Kita langsung saja pada pokok persoalan kenapa saya tulis postingan ini.
Pertama: Islam Menjadi Kambing Hitam
Ini adalah perangkap yang dilancarkan oleh pihak-pihak yang tidak senang dengan Islam. Dan…. yang ingin mengeruk keuntungan dari konflik isu agama. Sehingga berbagai kasus fanatisme dalam Islam sengaja dipompa hingga meletus dalam tindakan anarkis yang lebih tolol dari orang yang tidak beragama. Maka berhasillah para pemain dibalik layar membangun image dimata dunia: “Terbukti! Islam memang agama pedang dan perang. Agama penebar kebencian. Kasar dan biadab!”
Skenario politik global inilah yang tidak dipahami oleh umat Islam.
Lalu siapa yang memasang perangkap itu? Tentu ini bukanlah tugas saya. Karena saya hanya seorang blogger.
Kenapa masuk perangkap? Apalagi kalau bukan karena kurang nalar dalam memahami Islam. Imannya sangat tinggi, katanya. Tapi nalar nol derajat celsius. Sehingga dengan mengunyah 2 potong ayat Alquran mereka merasa sudah sah dan akurat untuk menyandang gelar sebagai mujahid di jalan Tuhan. Tapi benarkah? Tunggu jawabannya di akhirat. Tapi yang pasti, di sini, di bumi ini, Tuhan menyuruh kita untuk saling menghargai, tolong menolong dan saling mengasihi sesama manusia.
Kedua: Islam itu Agama Kuno!
Kenapa dianggap kuno? Karena Islam yang dipahami adalah budaya Arab. Serba kearab-araban. Asal bergaya Arab, menggunakan nama Arab dan berpakaian seperti orang Arab maka umat Islam merasa sangat Islam. Semakin Arab maka semakin tinggilah iman Islamnya, katanya.
Ini juga salah satu penyebab, kenapa Islam dianggap sebagai ancaman dalam dunia pembangunan. Islam tidak relevan dengan perkembangan zaman. Tapi benarkah penilaian ini? Jawaban saya “super benar” jika melihat sikap, prilaku dan cara pandang umat Islam. Tapi tidak untuk nilai-nilai Islam. Kenapa?
Islam bukan Arabisme! Islam bukan transfer budaya Arab primitif ke abad sekarang Islam bukan agama untuk berlindung dari kebodohan dan ketidakberdayaan yang selalu dilemparkan sebagai takdir Tuhan
Tapi
Islam adalah sekumpulan nilai-nilai universal, yang relevan dengan segala ras manusia dan zaman. Rahmatan lil alamin. Menjadi rahmat sekalian alam.
Islam adalah spirit pembangunan. Karena Alquran sangat memuja derajat orang-orang yang berpikir (ulil albab) dari orang-orang biasa. Yaitu mereka yang berkiprah dan berprestasi dalam hidup. Apapun bidangnya.
Tapi di sisi lain Islam juga memuja keadilan. Dimana segala perbedaan, keterbelakangan, dan ketimpangan kemakmuran, harus menjadi perjuangan umat Islam untuk mendorong pemerataan. Sehingga tidak terjadi kesenjangan dan konflik secara sosial.
Dan masih banyak nilai-nilai lain lagi.
Tapi nilai-nilai seperti ini adalah nilai Universal, cocok dimana dan kapan saja. Kuncinya adalah NILAI-NILAI. Sepanjang Islam dihayati sebagai kumpulan nilai-nilai maka ia akan relevan sepanjang zaman. Tapi bila yang dihayati hanya PRAKTEK nilai-nilai yang terjadi di masa Arab, maka, Islam akan menjadi agama primitif yang tidak gaul untuk menyongsong peradaban.
Ketiga: Islam itu lebah bodoh!
Memang sering dikutip bahwa “Umat Islam itu seperti Lebah”, yang artinya akan mengamuk secara kompak bila ia diganggu. Tapi pertanyaannya adalah jika apanya yang diganggu?
Inilah ucapan Nabi yang selalu dijadikan senjata pamungkas untuk menyerang orang lain, bahkan terhadap saudara sendiri yang berbeda paham. Sedikit-sedikit mengamuk, sedikit-sdikit berteriak Allahu Akbar sambil melempar granat.
Kenapa ini terjadi? Karena rata-rata umat Islam menghayati Islam sebagai ideologi. Sebagai benda material seperti nasionalisme. Kebetulan saja objek nasionalismenya adalah agama. Kosa kata yang digunakan adalah : “Ini aku dan itu kamu”. Atau “ini kami itu kalian”. Amat jarang umat Islam menggunakan kosa kata “kita”.
Padahal, seruan Islam adalah untuk seluruh umat manusia. Untuk seisi alam. Bukan untuk segolongan manusia. Tidak mengenal wilayah geografis, suku dan golongan. Ini juga yang diperjuangkan Jamaluddin Al Afgani di abad 18 dengan jargonnya “Pan Islamisme”, yang artinya menyatukan Islam melebihi batas Negara, suku dan golongan. Semoga saya tidak salah memahami. Artinya Islam adalah persaudaraan lintas sekat sosial budaya. Dan Nabi Muhammad, sudah membuktikannya dengan Piagam Madinah, dimana berbagai agama hidup dalam naungan nilai-nilai Islam di Madinah waktu itu. Mereka berhak hidup dengan cara mereka masing-masing tapi tetap menjunjung tinggi nilai-nilai Universal (nilai-nilai Islam). Yang di serang bukan cara hidup dan keyakinan mereka, tapi adalah yang melawan nilai-nilai kemanusian.
Masih banyak sebenarnya. Tapi lebih kurang 3 point itulah yang paling menonjol dalam membentuk cara pandang dan prilaku umat Islam hari ini. Mudah-mudahan analisa saya ini salah!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar