Menantikan Janji Bapa
Kisah Para Rasul 1:4a
Pada suatu hari ketika Ia makan bersama-sama dengan mereka, Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa
Ayat Bacaan: Kis. 1:4; Luk. 24:49; Kis. 1:4-8; Yoh. 14:17; Yoh. 14:16-17, 26; 16:7; 15:26
Dalam Kisah Para Rasul 1:4-8 Tuhan Yesus menyuruh murid-murid untuk menantikan baptisan Roh Kudus. “Pada suatu hari ketika Ia makan bersama-sama dengan mereka, Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa...” (ay. 4) Janji di sini dan dalam Lukas 24:49 itu berbeda dengan janji dalam Yohanes 14:17. Janji Tuhan dalam Kisah Para Rasul 1:4 dan Lukas 24:49 adalah janji Yoel 2:28-29, yang digenapi pada hari Pentakosta (Kis. 2:1-4, 16-18), untuk pencurahan Roh sebagai kuat kuasa dari tempat tinggi bagi ministri dan pelayanan kaum beriman. Dipenuhi Roh itu secara lahiriah adalah untuk pekerjaan rohani. Janji Tuhan dalam Yohanes 14:17 digenapi pada hari kebangkitan-Nya, ketika Roh itu dihembuskan ke dalam murid-murid sebagai hembusan hayat (Yoh. 20:22). Dipenuhi Roh itu secara batiniah adalah untuk kehidupan kita.
Roh Kudus di dalam kita adalah untuk diri kita sendiri, supaya kita bertobat, mendengarkan firman Allah, mengenal Tuhan. Roh Kudus di atas diri kita, yaitu di luar kita, adalah untuk orang lain, supaya orang lain bertobat, mendengarkan firman Allah, mengenal Tuhan. Mengapa kita bisa mendekati Tuhan, tetapi tidak bisa membawa orang lain mendapatkan karunia mendekati Tuhan? Karena kita kekurangan Roh Kudus secara lahiriah! Ketika memberitakan Injil kepada orang lain kita merasa malu, takut kesulitan, tidak bebas, tidak mempunyai kekuatan; merasa kikuk, seolah terikat, tidak bisa bersaksi bagi Tuhan. Sampai suatu hari, Anda mengalami Roh Kudus turun ke atas Anda, Anda akan menjadi gairah seperti terbakar, keberanian Anda berlipat ganda, Anda bebas, leluasa, dan berkuasa, dengan berani maju bersaksi bagi Tuhan.
Adapun jalan untuk dipenuhi Roh Kudus secara lahiriah adalah dengan bertobat, mengaku dosa dan membereskannya dengan tuntas (Kis. 2:38), kemudian harus percaya bahwa kita sudah dibaptis di dalam Roh Kudus. Selanjutnya kita harus taat pada kehendak Allah, dan menjadi orang yang tekun berdoa sehati dan menuntut kemajuan rohani bersama saudara saudari dalam gereja. Dengan demikian kita akan mengalami realitas dari janji Bapa.
Dibaptis dengan Roh Kudus
Kisah Para Rasul 1:5
Sebab Yohanes membaptis dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus
Ayat Bacaan: Mat.3:11; Kis. 1:5, 14; 2:1-4, 38; 5:32; 11:15-16
Mengenai janji tentang Roh Kudus telah dinubuatkan oleh Yohanes Pembaptis di dalam Matius 3:11. Tuhan Yesus sendiri juga telah menubuatkan, “Tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus” (Kis.1:5). Demikianlah, murid-murid dan Tuhan sendiri telah menubuatkan tentang janji mengenai Roh itu. Janji tentang Roh Kudus ini digenapkan kepada dua macam orang: pertama, kaum beriman bangsa Yahudi, pada hari Pentakosta, “Tetapi tidak lama lagi kamu (kelompok kaum saleh Yahudi yang pertama), akan dibaptis dengan Roh Kudus” (Kis.1:5); kedua, Roh itu digenapkan bagi orang bukan keturunan Yahudi di rumah Kornelius, “Dan ketika aku (Petrus) mulai berbicara, turunlah Roh Kudus ke atas mereka (kaum saleh bangsa bukan Yahudi) sama seperti dulu ke atas kita (kelompok pertama kaum saleh Yahudi). Maka teringatlah aku akan perkataan Tuhan...kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus” (Kis.11:15-16).
Baptisan Roh Kudus ke atas Tubuh Kristus di dalam Kisah Para Rasul merupakan suatu penggenapan sekali untuk selamanya. Kita tidak perlu menunggunya, karena kita telah mengalaminya. Satu Korintus 12:13 mengatakan bahwa, “dalam satu Roh kita semua dibaptis ke dalam satu tubuh.” Kita harus paham bahwa baptisan Roh Kudus adalah fakta yang telah rampung. Baptisan Roh Kudus adalah satu butir yang terdapat dalam perjanjian, wasiat yang diberikan kepada kita semua, dan kita semua berhak atasnya selaku anggota Tubuh Kristus. Namun, kita tidak boleh berhenti pada fakta ini saja.
Sering kali kita memberitakan Injil dalam ketidakpercayaan. Kita hanya percaya sebagian, tidak sepenuhnya; karena itu, kita tidak memiliki kekuatan. Kita percaya Tuhan sudah mati bagi kita, tetapi kita tidak percaya Dia sudah membaptis kita dengan Roh Kudus. Sebab itu, kita tidak memiliki kekuatan dalam memberitakan Injil. Jika kita berdiri di pihak Tubuh, percaya kepada seluruh janji Tuhan, dan menerima fakta yang telah rampung mengenai baptisan Roh Kudus atas Tubuh dengan iman yang hidup, kita akan mengikat orang kuat itu (Iblis) dan membungkam mulutnya. Kita akan melihat kekuatan yang sejati dalam pemberitaan Injil.
Pemulihan Kerajaan Israel
Kisah Para Rasul 1:6-7
Maka bertanyalah mereka yang berkumpul di situ: “Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?” Jawab-Nya: “Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya”
Ayat Bacaan: Kis. 1:6-7; Yoh. 1:3
Kerajaan Israel, yang dinantikan oleh para rasul dan orang-orang Yahudi yang takwa lainnya adalah kerajaan material. Kerajaan ini berbeda dengan kerajaan hayat Allah, yang Kristus bangunkan melalui pemberitaan Injil-Nya.
Dalam mengajukan pertanyaan yang dicatat dalam ayat 6, murid-murid kelihatannya telah melupakan hayat ilahi yang ada di dalam mereka. Konsepsi mereka dihubungkan dengan pemulihan kerajaan Israel. Konsepsi tradisional ini ada di dalam pemikiran semua orang Yahudi. Petrus, Yohanes, Yakobus, dan murid-murid lainnya memiliki konsepsi bahwa kerajaan Israel akan dipulihkan. Hari demi hari mereka mengharapkan pemulihan kerajaan Israel.
Tetapi dalam 1:3 kita diberi tahu bahwa Tuhan bukan berbicara kepada mereka tentang kerajaan Israel, melainkan tentang Kerajaan Allah. Meskipun Tuhan berbicara kepada murid-murid-Nya mengenai Kerajaan Allah selama lebih dari empat puluh hari, mereka mungkin lebih memperhatikan kerajaan Israel daripada Kerajaan Allah. Hati mereka mungkin telah diduduki oleh kerajaan Israel. Tuhan juga berbicara kepada mereka tentang baptisan Roh Kudus. Kerajaan Allah dan baptisan Roh Kudus adalah hal-hal yang berhubungan dengan ekonomi Perjanjian Baru. Tetapi, sebagaimana ditunjukkan dengan pertanyaan mereka dalam ayat 6, murid-murid mungkin tidak memiliki pemahaman yang tepat akan hal-hal ini. Dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh murid-murid, Tuhan Yesus berkata, “Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya” (ay. 7). Di sini Tuhan Yesus seolah-olah berkata, “Serahkan pemulihan kerajaan Israel kepada kedaulatan Allah. Lupakan tentang kerajaan Israel, dan terimalah firman-Ku mengenai Kerajaan Allah dan baptisan Roh Kudus.” Ketika Tuhan Yesus datang untuk kali pertama, orang-orang Yahudi mengharapkan Mesias untuk memulihkan kerajaan-Nya (Luk. 2:25; 3:15; 7:19; Yoh. 1:41; 7:27, 41). Baru sampai kedatangan-Nya yang kedua kali itulah Ia akan memulihkan kerajaan Mesias (Mat. 23:39). Kita perlu berdoa agar kita dilepaskan dari konsepsi tradisional dan memperhatikan perihal menjadi saksi-saksi Tuhan bagi Kerajaan Allah dalam hayat.
Kamu akan Menerima Kuasa
Kisah Para Rasul 1:8
Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi
Ayat Bacaan: Yl. 2:28-29; Lukas 24:49; Yoh. 20:19-22; Kis. 1:4-5; 2:1-4, 16-18
Tuhan mengucapkan perkataan “Tetapi kamu akan menerima kuasa” kepada murid-murid-Nya setelah kebangkitan-Nya dan sebelum kenaikan-Nya, Dia mengucapkan lagi janji Allah dalam Perjanjian Lama mengenai Roh Kudus. Dia berjanji, setelah Dia naik ke surga, Dia akan mengutus Roh Kudus menjadi kuasa mereka. “Kuasa” berbeda dengan “Penghibur” (Yoh. 20:19-22). Penghibur adalah Yang akan masuk ke dalam murid-murid dan diam “di dalam” mereka, sedangkan kuasa adalah Yang akan turun “ke atas” mereka.
“Menerima atau mendapat kuasa” adalah Roh Kudus turun ke atas diri kaum beriman sehingga kaum beriman dipenuhi Roh Kudus secara ekonomikal. Janji mengenai menerima kuasa ini adalah penggenapan dari janji dalam Lukas 24:49 dan Yoel 2:28-29, yang digenapi pada hari Pentakosta (Kis. 2:1-4, 16-18), yakni pencurahan sebagai kuat kuasa dari tempat tinggi bagi ministri kaum beriman secara ekonomikal. Roh Kudus turun ke atas diri kita, memenuhi diri kita, membuat kita mengalami dibaptis di dalam Dia, adalah supaya kita menerima kuasa, bersaksi bagi Tuhan. Ini sangat jelas memperlihatkan kepada kita bahwa fungsi Roh Kudus sebagai kekuatan, bukan untuk hayat di batin yang kita terima dari Tuhan, melainkan untuk pekerjaan di luar yang kita lakukan bagi Tuhan. Kuasa ini adalah Allah Tritunggal sebagai Roh itu. Karena ada Roh kuasa di atas kita, maka kita bisa membicarakan Allah, mengutarakan Kristus, berbicara bagi Kristus supaya Kristus dapat disalurkan ke dalam orang lain.
Allah damba agar kita, orang-orang Kristen mau menjadi orang-orang yang berbicara. Kita harus menjadi orang-orang yang sepanjang waktu membicarakan Kristus; kita harus menjadi saksi-saksi dari Dia yang di dalamnya kita percaya. Untuk berbicara kita perlu memiliki Roh. Kita mendapatkan Roh itu melalui berdoa. Maka Roh itu menjadi kuat kuasa dan keberanian kita di dalam pengabaran injil. Isi dan pembicaraan kita haruslah firman yang hidup dan kaya. Bahkan orang-orang saleh yang muda dapat mengabarkan dengan kuat kuasa dan pengaruh yang kuat jika mereka mau percaya di dalam doa, firman, dan Roh itu. Inilah jalan kita untuk menjadi saksi-saksi Kristus, bukan dengan cara atau metode yang bersifat duniawi.
Roh Kudus Turun ke Atas Kamu
Kisah Para Rasul 1:8
Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi
Ayat Bacaan: Yoh.14:17, Yoh. 7:37-39, 2 Raj. 2:9, 13-15, 1 Kor. 12:13
Mengalami Roh Kudus turun ke atas kita berbeda dengan memiliki Roh Kudus di dalam kita (Yoh.14:17). Roh Kudus dihembuskan ke dalam murid-murid pada hari kebangkitan Tuhan untuk menjadi Roh hayat bagi mereka secara esensial. Roh Kudus yang sama turun ke atas murid-murid pada hari Pentakosta untuk menjadi Roh kuasa secara ekonomikal. Di satu pihak, Tuhan berkata bahwa Roh Kudus akan diam di dalam kita, di pihak lain juga berkata bahwa Roh Kudus akan turun ke atas kita.
Demikianlah, terhadap Roh hayat, kita perlu meminumnya (Yoh. 7:37-39). Namun, terhadap Roh kuasa, kita perlu mengenakan Dia sebagai seragam, yang dilambangkan oleh jubah Elia (2 Raj. 2:9, 13-15). Ini adalah dua aspek dari Roh yang satu itu untuk kita alami (1 Kor. 12:13). Roh hayat yang menghuni adalah esensial bagi hayat juga menyuplai dan menunjang hidup kita; Roh kuasa yang dicurahkan adalah ekonomikal bagi ministri dan pekerjaan kita.
Banyak saudara saudari rajin membaca Alkitab, juga sangat mengasihi Tuhan, tetapi ketika mengabarkan Injil, merasa tidak leluasa, bersaksi bagi Tuhan merasa malu, di dalam sidang sulit membuka mulut. Hal itu disebabkan dan juga membuktikan bahwa di dalam ada Roh Kudus, namun di luar mereka tidak ada Roh Kudus. Kalau mereka mau menuntut, mau menerima, pada suatu hari mereka juga mendapatkan Roh Kudus secara lahiriah, keadaan rohani lahir mereka juga akan berubah besar. Keberanian mereka akan bertambah, kulit muka mereka akan tebal. Jangankan bersaksi kepada satu orang, meskipun membuka mulut di dalam sidang, memberitakan Injil kepada orang banyak, menyanyi atau memberitakan firman di pinggir jalan pun tidak merasa malu. Pada hari Pentakosta, nelayan, orang kecil dari Galilea, tidak takut ditentang atau diancam oleh penguasa, dengan kuat dan berani bersaksi bagi Tuhan. Mereka bisa demikian setelah Roh Kudus turun ke atas mereka. Kalau setiap saudara saudari dalam barisan Injil kita, satu per satu mendapatkan kepenuhan Roh Kudus secara lahiriah, kita akan mampu menggerakkan hati manusia. Kalau kita hendak bersaksi bagi Tuhan, bekerja bagi Tuhan, kita harus dipenuhi Roh Kudus secara lahiriah.
Kamu akan Menjadi Saksi-saksi-KuKisah Para Rasul 1:8
Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi
Ayat Bacaan: Kis. 2:32, 4:33, 5:32, 10:39,41, 23:11, 26:16, Luk. 24:48
Secara harafiah, kata Yunani untuk “saksi-saksi” dalam Kisah Para Rasul 1:8 berarti “para martir.” Saksi-saksi adalah orang-orang yang memikul kesaksian yang hidup tentang Kristus yang bangkit dan naik ke surga dalam hayat. Mereka berbeda dengan pemberita-pemberita yang hanya memberitakan doktrin-doktrin harafiah. Seorang saksi adalah untuk kesaksian. Jadi kesaksian berhubungan dengan orangnya, dengan apa adanya saksi itu (Kis. 26:16). Menjadi saksi berbeda dengan mengajar. Bersaksi menuntut pengalaman melihat dan menikmati Tuhan atau hal rohani.
Kitab Injil mencatat, dalam inkarnasi-Nya, Kristus merampungkan ministri-Nya di bumi seorang diri, dan menaburkan diri-Nya sebagai benih Kerajaan Allah hanya di tanah Yudea. Kitab Kisah Para Rasul mencatat, dalam kenaikan-Nya, Kristus akan merampungkan ministri-Nya di surga melalui saksi-saksi ini, martir-martir ini, di dalam hayat kebangkitan-Nya dan dengan kekuatan dan kuasa kenaikan-Nya untuk mengembangbiakkan dan meluaskan diri-Nya menjadi perkembangan Kerajaan Allah mulai dari Yerusalem sebagai awalnya, sampai ke ujung bumi, sebagai perampungan ministri-Nya dalam Perjanjian Baru. Dalam kitab ini, semua rasul dan murid adalah para martir-Nya, saksi-saksi-Nya yang sedemikian (Kis. 2:32, 5:32, 10:39,41, 23:11, Luk. 24:48). Para rasul adalah saksi dari Kristus yang bangkit, bukan hanya dalam perkataan tetapi juga dalam hidup dan tindakan mereka, terutama bersaksi tentang kebangkitan-Nya (Kis. 4:33).
Saudara-saudari yang terkasih, di dalam kehidupan kita sehari-hari, kita harus menjadi orang-orang yang sepanjang waktu membicarakan Kristus, sepanjang waktu berbicara bagi Kristus, dan sepanjang waktu mengutarakan Kristus. Kapanpun dan dimanapun kita membuka mulut kita, kita membicarakan Kristus, kita berbicara bagi Kristus, dan kita mengutarakan Kristus. Seorang saksi adalah seseorang yang berbicara, seseorang yang hanya membicarakan hal-hal mengenai orang yang sedang dia persaksikan. Kita adalah saksi-saksi-Nya dan kita harus membicarakan Dia, berbicara bagi Dia, dan mengutarakan Dia pada setiap kesempatan.
Peralihan Zaman dari Perjanjian Lama Ke Perjanjian Baru
Kisah Para Rasul 1:8
Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi
Ayat Bacaan: Kis. 1:8, Kol. 2:17; 1 Yoh. 4:14
Dalam ayat 8 Tuhan menunjukkan kepada murid-murid-Nya bahwa mereka harus memperhatikan turunnya Roh Kudus ke atas mereka dan kemudian menjadi saksi-saksi-Nya di Yerusalem, Yudea, Samaria, dan sampai ke ujung bumi. Tetapi murid-murid itu diduduki oleh konsepsi tradisional mereka mengenai kerajaan Israel, Musa, dan memelihara hukum Taurat. Tuhan seolah-olah memberi tahu mereka, “Kalian perlu peralihan zaman. Kalian perlu dialihkan secara ekonomikal dari Perjanjian Lama ke Perjanjian Baru, dari Kerajaan Israel ke Kerajaan Allah, yang adalah gereja, dari hukum Taurat kepada Kristus, yakni, kepada-Ku. Sebagai pengganti Musa dan hukum Taurat, kalian memiliki Aku. Kalian tidak boleh menjadi pemelihara hukum Taurat lagi; sekarang kalian harus menjadi saksi-saksi-Ku yang hidup. Kalian beserta dengan-Ku selama tiga setengah tahun. Kemudian kalian melihat kematian-Ku dan penguburan-Ku, melihat kubur-Ku yang kosong, dan kemudian melihat Aku di dalam kebangkitan. Sekarang Aku di sini menyertai kalian dalam kebangkitan. Lupakan tentang Musa dan hukum Taurat. Jangan menjadi pemelihara hukum Taurat — jadilah saksi-saksi-Ku yang hidup.”
Murid-murid mungkin sulit memahami keperluan mereka akan peralihan zaman. Hari ini banyak orang Kristen memiliki masalah dalam hal ini. Ketika mereka membaca bagian firman ini, mereka tidak melihat hal peralihan ekonomikal. Banyak dari kita juga perlu peralihan yang demikian. Adakalanya, meskipun kita telah diselamatkan selama bertahun-tahun, namun kita masih berusaha memelihara perintah-perintah dalam Perjanjian Baru berdasarkan diri sendiri. Kita damba menjadi pemelihara-pemelihara perintah seperti pemelihara-pemelihara hukum Taurat dan mengabaikan Tuhan sebagai inti Perjanjian Baru.
Kita memerlukan suatu peralihan dari hukum Taurat kepada Kristus. Kita perlu suatu peralihan dari menjadi para pemelihara hukum Taurat kepada menjadi saksi-saksi Yesus. Kita perlu berdoa, “Tuhan, palingkan aku untuk menjadi saksi-saksi-Mu.” Satu Yohanes 4:14 menerangkan bahwa kesaksian ini ialah ”Kami telah melihat dan bersaksi bahwa Bapa telah mengutus Anak-Nya menjadi Juruselamat dunia.” Apa yang kita lihat, itulah yang kita saksikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar