Allah Mahamulia Menampakkan Diri kepada Abraham
Kisah Para Rasul 7:2
Jawab Stefanus: “Hai saudara-saudara dan bapa-bapa, dengarkanlah! Allah yang Mahamulia telah menampakkan diri-Nya kepada bapa leluhur kita Abraham, ketika ia masih di Mesopotamia, sebelum ia menetap di Haran."
Ayat Bacaan: Kis. 7:2-3; Yos. 24:3; Kel. 29:43; Kej. 12:1-4; Flp. 3:20; Gal. 3:7-9; Rm. 4:6-17; 2 Ptr. 1:3
Setelah manusia sepenuhnya jatuh di bawah hasutan Satan, seluruh umat manusia berada dalam pemberontakan melawan Allah. Ini berarti Allah telah disingkirkan keluar dari bumi. Tetapi setelah Satan melakukan yang terhebat untuk merusak manusia yang diciptakan Allah, Allah yang tujuan-Nya tidak berubah, datang untuk mendapat permulaan yang baru! Allah yang mulia menampakkan diri kepada Abraham di Ur-Kasdim dan memanggilnya keluar dari negeri berhala.
Awalnya, Abraham enggan untuk menaati panggilan Allah, untuk keluar dari negerinya dan keluarganya dan masuk ke dalam tanah permai. Ia perlu dikuatkan dengan penampakan Allah untuk menaati panggilan Allah, untuk keluar dari negeri berhala. Walaupun secara umum Abraham diterima sebagai bapa iman, namun ia lemah seperti kita, ia masih memerlukan kekuatan yang hanya dapat diberikan oleh penampakan Allah. Allah memanggil Abraham dengan menampakkan diri-Nya sebagai Allah yang Maha mulia (Kis. 7:2-3). Allah memanggilnya bukan hanya dengan kata-kata. Dia memanggilnya dengan kemuliaan-Nya, sehingga Abraham melihat dan tertarik oleh kemuliaan Allah.
Pengalaman kita juga demikian. Dalam makna tertentu, kita juga telah melihat kemuliaan Allah. Ketika kita mendengarkan Injil dan Injil itu masuk ke dalam kita, kita melihat kemuliaan Allah. Apakah Anda tidak melihat kemuliaan Allah pada saat Anda beroleh selamat? Awalnya kita tidak berniat menerima Allah, namun ketika Injil masuk ke dalam kita, tidak tertahan lagi kita berkata, “Ya Allah, hamba mau Engkau!” Tak dapat kita sangkal bahwa kemuliaan Allah telah tertampak oleh kita. Pengalaman yang demikian tidak dapat diutarakan. Tak seorang pun yang mampu menjelaskannya dengan jelas. Ketika Injil masuk ke dalam kita, kita hanya dapat berkata bahwa Allah yang Maha mulia telah menampakkan diri kepada kita, menarik kita, serta memanggil kita. Seperti Abraham, kita juga dipanggil oleh Allah yang Maha mulia.Tak peduli betapa lemahnya kita, kita harus cepat-cepat menjawab panggilan Allah dan meninggalkan segala sesuatu yang bukan Allah. Makin cepat kita maju, makin baik. Bergegaslah, keluarlah dari segala sesuatu yang bukan Allah.
Stefanus Melihat Kemuliaan Allah
Kisah Para Rasul 7:55
Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah
Ayat Bacaan: Kis. 7:2, 55-58; Mat. 26:64; Ibr. 1:3, 13
Dari pembicaraan Stefanus dalam pasal 7 kita dapat menyadari bahwa ia adalah seorang guru besar. Pengutaraannya yang panjang menunjukkan bahwa ia berpengetahuan dalam firman Allah. Dia memang bersyarat untuk mengajarkan Kitab Suci. Ajaran Stefanus itu kaya, penuh kuasa, dan penuh makna. Ia memang seorang guru yang hebat. Meskipun Stefanus memiliki karunia-karunia khusus, ketika dipilih untuk melayani meja, ia dengan rela melayani. Di sini kita memiliki satu teladan yang baik.
Dalam 7:55 Stefanus secara esensial penuh dengan Roh itu di dalam. Ini mengacu kepada hayat, bukan kepada pekerjaan. Peristiwa Stefanus melihat kemuliaan Allah adalah satu pengakuan dan dorongan yang sangat besar bagi orang yang dianiaya. Stefanus juga melihat Yesus berdiri di sebelah kanan Allah. Dalam hal kenaikan Tuhan, biasanya disebut duduk di sebelah kanan Allah (Mat. 26:64; Ibr. 1:3, 13). Tetapi Stefanus melihat Dia sedang berdiri. Ini menunjukkan bahwa Tuhan sangat memperhatikan orang-orang yang dianiaya bagi-Nya. Dalam 7:2 Stefanus mengatakan bahwa Allah yang mulia menampakkan diri kepada Abraham. Sekarang kita diberi tahu bahwa Stefanus melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah. Bumi menolak Stefanus dan tertutup baginya, tetapi langit terbuka kepadanya, menunjukkan bahwa surga beserta dia dan untuk dia.
Sama seperti Stefanus kita juga harus senantiasa penuh dengan roh untuk dapat menghadapi berbagai penganiayaan atau penderitaan. Hasilnya adalah kita dapat melihat kemuliaan Allah. Kemuliaan Allah adalah ekspresi Allah. Kita tidak perlu menunggu hingga di alam kekal baru melihat ekspresi Allah, bahkan hari ini pun kita dapat melihatnya. Setelah mengalami penderitaan, asalkan kita senantiasa penuh roh, maka kemuliaan Allah akan terpancar dari kita. Jalan paling baik untuk senantiasa penuh dengan roh adalah dengan menyeru nama Tuhan seperti yang Stefanus lakukan. Menyeru nama Tuhan akan membawa masuk persona Allah yang mulia itu menjadi kemuliaan kita. Saat menyeru nama Tuhan maka Allah terekspresi.
Penganiayaan Terhadap Gereja di Yerusalem
Kisah Para Rasul 8:1
Saulus juga setuju, bahwa Stefanus mati dibunuh. Pada waktu itu mulailah penganiayaan yang hebat terhadap jemaat di Yerusalem. Mereka semua, kecuali rasul-rasul, tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria
Ayat Bacaan: Mat. 18:17; Kis. 13:1; 14:23; Rm. 16:1; 1 Kor. 1:2; 2 Kor. 8:1; Gal. 1:2; Why. 1:4, 11
Gereja di Yerusalem adalah gereja (jemaat) pertama yang didirikan di suatu lokal, berada di satu kota dalam wilayah pemerintahan kota Yerusalem. Inilah gereja lokal dalam lokalitasnya, seperti yang dinyatakan Tuhan dalam Matius 18:17. Ini bukan gereja universal, yang diwahyukan oleh Tuhan dalam Matius 16:18, tetapi hanya satu bagian dari gereja universal, Tubuh Kristus (Ef. 1:22-23). Catatan Perjanjian Baru mengenai perkara ini (gereja didirikan dalam lokalitasnya) selalu konsisten (Kis. 13:1; 14:23; Rm. 16:1; 1 Kor. 1:2; 2 Kor. 8:1; Gal. 1:2; Why. 1:4, 11).
Kisah Para Rasul 8:1 dengan jelas mengatakan bahwa semua orang beriman tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria, kecuali rasul-rasul. Karena Alkitab mengatakan hal ini, kita perlu mempercayainya. Injil Tuhan itu penuh kuasa dan menang di Yerusalem. Sebelum penganiayaan itu, pasti ada ribuan orang beriman di Yerusalem. Kemudian selama penganiayaan yang hebat terhadap gereja, semua orang beriman ini pergi, kecuali rasul-rasul. Tetapi karena Injil sangat kuat, segera setelah penyebaran orang-orang kudus itu, ada sejumlah besar orang yang bangkit untuk percaya kepada Tuhan Yesus. Kelihatannya semakin banyak orang beriman pergi, semakin banyak orang yang datang untuk percaya kepada Kristus.
Sejarah membuktikan bahwa gereja adalah milik Kristus, yang telah mati dan hidup kembali untuk selama-lamanya, berdasarkan hayat kebangkitan yang tidak fana melawan penganiayaan itu, dan menang, bahkan berlipat ganda dengan semarak. Ketahuilah bahwa hayat kebangkitan Tuhan sudah ada dalam gereja. Tuhan berkata, “Aku adalah kebangkitan, dan sekarang Aku hidup di dalammu. Karena hayat kebangkitan ada di dalam kamu, tidak ada alasan bagimu untuk gagal. Tidak seharusnya engkau dikalahkan oleh aniaya. Sebaliknya sewaktu menderita aniaya, kamu harus bersandar pada hayat kebangkitan-Ku , dan menang.” Karena hayat kebangkitan ini, gereja sanggup menderita kesusahan sampai mati sekalipun. Gereja selalu bersyarat menjadi martir yang mengagumkan, menang, dan mulia. Kita semua bersyarat menjadi martir pemenang, karena kita memiliki hayat kebangkitan di dalam kita.
Pemberitaan Injil Melalui Penyebaran Orang-orang Kudus
Kisah Para Rasul 8:4
Mereka yang tersebar itu menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil
Ayat Bacaan: Kis. 1:8, 11:9; 1 Kor. 4:15; Yoh. 15:2,5
Oleh kedaulatan Allah, terjadi penganiayaan yang hebat terhadap jemaat di Yerusalem. Hal ini menyebabkan kaum beriman di Yerusalem tersebar dari Yerusalem ke tempat-tempat lain melakukan perluasan Injil, memberitakan Injil. Apa yang mereka lakukan menggenapkan perkataan Tuhan dalam Kisah Para Rasul 1:8, 11:19.
Perkara pertama dalam pelayanan orang Kristen adalah memberitakan Injil. Hal ini seperti pernikahan dan kelahiran. Setelah pasangan muda menikah, hal pertama yang terjadi adalah kelahiran. Setelah seorang anak dilahirkan, pusat perhatian dari seluruh keluarga itu beralih kepada anak itu. Jika sepasang suami istri tidak memiliki anak, mereka akan merasa kekurangan sesuatu. Anak-anak adalah fokus dari keluarga itu. Hari ini kita semua sudah beroleh selamat. Dengan kata lain kita sudah menikah dengan Kristus, yang seharusnya menyusul adalah kelahiran. Kelahiran rohani adalah pemberitaan Injil. Paulus memberitakan Injil dan membimbing banyak orang beroleh selamat (I Kor. 4:15 Tl). Banyak anak rohani yang dilahirkan oleh Paulus di Korintus.
Yohanes 15:5 Tuhan memberi tahu kita, bahwa Dia adalah pokok anggur dan kita adalah ranting-rantingNya. Orang tertarik kepada pohon anggur bukan karena bunganya, melainkan karena buahnya. Kalau sebatang pohon anggur tidak bisa menghasilkan buah, nasibnya adalah dipotong (Yoh. 15:2). Dipotong berarti kehilangan kenikmatan atas Kristus. Semula Anda adalah sebatang ranting yang tinggal dalam pokok anggur. Segala yang ada pada pokok anggur dan segala yang dimiliki pokok anggur menjadi bagian Anda dan kenikmatan Anda. Tetapi jika Anda hanya menikmati dan tidak menghasilkan buah, Anda akan kehilangan kenikmatan yang kaya atas Kristus.
Ketika kita tidak memiliki kenikmatan atas suplai yang limpah dari sari hayat Kristus, kita telah dipotong. Apakah kita dipotong atau tidak, ditentukan oleh apakah kita memiliki kenikmatan yang riil atas kekayaan Kristus. Ini sangat serius. Alkitab mengatakan, bahwa konsekuensi dipotong adalah semacam penghukuman dan kerugian. Untuk menghindari nasib dipotong, kita harus menghasilkan buah supaya Bapa dapat dimuliakan.
Teladan Bermigrasi Demi Penyebaran Injil
Kisah Para Rasul 8:4
Mereka yang tersebar itu menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil
Ayat Bacaan: Kis. 8:4-13; Kej. 14:13; Ibr. 11:8-9
Dalam Kisah Para Rasul 8 ada banyak teladan bagi kita. Khususnya, teladan dalam pasal ini berhubungan dengan pemberitaan Injil. Teladan pertama terdapat dalam Kisah Para Rasul 8:4, dimana kita memiliki teladan pemberitaan Injil melalui penyebaran dan migrasi dari orang-orang kudus. Dalam Kisah Para Rasul 8 tidak terdapat kata-kata “bermigrasi” atau “migrasi”. Meskipun demikian, migrasi ini ditunjukkan oleh perkataan “tersebar”. Penyebaran orang-orang kudus sebenarnya adalah satu migrasi. Sebelum penyebaran orang-orang kudus dalam Kisah Para Rasul 8:4, ada ribuan orang beriman di Yerusalem. Tetapi meskipun Iblis menghasut sehingga timbul penganiayaan terhadap gereja, Tuhan ada di atas Iblis, dan apa pun yang dilakukan Iblis berada di bawah kedaulatan Tuhan. Karena itu, penganiayaan dalam pasal 8 sebenarnya adalah untuk penyebaran Injil; ribuan orang beriman tersebar ke seluruh Yudea dan Samaria. Melalui penyebaran itu kabar baik dibawa ke banyak kota.
Ketika orang-orang kudus bermigrasi, Injil pergi bersama mereka. Orang-orang kudus yang bermigrasi membawa Injil itu ke mana pun mereka pergi. Semua gereja harus mengikuti teladan dalam Kisah Para Rasul 8:4 mengenai migrasi. Orang-orang kudus tidak boleh tinggal di satu tempat terlalu lama dan akhirnya tempat itu akan menjadi satu “Laut Mati”. Sebaliknya kita semua harus bermigrasi, mengikuti jejak nenek moyang kita Abraham (Kej. 14:13). Abraham adalah seorang penyeberang sungai; ia bermigrasi dari Kasdim ke Kanaan. Tetapi, migrasi orang-orang kudus itu bukanlah suatu peraturan atau hukum, karena yang ditekankan adalah bahwa gereja-gereja perlu mengikuti teladan para rasul sebermula. Ini berarti, dalam prinsipnya, kita harus rela bermigrasi.
Kita harus bermigrasi bukan demi penghidupan (nafkah) kita, melainkan demi Injil. Bila kita bermigrasi demi Injil, Tuhan akan memenuhi kebutuhan kita. Bermigrasi bagi Injil adalah bermigrasi bagi Tuhan, karena Injil itu sebenarnya adalah diri-Nya sendiri. Teladan pertama yang terdapat dalam Kisah Para Rasul 8 adalah migrasi orang-orang kudus bagi penyebaran Injil.
Memberitakan Firman Allah Sebagai Injil
Kisah Para Rasul 8:4
Mereka yang tersebar itu menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil
Ayat Bacaan: Kis. 8:4-13, 28:31; Why. 1:9
Teladan lain dalam Kisah Para Rasul 8:4 adalah orang-orang kudus memberitakan Firman Allah sebagai Injil. Di antara banyak pemberitaan Injil pada hari ini, hanya ada sedikit Firman Allah, sebaliknya, ada kisah-kisah dan ilustrasi-ilustrasi. Pembicaraan kita tidak boleh seperti itu. Kita perlu mempelajari firman dalam Alkitab dan dijenuhi olehnya. Jika demikian, ketika kita membuka mulut untuk berbicara, firman itu akan keluar dengan spontan. Kita harus dengan sederhana memberikan firman itu kepada orang-orang. Orang-orang mungkin terhibur oleh kisah-kisah dan ilustrasi-ilustrasi dari para pemberita itu, tetapi mereka tidak dapat menerima banyak firman. Ini adalah kemiskinan dalam sebagian besar dari pengajaran dan pemberitaan pada hari ini.
Sewaktu kita pergi untuk penyebaran Injil, kita harus pergi dengan Injil Kristus dan Kerajaan dalam firman itu (Kis. 8:12, 28:31; Why. 1:9). Pengajaran-pengajaran lain tidak dapat menyampaikan Kristus, tidak dapat menjadi bejana untuk menyampaikan Kristus kepada orang lain. Hanya firman kudus, firman ilahi, yang berguna dalam menyampaikan Kristus sebagai Kerajaan Allah kepada orang lain. Isi Injil kita haruslah Yesus Kristus dan Kerajaan Allah. Kita harus memberitakan Kristus dan Kerajaan Allah dalam firman dan dengan firman. Untuk perkara ini, kita perlu mengenal Kitab Suci dan dipenuhi firman ilahi.
Seorang hamba Tuhan memberitakan Firman Allah di Amerika Serikat. Pada waktu itu, banyak kaum Hippies datang untuk mendengarkan pembicaraannya. Salah satu dari mereka sering datang mendengarkannya. Akhirnya setelah beberapa hari, jenggotnya yang panjang itu hilang. Setelah lewat beberapa hari lagi, ia datang dengan memakai sandal. Setelah lewat beberapa hari lagi, ia memakai sepatu. Hari ini, jika kita melihatnya berdiri di sini, kita tidak dapat membayangkan bahwa ia adalah seorang bekas kaum Hippies. Hamba Tuhan itu tidak menasihati dia agar mengubah dirinya sendiri. Tetapi, setelah ia mendengar firman Allah, Roh pemberi hayat mulai membasuhnya dari dalam. Pandangannya berubah, cita rasa pendengarannya berubah, dan seleranya berubah.
Memberitakan Kristus dan Kerajaan Allah
Kisah Para Rasul 8:12
Tetapi sekarang mereka percaya kepada Filipus yang memberitakan Injil tentang Kerajaan Allah dan tentang nama Yesus Kristus, dan mereka memberi diri mereka dibaptis, baik laki-laki maupun perempuan
Ayat Bacaan: Kis.1:8, 8:4-13, 28:31; Mrk. 1:14-15; Luk. 4:43
Pemberitaan Kristus oleh Filipus di Samaria adalah langkah lanjut dalam pergerakan Injil Tuhan. Dengan langkah ini Tuhan menyebarkan diri-Nya sebagai benih Kerajaan Allah dari keturunan Yahudi murni meluas kepada orang Samaria yang berdarah campuran untuk menggenapkan nubuat Tuhan dalam Kisah Para Rasul 1:8. Mengenai pemberitaan Injil Filipus, Kisah Para Rasul 8:12 memberi tahu kita dua hal, yang pertama adalah ia memberitakan Kristus sebagai Injil. Dengan kata lain Kristus adalah Injilnya. Yang kedua adalah ia memberitakan Kerajaan Allah sebagai Injil. Ia memberitakan Kerajaan Allah sebagai Injil, sama seperti yang dilakukan Tuhan (Mrk. 1:14-15; Luk. 4:43).
Kerajaan Allah adalah Tuhan Yesus, Juruselamat, sebagai benih hayat yang ditaburkan ke dalam kaum beriman, yaitu umat pilihan Allah (Mrk. 4:3, 26), dan berkembang ke dalam suatu alam, yakni Kerajaan Allah, yang di dalamnya Allah dapat memerintah dalam hayat ilahi-Nya. Jalan masuknya adalah kelahiran kembali (Yoh. 3:5), dan perkembangannya adalah pertumbuhan kaum beriman dalam hayat ilahi (2 Ptr. 1:3-11). Kerajaan Allah adalah kehidupan gereja hari ini (Rm. 14:17) dan akan berkembang ke dalam kerajaan yang akan datang (Gal. 5:21; Ef. 5:5). Akhirnya, kerajaan akan rampung dalam Yerusalem Baru sebagai Kerajaan Allah yang kekal, suatu alam kekal dari berkat kekal hayat kekal Allah, yang akan dinikmati oleh seluruh umat tebusan Allah dalam langit baru dan bumi baru sampai selama-lamanya (Why. 21:1-4; 22:1-5, 14). Inilah yang diberitakan oleh Tuhan Yesus dan Filipus sebagai Injil.
Pemberita-pemberita tertentu pada hari ini fasih dan tahu bagaimana merangsang orang dan menggugah orang. Tetapi jika Anda menguji isi berita-berita mereka, Anda akan menemukan bahwa hanya ada sedikit tentang Kristus atau kerajaan. Pemberitaan Injil kita harus berbeda. Kita harus memberitakan Injil yang tinggi dan kaya dengan Kristus sebagai kerajaan itu. Meskipun Lukas tidak memberikan pemberitaan Filipus secara terperinci, tetapi ia memberi tahu kita bahwa Filipus memberitakan Kristus dan Kerajaan Allah sebagai Injil. Ini harus menjadi satu teladan bagi pemberitaan Injil kita pada hari ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar