2 Petrus 2:9
“Maka nyata, bahwa Tuhan tahu menyelamatkan orang-orang saleh dari pencobaan dan tahu menyimpan orang-orang jahat untuk disiksa pada hari penghakiman.”
Allah tidak menyayangkan malaikat-malaikat yang berbuat dosa, yaitu mereka yang telah memberontak kepada Allah (2:4; Kej. 6:1-4). Seperti halnya Allah menghukum mereka, demikian juga hukuman bagi orang-orang jahat yang telah menyesatkan umat Allah tidak akan terelakkan. Sekalipun penghakiman ilahi begitu serius, yaitu dengan mendatangkan air bah di jaman Nuh, tetapi Tuhan masih menyisakan Nuh, pemberita kebenaran (2:5). Tuhan juga menyelamatkan Lot ketika Dia menghakimi Sodom dan Gomora dengan api (2:6-8). Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa Allah tahu bagaimana menyelamatkan umatnya yang saleh dari generasi ke generasi dan dalam situasi apa pun; dari pencobaan, ujian, dan penderitaan-penderitaan dalam hidup mereka di tengah-tengah orang yang tidak percaya, dan dari dunia yang jahat saat ini.
Tidak diragukan bahwa pada saat itu ada sebagian kaum beriman yang diresahkan oleh pekerjaan-pekerjaan yang jahat dari guru-guru palsu. Mereka pasti sering bertanya kepada Tuhan berapa lama situasi demikian akan terus dibiarkan. Di sini Petrus meyakinkan mereka bahwa sekalipun sepertinya pembebasan ilahi itu tidak tentu waktunya atau lama datangnya, hari itu akan datang. Sebab Allahlah yang mengendalikan segala sesuatunya. Saudara saudari, kita perlu meneguhkan hati kita dalam segala persoalan kita, sebab Tuhan akan menyelamatkan kita pada saat yang tepat.
Kejahatan Guru-Guru Palsu Dan Hukuman Mereka
2 Ptr. 2:10-22
Dalam penanggulangan pemerintahan Allah, guru-guru palsu secara khusus ditahan untuk hari penghakiman. Mereka menuruti daging, menyenangkan diri dalam pengumbaran hawa nafsu yang mencemarkan. Mereka hidup dalam kemewahan yang bobrok dan menghina pemerintahan Tuhan dengan memberontak terhadap kekuasaan Tuhan (ay. 10, 13-14, 18). Karena itu, Petrus mengatakan mereka menjadi seperti:
(1) hewan yang tidak berakal (ay. 12). Mereka tidak peduli akan perihal rohani dengan menghujat apa yang tidak mereka ketahui. Juga tidak memiliki perasaan terhadap persoalan moral. Hati nurani mereka tumpul dan hidup hanya menuruti naluri alami mereka semata tanpa memperhatikan nilai moral. Nasib mereka adalah ditahan dan dibinasakan (Mzm. 49:12);
(2) kotoran dan noda di antara kaum beriman yang merupakan harta mustika Allah (ay. 13). Para bidah mengumbar hawa nafsu mereka (ay. 14). Hal seperti ini tentu saja merusak tubuh, jiwa, dan roh mereka sehingga mereka menjadi noda dan cela;
(3) Bileam, yang meninggalkan jalan yang lurus demi keuntungan yang tidak benar (ay. 15). Bileam adalah nabi yang tamak akan upah dari perbuatan kejahatan (Bil. 22:5, 7; Ul. 23:4; Neh. 13:2; Why. 2:14). Dia mencoba untuk membujuk bangsa Israel untuk mengikuti praktek-praktek amoral (Bil. 25:1-9; 31:16). Demikian juga, pengajar bidah ini ingin mendapatkan upah dari pengajaran mereka yang jahat;
(4) mata air yang kering dan kabut yang dihalau topan (ay. 17-19). Mereka tidak memiliki kebenaran yang sejati, hanya janji-janji yang menipu dan mengecewakan. Mereka tidak memiliki hayat untuk memenuhi kebutuhan orang yang haus jiwanya;
(5) anjing yang kembali lagi ke muntahnya, dan babi yang mandi kembali ke kubangannya (ay. 20-22). Mereka tercemar luar dan dalam. Para pengajar palsu ini pada mulanya telah dilepaskan dari pencemaran dunia melalui pengenalan mereka akan Tuhan Yesus Kristus. Tetapi karena pengenalan ini hanya di kepala semata bukan di hati, mereka akhirnya jatuh kembali ke dalam kehidupan mereka yang lama (Mat. 13:20-21). Sebagai hasilnya, keadaan mereka lebih buruk dari sebelumnya (Mat. 12:45; Luk. 11:26).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar