2 Petrus 1:16
“Sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai raja, tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaran-Nya.”
Pada saat surat ini ditulis, ada bidah yang menganggap kedatangan Tuhan Yesus kali kedua untuk menghakimi bumi adalah satu mitos, satu dongeng yang tidak dapat diterima atau dipercaya (3:4).
Untuk menangkal bidah ini, Petrus mengingatkan kaum beriman bahwa dia bersama dengan Yakobus dan Yohanes adalah saksi mata dari kebesaran Tuhan ketika mereka menyaksikan transfigurasi Tuhan. Mereka bukan hanya melihat Tuhan menerima kehormatan dan kemuliaan, tetapi mereka juga mendengar suara dari Yang Mahamulia, yang mengatakan, “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan”.
Petrus memandang transfigurasi Tuhan sebagai suatu tanda kedatangan-Nya untuk kali kedua, seperti yang Tuhan katakan dalam Lukas 9:26-36. Bagi Petrus, transfigurasi Tuhan dalam kemuliaan adalah suatu fakta, dan ia berada di dalamnya. Kedatangan Tuhan kali kedua dalam kemuliaan juga akan menjadi suatu fakta, sama riilnya dengan transfigurasi Tuhan, dan ia pun akan berada di dalamnya. Ini bukan dongeng isapan jempol manusia.
Kedatangan Tuhan adalah suatu fakta yang akan terjadi, sudahkah kita mempersiapkan diri? Dimanakah kita berada saat Tuhan datang lagi? Kita akan tertambat di dunia ataukah terangkat? Lukas 21:34, “Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat.”
Diteguhkan Oleh Firman Yang Disampaikan Para Nabi
2 Ptr. 1:19-21
Kata ‘dengan demikian’ di awal ayat 19, dalam bahasa aslinya bisa bermakna ‘dan’. Kata ‘dan’ ini menunjukkan bahwa selain kebenaran transfigurasi Tuhan yang dibahas dalam ayat-ayat sebelumnya sebagai penangkal melawan dongeng-dongeng takhayul (2 Ptr. 1:16-18), masih ada firman yang disampaikan oleh para nabi sebagai bukti yang meyakinkan.
Frase ‘firman yang telah disampaikan oleh para nabi’ di ayat 19, dalam bahasa aslinya lebih baik diterjemahkan sebagai ‘perkataan nubuat’. Petrus mengibaratkan perkataan nubuat dalam Kitab Suci sebagai pelita yang bercahaya di tempat yang gelap. Ini menunjukkan bahwa (1) zaman ini adalah tempat gelap pada malam yang gelap (Rm. 13:12), semua orang di dunia ini berjalan dan bergerak di dalam kegelapan; (2) perkataan nubuat dalam Kitab Suci bagaikan pelita yang bercahaya bagi kaum beriman, menyampaikan terang rohani yang bercahaya di dalam kegelapan mereka (bukan sekadar pengetahuan dalam huruf-huruf untuk pengertian mental mereka), membimbing mereka masuk ke dalam hari yang terang, bahkan melewati malam yang gelap sampai hari penyataan Tuhan menyingsing. Sebelum Tuhan sebagai terang mentari itu muncul, kita perlu perkataan ini sebagai terang untuk menyoroti langkah-langkah kita.
Frase ‘tempat yang gelap’ pada ayat 19 juga dapat diterjemahkan sebagai ‘tempat yang suram, kotor, gersang, dan diabaikan orang’. Ini adalah suatu kiasan yang menggambarkan kegelapan dalam kemurtadan. Zaman ini adalah sebuah tempat yang gelap, suram, kotor. Tetapi perkataan nubuat adalah sebuah pelita yang bersinar di dalam kegelapan. Petrus mengatakan bahwa kita sebaiknya memperhatikan dengan baik perkataan nubuat, “sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu” (2 Ptr. 1:19).
Saudara saudari, suka atau tidak kita sudah berada dalam zaman yang gelap ini. Hanya firman Tuhan dalam Alkitab yang bisa menjadi pelita bagi kaki kita dan terang bagi jalan kita (Mzm. 119:105).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar