1 Yohanes 1:7
"Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa."
Dua konsekuensi bagi mereka yang hidup dan berjalan di dalam terang adalah mereka memiliki persekutuan dengan saudara saudari di dalam Tuhan, dan darah Yesus Kristus secara terus menerus membersihkan mereka dari semua dosa. Semua pengampunan Allah berdasar pada darah Putra-Nya yang tertumpah di Kalvari. Darah ini mempersiapkan dasar yang tepat bagi Allah untuk mengampuni dosa, dan seperti yang kita nyanyikan "darah ini tidak penah kehilangan kuasanya".
Ayat ini menyebutkan, "darah Yesus, Anak-Nya itu". Nama Yesus menyatakan keinsanian Tuhan yang diperlukan untuk pencurahan darah penebusan, dan sebutan Anak-Nya menyatakan keilahian Tuhan yang diperlukan untuk khasiat kekal darah penebusan. Jadi, darah Yesus, Anak-Nya itu, menunjukkan bahwa darah ini adalah darah yang tepat dari manusia sejati yang dicurahkan untuk menebus makhluk ciptaan Allah yang telah jatuh dengan jaminan ilahi sebagai khasiat kekalnya, khasiat yang mengungguli segalanya dalam ruang dan bersifat kekal dalam waktu.
Sebutan Yesus, Anak-Nya itu, dipakai oleh Yohanes sebagai suntikan pencegahan terhadap bidah. Salah satu bidah menekankan keilahian Tuhan dengan menyangkal keinsanian-Nya. Sebutan Yesus sebagai nama seorang manusia, merupakan suntikan pencegahan terhadap bidah ini. Sedangkan sebutan Anak-Nya itu adalah suntikan penangkal terhadap bidah yang menyangkal keilahian Tuhan.
Persekutuan Seorang Dengan Yang Lain
1 Yoh. 1:6, 7
Satu Yohanes 1:6-7a mengatakan, "Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran. Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain."
Kita mungkin berharap bahwa Yohanes di ayat 7 akan mengatakan jika kita hidup di dalam terang maka kita akan beroleh persekutuan dengan Allah sama seperti di ayat 6. Tetapi Yohanes justru mengatakan jika kita hidup di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain.
Bila kita berjalan dan hidup di dalam terang Allah, kita akan memiliki persekutuan ilahi, yaitu kenikmatan bersama atas Allah Tritunggal dan berbagian di dalam maksud ilahiNya. Selain, itu kita juga akan menikmati persekutuan dengan saudara saudari seiman.
Persengketaan dengan penatua, atau meninggalkan persekutuan dengan saudara saudari akan membuat kita berada dalam bahaya rohani yang cukup serius. Misalnya, ada seorang saudari yang tersinggung dengan perkataan seorang penatua. Dia mungkin berkata, "Gereja tidak ada realitas kasih! Semua kebenaran hanya teori!" Ia mulai mengkritik sana-sini. Kondisi ini membuat ia berada dalam kegelapan. Tetapi, seandainya setelah sejangka waktu saudari itu bertobat, dengan segera terang mulai bersinar kembali. Demikianlah ia mengalami pembersihan dari darah adi Tuhan, dan hal-hal ilahi menjadi riil kembali. Gereja, kaum saleh, dan kebenaran akan menjadi riil baginya. Dapat tidaknya kita melihat realitas, tidak berkaitan dengan benar atau salah, tetapi berkaitan dengan terang atau gelap. Kita tidak perlu memikirkan yang dikatakan oleh penatua itu benar atau salah, tetapi apakah kita berada di dalam terang atau di dalam gelap. Ketika kita bertobat, terang ilahi bersinar dan kita mengakui dosa-dosa kita dengan bersandar pada darah Yesus, maka secara otomatis persekutuan ini telah dipulihkan kembali. Kini kita pun ada di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar