sungai-sungai dan mata-mata air. Nama bintang itu ialah Apsintus. Dan sepertiga dari semua air menjadi apsintus, dan banyak orang mati karena air itu, sebab sudah menjadi pahit.” Pada sangkakala ketiga ini, bagian ketiga dari sungai dan mata-mata air akan dirusak. Air sangat penting bagi hidup manusia, tetapi karena kejahatan dan pemberontakan manusia, kelak air pun akan dirusak oleh penghakiman Allah.
Dalam ayat 12 tertera sangkakala keempat, penghakiman atas benda-benda langit, “Lalu malaikat yang keempat meniup sangkakalanya dan terpukullah sepertiga dari matahari dan sepertiga dari bulan dan sepertiga dari bintang-bintang, sehingga sepertiga dari padanya menjadi gelap dan sepertiga dari siang hari tidak terang dan demikian juga malam hari.” Cahaya matahari, cahaya bulan, dan cahaya bintang-bintang semuanya akan meredup. Benda-benda langit semuanya berubah, dan dunia akan menjadi gelap. Namun, Allah tidak memukul keseluruhan matahari, bulan, atau bintang-bintang karena Dia ingat firman-Nya sendiri di Kejadian 8:22.

Penerapan:
Kita perlu segera menyelamatkan sanak famili kita, teman-teman, dan orang-orang dekat kita, membuat mereka menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat mereka. Marilah kita bersyafaat bagi mereka agar mereka tidak berbagian dalam “bagian ketiga dari bumi”.

Pokok Doa:
Oh Tuhan, berilah kami hati yang seperti hati-Mu, selalu ingin menyelamatkan manusia. Buatlah kami menaruh keluarga, sanak famili, dan teman, dalam hati kami. Buatlah kami setia mendoakan mereka agar Engkau dapat menyelamatkan mereka.



Celaka Celaka Celakalah
Wahyu 8:13
“Lalu aku melihat: aku mendengar seekor burung nasar terbang di tengah langit dan berkata dengan suara nyaring: ‘Celaka, celaka, celakalah mereka yang diam di atas bumi oleh karena bunyi sangkakala ketiga malaikat lain, yang masih akan meniup sangkakalanya’.”
“Celaka, celaka, celakalah …” karena kesusahan besar segera dimulai. Dibukanya meterai keenam menimbulkan malapetaka yang adikodrati, tetapi keempat sangkakala yang pertama merupakan penghakiman yang lebih mengerikan atas bumi, laut, sungai-sungai, dan benda-benda langit. Walaupun penghakiman itu sangatlah hebat dan berat, namun belum melukai manusia secara langsung. Semua itu hanyalah suatu peringatan bagi manusia. Tetapi, pada saat sangkakala kelima ditiup, manusia akan mengalami siksaan langsung yang dahsyat.
Wahyu 9:1 mengatakan, “Lalu malaikat yang kelima meniup sangkakalanya, dan aku melihat sebuah bintang yang jatuh dari langit ke atas bumi, dan kepadanya diberikan anak kunci lobang jurang maut.” Bintang di sini mengacu kepada Iblis (Satan), yang akan dicampakkan dari langit ke bumi.
Dalam Ayub 38:7 dan Wahyu 12:4, malaikat diumpamakan sebagai bintang. Sebagai penghulu malaikat, Iblis asalnya ialah bintang yang gilang gemilang (Yes. 14:12). Dalam Lukas 10:18 dia sudah dihakimi. Di sini, dalam Wahyu 9:1 ini, dan dalam Wahyu 12:9-10, adalah pelaksanaan penghakiman itu.
Ketika Iblis dilemparkan dari sorga ke bumi, kunci jurang maut akan diberikan kepadanya sehingga ia bisa membuka jurang maut dan melepaskan belalang-belalang yang kerasukan setan untuk menyiksa manusia selama lima bulan. Inilah celaka yang pertama. Celaka ini sungguh dahsyat.

Belalang-Belalang
Why. 9:3-10

Wahyu 9:3, “Dan dari asap itu berkeluaranlah belalang-belalang ke atas bumi ….” Belalang-belalang ini pasti dirasuk oleh setan, sebab mereka muncul dari asap yang keluar dari jurang maut yaitu tempat tinggal setan-setan (ay. 2).
Ayat 4, “Dan kepada mereka dipesankan, supaya mereka jangan merusakkan rumput-rumput di bumi atau tumbuh-tumbuhan ataupun pohon-pohon, melainkan hanya manusia yang tidak memakai meterai Allah di dahinya.” Hanya mereka yang menerima pemeteraian Allah yang akan terhindar dari celaka ini (7:3-8).
Ayat 7 mengatakan, “Dan rupa belalang-belalang itu sama seperti kuda yang disiapkan untuk peperangan, dan di atas kepala mereka ada sesuatu yang menyerupai mahkota emas, dan muka mereka sama seperti muka manusia.” Belalang-belalang ini seperti satu pasukan, dipersiapkan untuk berperang, mirip dengan belalang-belalang yang tercantum dalam Kitab Yoel 1:6; 2:4-5, 25.
Rambutnya seperti rambut perempuan, dan gigi mereka seperti gigi singa (ay. 8). Mereka mempunyai baju zirah, seperti baju zirah dari besi, dan “bunyi sayap mereka bagaikan bunyi kereta-kereta yang ditarik banyak kuda, yang sedang lari ke medan peperangan” (ay. 9). Ini menunjukkan bahwa manusia akan berusaha sekuat tenaga untuk berperang melawan mereka.
Ayat 10 mengatakan, “Ekor mereka sama seperti kalajengking dan ada sengatnya.” Dalam Alkitab, kalajengking menunjukkan setan, roh-roh jahat yang mengikuti Iblis. Kita, kaum beriman di dalam Kristus, telah mengalahkan kalajengking, para pelayan Iblis yang jahat (Luk. 10:19).
Ayat 10 juga mengatakan bahwa “di dalam ekor mereka itu terdapat kuasa mereka untuk menyakiti manusia selama lima bulan.” Siksaan itu sungguh dahsyat sehingga “pada masa itu orang-orang akan mencari maut, tetapi mereka tidak akan menemukannya, dan mereka akan ingin mati, tetapi maut lari dari mereka” (ay. 6). Gempa bumi dan menghitamnya matahari tidak bisa dibandingkan dengan perkara ini. Inilah celaka pertama dari ketiga celaka yang diumumkan oleh burung nasar dari tengah-tengah langit dalam 8:13.

Penerapan:
Kasih Tuhan begitu besar, kesabaran-Nya luar biasa. Ia selalu memberi kesempatan agar kita bertobat. Marilah kita benahi sikap kita terhadap saudara saudari kita. Bagaimana pun kondisi mereka, kita perlu terus menaruh harapan, tidak putus asa mendoakan mereka, karena Tuhan juga masih memberi kesempatan kepada mereka.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau terus memberi kesempatan kepada manusia untuk bertobat. Bahkan keempat sangkakala yang pertama pun belum menjamah manusia. Oh Tuhan, jangan biarkan kami tegar tengkuk dan bebal. Tuhan Yesus, lunakkan hati kami agar kami selalu bertobat.



Raja Yang Memerintah Belalang-Belalang
Wahyu 9:11
“Dan raja yang memerintah mereka ialah malaikat jurang maut; namanya dalam bahasa Ibrani ialah Abadon dan dalam bahasa Yunani ialah Apolion.”
Raja yang memerintah belalang-belalang itu adalah malaikat jurang maut. Malaikat jurang maut itu ialah binatang itu, Antikristus, yang akan muncul dari jurang maut (11:7; 17:8). Namanya dalam bahasa Ibrani adalah Abadon yang berarti kerusakan, kebinasaan; istilah ini juga dipakai dalam Amsal 15:11, 27:20, dan Ayub 26:6; 28:22. Namanya dalam bahasa Yunani adalah Apolion yang berarti perusak, pemusnah, pembinasa (Yer. 4:7; 6:26; Yes. 16:4). Sebagai perusak, Antikristus akan melakukan banyak perusakan (Dan. 8:23-25).
Pada awal kesusahan besar, yaitu setelah paruh pertama dari tujuh tahun yang terakhir, Iblis akan dicampakkan dari sorga ke bumi, dan secara serentak Antikristus, raja dari belalang-belalang jahat yang kerasukan setan, akan dilepaskan dari jurang maut dan naik menjumpai Iblis. Jadi, satu roh yang jahat dan kejam akan bertemu dengan seorang manusia yang jahat dan kejam. Mereka mempunyai satu tujuan — menyiksa manusia yang diciptakan oleh Allah.
Di manakah kita berada ketika kesusahan besar itu berlangsung? Sebagai umat sorgawi Allah, kita tidak seharusnya berada di sana, karena Allah tidak berniat meninggalkan kita di bumi untuk menerima penganiayaan itu, kehendak Allah adalah mengangkat kita. Namun, jika kita ingin diangkat, ada satu syarat yang harus dipenuhi — kita harus matang.

Jam Dan Hari Dan Bulan Dan Tahun
Wahyu 9:13-14 mengatakan, “Lalu malaikat yang keenam meniup sangkakalanya, dan aku mendengar suatu suara keluar dari keempat tanduk mezbah emas yang di hadapan Allah, dan berkata kepada malaikat yang keenam yang memegang sangkakala itu: ‘Lepaskanlah keempat malaikat yang terikat dekat sungai besar Efrat itu’.” Darah pendamaian dibubuhkan pada keempat tanduk mezbah emas (mezbah pembakaran ukupan), untuk mengadakan pendamaian (Im. 16:18) yaitu untuk penebusan. Suara yang keluar dari keempat tanduk mezbah emas menunjukkan bahwa dasar penghakiman Allah terhadap manusia ialah penebusan Kristus; penghakiman ini dilangsungkan karena manusia tidak mempercayai penebusan Kristus.
Tentunya, keempat malaikat “yang terikat dekat sungai besar Efrat itu” adalah keempat malaikat yang jahat, yang telah jatuh dan memberontak, yang mengikuti Iblis. Alkitab tidak menunjukkan berapa lama mereka telah terikat di situ. Ayat 15 mengatakan, “Maka dilepaskanlah keempat malaikat yang telah disiapkan bagi jam dan hari, (dan,TL.) bulan dan tahun untuk membunuh sepertiga dari umat manusia.” Kita mungkin mengira “jam dan hari dan bulan dan tahun” ditujukan kepada waktu khusus, yaitu saat pembunuhan terhadap sepertiga bagian dari umat manusia itu terjadi. Namun sebenarnya bukan demikian maknanya. “Jam dan hari dan bulan dan tahun” menunjukkan satu jam, ditambah satu hari, ditambah satu bulan, ditambah satu tahun — jumlahnya tiga belas bulan, satu hari, dan satu jam — untuk membunuh manusia. Pembunuhan itu demikian hebat dan mengerikan, sehingga mula-mula, orang mengira itu akan berakhir tidak lebih dari satu jam. Setelah satu jam, ternyata masih belum berakhir, lalu mereka berharap itu hanya terjadi selama sehari. Setelah itu, mereka akan berharap keadaan itu tidak akan diperpanjang lebih dari sebulan. Namun setelah keadaan itu terjadi selama sebulan, orang-orang beranggapan keadaan itu hanya bisa berlangsung selama setahun. Jadi, pembunuhan yang mengerikan itu secara keseluruhan akan berlangsung selama tiga belas bulan, satu hari, dan satu jam.

Penerapan:
Saudara saudari, kita adalah umat sorgawi, karena itu, kita seharusnya terangkat. Sudah seharusnyalah kita menuntut pertumbuhan hingga matang. Sisihkan waktu setiap hari khusus bagi Tuhan, gunakan waktu itu untuk berdoa sambil membaca firman.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, aku tidak mau tertinggal di bumi ini. Aku mau terangkat hingga luput dari kesusahan besar. Oh Tuhan, bukalah mataku, sadarkan aku. Tolonglah aku menempuh hari-hari yang terhitung di hadapan-Mu.


Dua Ratus Juta Pasukan Berkuda
Wahyu 9:16
“Dan jumlah tentara itu ialah dua puluh ribu laksa pasukan berkuda; aku mendengar jumlah mereka.”
Dunia Barat telah menemukan sangat banyak metode transportasi yang modern, tetapi dua puluh ribu laksa (dua ratus juta) orang ini tidak menggunakan transportasi yang modern itu, mereka menggunakan kuda-kuda. Berkuda tidak memerlukan jalan-jalan yang modern atau rel-rel kereta api. Mereka juga mudah menyembunyikan diri atau berpencar bila ada orang yang ingin menyerang mereka, dan jejak mereka sulit dilacak.
Para penunggang kuda itu akan mengenakan “baju zirah, merah api dan biru dan kuning belerang warnanya; kepala kuda-kuda itu sama seperti kepala singa, dan dari mulutnya keluar api, dan asap dan belerang” (ay. 17). Api yang menyala-nyala, asap yang menyesakkan, dan belerang yang menyengat, ketiganya adalah milik neraka (Why. 19:3; 21:8). Dengan itulah mereka membunuh sepertiga dari umat manusia.
Ayat 19 mengatakan, “Sebab kuasa kuda-kuda itu terdapat di dalam mulutnya dan di dalam ekornya. Sebab ekornya sama seperti ular; mereka berkepala dan dengan kepala mereka itu mereka mendatangkan kerusakan.” Ekor kuda di sini seperti ular, lebih beracun daripada ekor belalang yang seperti kalajengking (ay. 10). Belalang hanya membuat manusia menderita selama lima bulan (ay. 5, 10), namun kuda akan membunuh sepertiga dari umat manusia (ay. 15, 18). Ini berarti celaka kedua ini lebih berat daripada celaka sebelumnya.

Mereka Tidak Bertobat
Why. 9:20-21

Setelah meterai keenam dibuka, di bumi ini tidak ada satu pun yang baik buat kita. Bersiap-sedialah!
Bumi akan diguncangkan, laut akan dirusak, sungai-sungai akan dijadikan pahit airnya, dan benda-benda langit akan dibuat-Nya menjadi gelap. Masih belum cukup, Iblis dan Antikristus akan bekerja sama untuk menyiksa umat manusia selama lima bulan. Berikutnya, pada saat sangkakala keenam ditiup, dua ratus juta pasukan berkuda akan mulai melintasi sebagian besar bumi sambil membunuh sepertiga bagian dari umat manusia, di sepanjang jalan yang mereka lalui. Terakhir, seluruh pasukan tentara dunia akan dikumpulkan di suatu tempat yang disebut Harmagedon. Kemudian, tentara dunia akan digiling oleh Kristus dalam gilingan anggur murka Allah.
Sudahlah jelas bahwa celaka yang kedua dari sangkakala keenam itu merupakan celaka yang hebat (11:14). Wahyu 9:20-21 mengatakan, “Tetapi manusia lain, yang tidak mati oleh malapetaka itu, tidak juga bertobat dari perbuatan tangan mereka: mereka tidak berhenti menyembah roh-roh jahat dan berhala-berhala dari emas dan perak, dari tembaga, batu dan kayu yang tidak dapat melihat atau mendengar atau berjalan, dan mereka tidak bertobat dari pada pembunuhan, sihir, percabulan dan pencurian.” (Perhatikan: ayat 20 ini tidak mengatakan berhala-berhala di sini tidak dapat berbicara, seperti dalam Mazmur 115:5 dan 135:16, karena menurut Wahyu 13:15, patung Antikristus dapat berbicara).
Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa maksud penghakiman Allah adalah agar manusia bertobat. Meskipun Allah bermaksud melalui penghakiman-Nya membuat manusia bisa bertobat, namun ayat 20-21 menunjukkan bahwa manusia tidak mau bertobat.
Saudara saudari kita perlu mohon kepada Tuhan memberi kita hati yang takut akan Dia dan hati yang bertobat, agar kita tidak berbagian dalam penghakiman yang begitu mengerikan di masa yang akan datang.

Penerapan:
Yeremia 18:8, “Tetapi apabila bangsa yang terhadap siapa Aku berkata demikian telah bertobat dari kejahatannya, maka menyesallah Aku, bahwa Aku hendak menjatuhkan malapetaka yang Kurancangkan itu terhadap mereka.” Ayat ini menunjukkan begitu kita bertobat, Tuhan segera merespon. Hati-Nya penuh dengan ampunan. Marilah kita segera bertobat.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, betapa dahsyat penghakiman yang akan Engkau berikan. Tetapi kami masih tidak peduli dan tetap sibuk dengan diri sendiri. Kami tidak peduli dengan segala peringatan-Mu. Ampuni kami, Ya Tuhan. Berilah kami hati yang peka, buatlah kami segera bertobat. Selamatkan kami dari hari itu, Ya Tuhan.


Muka-Nya Sama Seperti Matahari
Wahyu 10:1
“Dan aku melihat seorang malaikat lain yang kuat turun dari sorga, berselubungkan awan, dan pelangi ada di atas kepalanya dan mukanya sama seperti matahari, dan kakinya bagaikan tiang api.”
Yohanes melihat seorang Malaikat lain, yang mengacu kepada Kristus, “turun dari surga” (10:1). Ia berselubungkan awan, bukan mengendarai awan seperti yang tercantum dalam 14:14 dan dalam Matius 24:30; 26:64. Ini berarti mengacu kepada kedatangan Tuhan secara rahasia seperti yang dikatakan dalam Wahyu 16:15, “Lihatlah, Aku datang seperti pencuri. Berbahagialah dia, yang berjaga-jaga dan yang memperhatikan pakaiannya, supaya ia jangan berjalan dengan telanjang dan jangan kelihatan kemaluannya.”
Menjelang akhir kesusahan besar, masih banyak kaum beriman yang tertinggal di bumi, mereka menderita aniaya yang luar biasa. Bagi mereka, penampakan diri Tuhan saat Dia datang kembali, masih tetap seperti kedatangan pencuri, yaitu pada waktu yang tidak diketahui oleh mereka.
Walaupun kedatangan Tuhan di sini masih secara rahasia, tetapi Ia tidak lagi seperti bintang timur yang muncul pada pagi-pagi buta sebelum fajar merekah (2:28). Kini, “mukanya sama seperti matahari”. Jika kita melihat-Nya seperti itu, berarti sudah terlambat. Penampakan Tuhan sebagai bintang timur hanyalah untuk para pemenang, yaitu mereka yang berjaga-jaga dan yang terangkat sebelum kesusahan besar.
Kristus memiliki sebuah “pelangi di atas kepala-Nya”. Di sini pelangi menyatakan, ketika Kristus menghakimi bumi dan dalam kedatangan-Nya untuk mengambil alih bumi, Ia akan berpegang pada janji yang dibuat antara Allah dengan Nuh mengenai bumi (Kej. 9:8-17).

Tidak Akan Ada Penundaan Lagi
Why. 10:1-6

Dalam Wahyu 10:2 dan 8, Kristus, “dalam tangan-Nya Ia memegang sebuah gulungan kitab kecil yang terbuka”. “Gulungan kitab kecil” ini adalah bagian dari gulungan kitab yang disebutkan dalam Wahyu 5:1, yang telah terbuka karena seluruh meterainya telah dilepaskan.
“Ia menginjakkan kaki kanan-Nya di atas laut dan kaki kiri-Nya di atas bumi” (ay. 2). Meskipun bumi dan laut telah dirampas oleh musuh, dan meskipun Kristus telah bersabar selama berabad-abad, pada suatu hari kelak, Ia tidak akan bersabar lagi. Ia akan datang dan menuntut milik pusaka-Nya yang sah, seperti yang pernah Ia beritahukan kepada umat-Nya bahwa mereka akan memiliki setiap bagian dari tanah yang akan mereka injak (Ul. 11:24; Yos. 1:3; Mzm. 8:7-9).
Ayat 3 mengatakan bahwa Kristus “berseru dengan suara nyaring sama seperti singa yang mengaum.” Auman singa seperti murka raja (Ams. 19:12; 20:2). Ini menunjukkan bahwa Kristus, Raja seluruh bumi, telah dibuat marah. Ia tidak lagi berbicara seperti anak domba.
Ketika Kristus berseru dengan suara nyaring, “ketujuh guruh itu memperdengarkan suaranya.” Ini adalah pernyataan terakhir seluruh murka Allah. Ayat 4 mengatakan, “Dan sesudah ketujuh guruh itu selesai berbicara, aku mau menuliskannya, tetapi aku mendengar suatu suara dari sorga berkata: ‘Meteraikanlah apa yang dikatakan oleh ketujuh guruh itu dan janganlah engkau menuliskannya!’ Ini berarti saat ini kita belum bisa mengetahui apa yang dikatakan ketujuh guruh itu.
Ayat 5-6 mengatakan, “Dan malaikat yang kulihat berdiri di atas laut dan di atas bumi, mengangkat tangan kanannya ke langit, dan ia bersumpah demi Dia yang hidup sampai selama-lamanya, yang telah menciptakan langit dan segala isinya, dan bumi dan segala isinya, dan laut dan segala isinya, katanya: ‘Tidak akan ada penundaan lagi!’” Setelah sangkakala keenam, Allah akan segera menghakimi bumi, tidak ada waktu lagi untuk toleransi. Karena itu, sangkakala ketujuh adalah penghakiman Allah yang paling serius.

Penerapan:
Kita harus damba melihat Tuhan datang sebagai bintang Timur. Karena itu, jangan biarkan
diri kita hanyut dalam arus dunia, yang melupakan penghakiman-Nya. Mari kita perhatikan tingkah laku sehari-hari kita, sudahkah hari demi hari kita diubah oleh-Nya?

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, jagalah terus kami agar damba melihat Engkau sebagai bintang timur. Jangan biarkan kami terjerat dalam dunia sehingga tidak berjaga-jaga. Oh, Tuhanku, kami persembahkan hati kami agar tetap murni dan semakin mengasihi-Mu. Dapatkan sisa umur kami, ubah diri agar kami tidak menjadi malu pada saat itu.


Akhir Dari Rahasia Allah (1)
Wahyu 10:7
“Tetapi pada waktu bunyi sangkakala dari malaikat yang ketujuh, yaitu apabila ia meniup sangkakalanya, maka akan genaplah keputusan rahasia Allah, seperti kabar baik yang telah Ia beritakan kepada hamba-hamba-Nya, yaitu para nabi.”
Syukur kepada Tuhan, saat sangkakala ketujuh ditiup, bukan hanya penghakiman murka Allah akan menimpa bumi, rahasia Allah pun akan genap.
Hari ini, banyak orang tidak bisa memahami kita. Ketika kita berkata, “Puji Tuhan! Kita memiliki Kristus berhuni di dalam kita,” mereka akan berkata, “Coba tunjukkan kepada kami.” Terhadap tantangan demikian, kita hanya dapat menjawab, “Aku tidak dapat menunjukkan kepada kalian, tetapi aku tahu bahwa Kristus tinggal di dalamku.” Perihal berhuninya Kristus di dalam kita merupakan satu rahasia.
Banyak orang jika menerima uang kembali lebih banyak daripada yang seharusnya, malah merasa senang dan untung. Tetapi, kita justru mengembalikannya. Kejadian yang demikian merupakan suatu rahasia bagi kasir itu. Orang-orang yang tidak beriman tidak bisa memahami orang macam apakah kita ini. Bagi mereka, kita adalah seorang yang penuh rahasia. Sekalipun zaman ini merupakan zaman rahasia, namun bila sangkakala ketujuh ditiup, rahasia itu tersingkap.
Pada saat sangkakala ketujuh ditiup, Kristus akan dinyatakan dan seluruh bumi akan mengenal Dia. Pada saat itu, rahasia Allah akan terbuka, banyak orang akan memahami hal-hal yang tidak mereka mengerti. Boleh jadi mereka akan berkata, “Kami pikir mereka itu bodoh, tetapi sekarang kami tahu.” Meskipun mereka sekarang tidak bisa memahami rahasia ini, namun suatu hari mereka akan mengerti.

Akhir Dari Rahasia Allah (2)
Why. 10:7-9; 11:1-2

ari zaman Adam sampai Musa, dan dari Musa sampai Kristus, setiap perkara diwahyukan, dan tidak ada yang rahasia. Tetapi, dari Kristus sampai zaman Kerajaan Seribu Tahun, semuanya rahasia.
Inkarnasi Kristus, sebagai awal zaman ini adalah suatu rahasia (1 Tim. 3:16). Kristus (Kol. 2:2), gereja (Ef. 3:4-6), Kerajaan Surga (Mat. 13:11), Injil (Ef. 6:19), berhuninya Kristus di dalam batin (Kol. 1:26-27), dan kebangkitan yang akan datang, serta transfigurasi orang-orang kudus sebagai akhir zaman rahasia ini (1 Kor. 15:51-52), semuanya adalah rahasia yang tersembunyi dari zaman ke zaman (Rm. 16:25; Ef. 3:5; Kol. 1:26). Saat sangkakala ketujuh ditiup, semua rahasia tersebut akan digenapi, berakhir.
Saat sangkakala ketujuh ditiup, bukan hanya kesusahan besar yang akan berakhir, zaman ini pun akan berakhir. Rahasia Allah akan genap (10:7); “kabar baik” yang “telah Allah beritakan kepada hamba-hamba-Nya, yaitu para nabi,” seperti yang tercantum dalam Yesaya 2:2-4; 11:1-10; 65:17-20; 66:22, akan tergenapi; dan kerajaan dunia akan menjadi kerajaan Tuhan kita dan Kristus-Nya (11:15). Kemudian zaman yang lain, yaitu zaman kerajaan, Kerajaan Seribu Tahun, akan dimulai. Pada saat itu, kedua puluh empat tua-tua akan bersujud dan menyembah Allah (11:17). Setelah itu, kita akan memasuki langit baru dan bumi baru beserta Yerusalem baru (21:1-3).
Saudara saudari, kita sedang berada di saat terakhir penggenapan rahasia Allah, janganlah terikat oleh dunia melainkan arahkan hati kita kepada penggenapan seluruh rahasia Allah, sehingga kita bisa berbagian dalamnya.

Penerapan:
Perihal berhuninya Kristus di dalam kita merupakan satu rahasia bagi banyak orang, tetapi kita bisa mengalaminya setiap hari. Dia sering kali mengatakan “tidak” di dalam kita. Kita harus menaatinya, barulah orang lain bisa melihat rahasia itu di dalam kita.

Pokok Doa:
Oh Tuhan, begitu banyak mata memandang kami. Jadikanlah kami saksi-saksi-Mu sehingga orang bisa melihat sesuatu yang kudus dan rahasia dari diri kami. Buatlah mereka tertarik untuk mengetahui rahasia ini dan diselamatkan karena segala tingkah laku kami.


Manis Di Mulut, Pahit Di Perut
Wahyu 10:10
“Lalu aku mengambil kitab itu dari tangan malaikat itu, dan memakannya: di dalam mulutku ia terasa manis seperti madu, tetapi sesudah aku memakannya, perutku menjadi pahit rasanya.”
Seperti halnya gulungan kitab dibagi dalam dua bagian (gulungan kitab dalam 5:1 dan gulungan kitab kecil dalam 10:2), demikian juga nubuat dalam kitab ini dibagi dalam dua bagian, karena Yohanes disuruh bernubuat lagi seperti yang dikatakan ayat 11, “Maka ia berkata kepadaku: ‘Engkau harus bernubuat lagi kepada banyak bangsa dan kaum dan bahasa dan raja.’” Bagian pertama dimulai dari meterai pertama hingga peniupan sangkakala ketujuh (pasal 6-10), dan selanjutnya bagian kedua dari sangkakala ketujuh hingga langit dan bumi baru (pasal 11-22). Yohanes sudah bernubuat pada bagian yang pertama. Sekarang ia harus bernubuat lagi, bernubuat dalam bagian yang kedua dari kitab ini.
Gulungan kitab itu manis di mulut tetapi pahit di perut, karena isi gulungan kitab itu tidak hanya meliputi hal-hal yang positif seperti: penggenapan rahasia, kerajaan, langit baru dan bumi baru; tetapi juga tujuh cawan murka Allah. Namun, pada akhirnya tidak ada lagi kepahitan, yang ada hanyalah kemanisan yang kekal. Pengalaman kita pun sama.
Kita menerima wahyu ilahi dengan jalan memakannya, pada saat kita memakannya terasa manis, tetapi pada saat mencernanya, yaitu pada saat kita mengalaminya, menjadi pahit. Namun akhirnya, tidak ada lagi air mata yang mengalir dari mata kita, karena kita hanya menikmati air dari “mata air hayat” (7:17). Puji Tuhan! Karena akhirnya tidak ada lagi kepahitan, yang ada hanyalah kemanisan yang kekal.

Bait Allah Diukur & Kedua Saksi
Why. 11:1-12

Dalam Wahyu 11:1, Rasul Yohanes disuruh mengukur Bait Suci Allah dan mezbahnya. Tidak diragukan, ini adalah bait dan mezbah yang di surga. Pengukuran ini menunjukkan bahwa surga terlindung dari segala kerusakan dan kebinasaan. Sementara Bait Allah di surga diukur, “pelataran Bait Suci yang di sebelah luar” akan “dikecualikan” (ay. 2) “karena ia telah diberikan kepada bangsa-bangsa lain dan mereka akan menginjak-injak Kota Suci empat puluh dua bulan”. Hal ini mengacu kepada Bait Suci yang bumiah, Yerusalem yang bumiah.
Dari pihak antikristus, kelihatannya dialah yang merampas kendali atas Yerusalem, namun dari pihak Allah, Allahlah yang akan memberikan Yerusalem kepadanya. Saat itu adalah masa dimulainya kesusahan besar untuk menguji semua orang yang tinggal di bumi (3:10). Antikristus akan melanggar perjanjian yang dibuatnya dengan bangsa Israel (Dan. 9:27), dan ia akan menghujat Allah serta menganiaya dan memaksa bangsa Yahudi untuk berhenti menyembah Allah (Why. 13:5-7; Dan. 7:21, 25; 8:11-12; 12:7). Kemudian, ia akan menghujat Allah dan menganiaya umat Allah selama tiga setengah tahun.
Wahyu 11:3, “Dan Aku akan memberi tugas kepada dua saksi-Ku, supaya mereka bernubuat sambil berkabung, seribu dua ratus enam puluh hari lamanya.” Kedua saksi tersebut mengacu kepada Musa, yang mengubah air menjadi darah dan mengacu kepada Elia, yang memanggil api dari surga (11:5-6). Musa mewakili Hukum Taurat dan Elia mewakili para nabi. Perjanjian Lama disebut “Hukum Taurat dan kitab para nabi” (Luk. 16:16). Selama berabad-abad, hukum Taurat dan nabi-nabi adalah saksi Allah di bumi. Dan pada masa kesusahan besar pun, kedua saksi itu masih tetap bersaksi bagi Allah.
Kedua saksi ini juga adalah dua pohon zaitun, dua kaki pelita, dan dua putra minyak yang berdiri di hadapan Tuhan semesta alam (ay. 4; Za. 4:3, 11-12, 14). Dalam zaman gereja, gereja-gereja adalah kaki pelita untuk kesaksian Allah (1:20), tetapi dalam tiga setengah tahun yang terakhir dari zaman ini, kedua saksi ini akan menjadi kaki pelita untuk kesaksian Allah.

Penerapan:
Yeremia 15:16a, “Apabila aku bertemu dengan perkataan-perkataan-Mu, maka aku menikmatinya; firman-Mu itu menjadi kegirangan bagiku, dan menjadi kesukaan hatiku.” Inilah cara memakan wahyu ilahi, yaitu dengan menikmati firman-Nya. Marilah kita membaca firman disertai berdoa dengan menggunakan kata, frase, atau kalimat dalam firman itu.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, terima kasih kepada-Mu karena Engkau telah mewahyukan begitu banyak hal kepada kami. Jadikan kami juga pelaku firman, ya Tuhan, walaupun akan terasa pahit di perut. Layakkanlah kami Tuhan, agar kami boleh mengalami setiap wahyu yang Kauberikan.


Menyelesaikan Kesaksian Mereka
Wahyu 11:7
“Dan apabila mereka telah menyelesaikan kesaksian mereka, maka binatang yang muncul dari jurang maut, akan memerangi mereka dan mengalahkan serta membunuh mereka.”
Selama kesusahan besar, penganiayaan akan semakin hebat dan dahsyat. Kita perlu bersyukur kepada Allah karena Dia mengutus kedua saksi itu untuk menguatkan umat-Nya, orang Yahudi, juga kaum beriman yang masih tertinggal di bumi.
Kedua saksi ini berkuasa atas langit, air, dan bumi (ay. 5-6). Mereka menggunakan kuasa mereka untuk mem-persaksikan bahwa hanya Allah yang patut disembah, jangan menyembah patung antikristus.
Kesaksian mereka adalah agar Allah menjadi Tuhan atas seluruh bumi (ay. 4) dan menentang antikristus (Ul. 17:6; 19:15; Mat. 18:16).
Kedua saksi itu mengenakan pakaian perkabungan sebagai peringatan terhadap manusia yang tinggal di bumi, menyuruh mereka melepaskan diri dari penyembahan kepada antikristus, supaya mereka terhindar dari penghakiman Allah.
Dalam hikmat-Nya, setelah kedua saksi ini menyelesaikan kesaksiannya, Allah akan membiarkan kedua saksi ini dikalahkan untuk sementara waktu. Binatang di sini adalah antikristus yang akan muncul dari jurang maut (17:8) dan dari dalam laut (13:1), dan yang akan berperang melawan kedua orang saksi itu dan kaum saleh (13:7).
Saudara saudari, walaupun harus martir, mereka tetap menyelesaikan kesaksian mereka. Semoga kita juga bisa menjadi saksi yang setia dan menyelesaikan kesaksian kita.

Tujuh Ribu Nama Mati Oleh Gempa Bumi Itu
Why. 11:8-13

“Dan mayat mereka akan terletak di atas jalan raya kota besar, yang secara rohani disebut sebagai Sodom dan Mesir, di mana juga Tuhan mereka disalibkan” (Why. 11:8). Kota besar di sini mengacu kepada kota Yerusalem bumiah.
Setelah bangkit kembali pada tahun 1948, orang-orang Yahudi yang kembali ke negaranya tetap tidak mau percaya. Mereka berdosa seperti Sodom (Yes. 1:9-10; 3:9; Yer. 23:14), duniawi seperti Mesir (Yeh. 23:3, 8, 19, 27), sampai kembalinya Kristus, Mesias mereka. Karena itu, Allah akan membuang Yerusalem selama tiga setengah tahun. Antikristus akan membinasakan kota itu dengan cara yang sama seperti yang dilakukan oleh Titus pada tahun 70 Masehi. Menurut prinsipnya, penggenapan atas sebuah lambang selalu lebih sempurna daripada lambang itu sendiri. Itulah sebabnya Tuhan berkata bahwa kesusahan besar akan lebih dahsyat daripada segala yang telah mendahuluinya atau yang akan mengikutinya.
Sesudah kematian kedua saksi itu, ayat 11 mengatakan, “Tiga setengah hari kemudian masuklah roh kehidupan dari Allah ke dalam mereka, ….” Setelah itu, “naiklah mereka ke langit, diselubungi awan, …” (ay. 12). Mereka dibunuh, bangkit, dan terangkat. Ini semua adalah bagian dari kesaksian mereka dalam kurun waktu 1.260 hari ministri mereka. Banyak orang melihat mujizat yang luar biasa itu, namun mereka tidak mau bertobat. Ini menunjukkan bahwa kita tidak bisa mengandalkan mukjizat untuk menyelamatkan jiwa.
Ayat 13 mengatakan, “Pada saat itu terjadilah gempa bumi yang dahsyat dan sepersepuluh bagian dari kota itu rubuh, dan tujuh ribu orang (nama, TL.) mati oleh gempa bumi itu ….” Ungkapan “nama” menyiratkan bahwa orang-orang tersebut adalah orang-orang yang terpandang. Hampir tidak seorang pun di antara bangsa Israel yang ternama yang mau percaya kepada Tuhan. Pemerintah Israel bahkan telah memutuskan untuk menghalangi semua pekerjaan misi Kristen di Israel. Keputusan itu dibuat oleh orang-orang yang terpandang itu. Itulah sebabnya gempa bumi menimpa mereka.

Penerapan:
Kedua saksi itu akan menyelesaikan kesaksian mereka. Mereka akan bersaksi dengan sekuat tenaga agar Allah dijunjung tinggi. Bagaimana dengan kita? Tingkah laku kita, perkataan kita, cara kita memperlakukan orang lain, seharusnya juga membuat Allah dijunjung tinggi.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, betapa hati-Mu penuh kasih. Engkau tidak ingin kami tertinggal di bumi di hari-hari itu, bahkan jika kami sampai tertinggal di bumi pun, Engkau mengutus dua saksi-Mu untuk menguatkan kami. Terima kasih Tuhan, karena kami begitu mustika bagi-Mu. Selamatkan kami setiap hari Tuhan agar lebih banyak berdoa dan berjaga-jaga.


Amarah-Mu Telah Datang
Wahyu 11:18
“Dan semua bangsa telah marah, tetapi amarah-Mu telah datang dan saat bagi orang-orang mati untuk dihakimi dan untuk memberi upah kepada hamba-hamba-Mu, nabi-nabi dan orang-orang kudus dan kepada mereka yang takut akan nama-Mu, kepada orang-orang kecil dan orang-orang besar dan untuk membinasakan barangsiapa yang membinasakan bumi.”
Ayat 14, “Celaka yang kedua sudah lewat: lihatlah, celaka yang ketiga segera menyusul.” Celaka yang ketiga (bagian dari sangkakala ketujuh) meliputi ketujuh cawan murka Allah (pasal 16). Inilah murka Allah yang paling dahsyat seperti dikatakan dalam ayat ini, “Amarah-Mu telah datang”.
Dalam ketujuh cawan ini, murka Allah ditumpahkan sampai habis sebagai celaka terakhir bagi orang-orang yang tinggal di bumi. Saat itu, antikristus akan berperang melawan Allah, dan Kristus turun ke bumi dengan tentara pemenang-Nya untuk berperang melawan antikristus. Inilah kebinasaan orang-orang yang merusak bumi.
“Saat bagi orang-orang mati untuk dihakimi.” Menurut apa yang dikatakan dalam Yohanes 5:27-29 bahwa orang mati akan dihakimi untuk menentukan siapa yang boleh berbagian dalam Kerajaan Seribu Tahun (1 Kor. 15:23; Why. 20:4-6) dan siapa yang akan tinggal sampai kebangkitan untuk penghakiman setelah Kerajaan Seribu Tahun (Why. 20:11-12).
Pahala akan Tuhan berikan kepada orang-orang-Nya yang setia pada saat Tuhan datang kembali (22:12; Mat. 16:27). Setelah kaum saleh bangkit dan terangkat (1 Kor. 15:23, 52; 1 Tes. 4:16-17), pada takhta penghakiman-Nya, Kristus akan menetapkan siapa yang layak memperoleh pahala, dan siapa yang perlu diganjar (2 Kor. 5:10). Saat itu, apakah upah kita? Pahala atau ganjaran?

Dia Memberi UpahWhy. 11:18-19; 14:6-7; Mat. 25:31-40, 41

Sangkakala ketujuh dalam Wahyu 11 merupakan sangkakala terakhir dalam 1 Korintus 15. Saat itu orang kudus yang telah mati akan dibangkitkan. Paulus berkata bahwa orang kudus yang masih hidup tidak akan mendahului mereka yang telah mati. Mereka bersama orang kudus yang masih hidup, akan diangkat ke angkasa. Jadi, bahkan pada saat itu, Kristus masih berada di angkasa. Setelah keterangkatan ini, Kristus akan mendirikan takhta penghakiman-Nya untuk menetapkan siapa yang akan menerima pahala dan menjadi bagian dari tentara pemenang-Nya, dan siapa yang perlu diganjar lebih lanjut serta dihukum.
Kristus juga akan memberikan pahala kepada orang-orang yang takut akan Allah. Wahyu 11:18 secara khusus menyebutkan hal ini, “mereka yang takut akan nama-Mu”. Mereka bukan orang Kristen, mereka adalah orang-orang yang telah menerima Injil kekal yang diberitakan oleh malaikat (14:6). Karena mereka telah menerima Injil kekal, mereka tidak menyembah antikristus dan patungnya (14:6-7). Mereka juga memperhatikan umat Allah yang kekurangan dan menderita dalam kesusahan besar (Mat. 25:33-40). Mereka disebut sebagai “domba-domba” dalam Matius 25:32. Kristus tidak melupakan mereka. Mereka akan menerima upahnya.
“Domba-domba” ini kemudian akan dipindahkan ke dalam Kerajaan Seribu Tahun untuk menjadi bangsa-bangsa di bumi (2:26; 12:5). Selama seribu tahun tersebut, orang Kristen pemenang akan meraja bersama-sama dengan Kristus, orang-orang Yahudi yang beroleh selamat akan menjadi imam-imam, dan orang-orang yang bukan Kristen, tetapi telah menerima Injil kekal ini akan menjadi rakyat di dalam Kerajaan Seribu Tahun.
Sedangkan orang-orang jahat yang mengikuti antikristus dan tidak mau menerima Injil kekal (disebut “kambing-kambing” dalam Mat. 25:33), akan dilemparkan ke dalam lautan api “yang telah disediakan untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya” (Mat. 25:41). Hal ini akan terjadi pada masa sangkakala ketujuh, setelah seluruh bumi menjadi kerajaan Kristus.
Saudara saudari, Tuhan akan datang untuk memberi kita upah, yang sangat berhubungan dengan cara hidup kita saat ini.

Penerapan:
Marilah kita hidup dengan kesadaran bahwa pada suatu hari kita semua akan dihakimi. Dan marilah kita memberikan teladan dan pengaruh kepada orang-orang di sekitar kita untuk berbuat baik kepada setiap manusia, meskipun mereka tidak seiman dengan kita.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau telah mewahyukan semua ini kepada kami. Jamahlah hati kami, lepaskan kami dari hati yang bebal, yang tidak peduli, yang sarat dengan keinginan daging, keinginan mata, dan keangkuhan hidup. Oh Tuhan, siapkan kami untuk menyongsong
kedatangan-Mu.


 Akhir Dari Segala Perkara NegatifWahyu 11:18
“ … dan untuk membinasakan barangsiapa yang membinasakan bumi.”
Sangkakala ketujuh juga mencakup pembinasaan pembinasa bumi. Ayat 18 mengatakan bahwa Kristus akan “membinasakan barangsiapa yang membinasakan bumi”.
Pembinasa bumi adalah Babel besar (18:2-3), antikristus (13:3), nabi palsu (13:14), dan Iblis (20:7-10), serta pengikut mereka (17:12-24; 19:19; 20:8-9). Mereka semua akan dibinasakan pada saat sangkakala ketujuh itu, yaitu di dalam perang Harmagedon.
Sesungguhnya, Tuhan akan menanggulangi Iblis sebanyak dua kali, pertama dengan mengikatnya dan melemparkannya ke dalam jurang maut sebelum Kerajaan Seribu Tahun, dan kedua dengan melemparkannya ke dalam lautan api setelah Kerajaan Seribu Tahun.
Antikristus, nabi-nabi palsu, dan para pengikut mereka, yang sebagian di antaranya akan menjadi “kambing” dalam Matius 25, akan dilemparkan ke dalam lautan api mendahului Iblis (Why. 19:20; Mat. 25:41); Iblis akan disekap dalam jurang maut selama seribu tahun, dan akhirnya akan dilemparkan ke dalam lautan api.
Pada akhir Kerajaan Seribu Tahun, semua orang yang tidak percaya yang telah mati juga akan dilemparkan ke lautan api (20:15). Pada saat itu, setiap perkara negatif dalam alam semesta ini akan disapu bersih.

Kita Ada Di Dalam Pembangunan AllahWhy. 11:19

Ayat 19 membukakan suasana di surga setelah sangkakala ketujuh ditiup. Ayat ini mengatakan, “Maka terbukalah Bait Suci Allah yang di sorga, dan kelihatanlah tabut perjanjian-Nya di dalam Bait Suci itu dan terjadilah kilat dan deru guruh dan gempa bumi dan hujan es lebat.” Di sini, dalam ayat ini, yang dilanjutkan oleh 15:5, kita nampak bahwa Bait Suci Allah terbuka.
Takhta dengan pelangi dalam 4:2-3 adalah pusat dari seluruh penghakiman yang dilaksanakan atas bumi dalam pasal 6-11, sedangkan Bait Suci dengan tabut dalam ayat ini merupakan pusat dari semua penggenapan Allah dalam alam semesta yang dilaksanakan dalam pasal 12-22.
Takhta beserta pelangi, pusat dari bagian yang pertama, adalah untuk penghakiman Allah. Bait dengan tabutnya, pusat dari bagian yang kedua, adalah untuk pembangunan Allah. Pertama-tama, di segi negatifnya, kita mempunyai penghakiman Allah; dan kedua, di segi positifnya, kita mempunyai pembangunan Allah. Penghakiman Allah sepenuhnya digenapi dalam bagian pertama kitab ini (telah kita bahas dalam edisi ini).
Pikiran utama dari bagian kedua adalah pembangunan Allah. Lalu siapakah bait itu? Umat Allah, terutama gereja. Siapakah tabut itu? Kristus. Karena itu, pusat pembangunan Allah dalam kekekalan adalah Kristus dan gereja. Kita bukan berada di bawah takhta dengan pelanginya — kita ada di dalam bait bersama Allah. Kita tidak berada di bawah penghakiman Allah — kita ada di dalam pembangunan Allah. Antikristus dan semua orang yang tidak percaya ada di bawah takhta Allah dan pelangi itu, tetapi kita di sini, ada di dalam bait dengan tabutnya, dalam pembangunan Allah beserta Kristus.
Betapa jelas terang yang ditunjukkan Allah kepada kita! Dalam bagian yang pertama setelah peniupan sangkakala ketujuh, segala rahasia itu telah berlalu, semua penghakiman telah dilaksanakan, dan semua pelaksanaan administrasi Allah telah digenapi. Hanya satu perkara yang akan terus dilanjutkan — pembangunan Allah. Karena itu, pemandangan, suasana, penglihatan di surga juga berubah, dari takhta dengan pelangi diganti dengan bait dan tabut.

Penerapan:
Segala perkara negatif akan dilemparkan ke dalam lautan api. Jika kita memiliki banyak perkara negatif, kita pasti akan menderita kerugian kelak. Marilah kita bereskan dan singkirkan semua perkara negatif di atas diri kita.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, terangi aku Tuhan agar aku tidak menyimpan perkara negatif di hatiku, di keluargaku, dan di rumahku. Aku mau menyingkirkan semua yang tidak Engkau perkenan. Belaskasihi aku Tuhan, agar aku dapat memberikan tempat yang utama hanya kepada-Mu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar