Segera Memberitakan Yesus
Kisah Para Rasul 9:20
Ketika itu juga ia memberitakan Yesus di rumah-rumah ibadat, dan mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah
Ayat Bacaan: Yoh. 4:29-30, 1:40-42; Kis. 22:15
Setelah Saulus dibaptis, ia tinggal beberapa hari bersama-sama dengan murid-murid di Damsyik (Kis. 9:19). Kemudian ayat 20 mengatakan, “Ketika itu juga ia memberitakan Yesus di rumah-rumah ibadat.” Di sini frase “ketika itu juga” sangat bermakna. Ini menunjukkan bahwa dalam jangka waktu yang sangat singkat Saulus berpaling kepada Tuhan. Dulu ia adalah seorang penganiaya,ia menangkapi orang yang menerima Tuhan, tetapi sekarang mungkin ia sendiri yang ditangkap oleh Tuhan. Menurut pandangan manusia, lebih baik ia melarikan diri atau menyembunyikan diri, tetapi ia malahan pergi ke rumah-rumah ibadat dan bersaksi memberitakan Yesus. Hal ini menerangkan bahwa perkara pertama yang harus dilakukan seseorang setelah ia menerima Tuhan ialah bersaksi bagi Tuhan.
Kesaksian perempuan Samaria yang diceritakan dalam injil Yohanes, terjadi hanya beberapa jam setelah ia bertemu Tuhan, bukan setelah lewat beberapa tahun. Begitu kembali ke kota, ia segera bersaksi (Yoh. 4:29-30). Demikian juga, begitu Andreas percaya Tuhan, ia segera membawa kakaknya, Petrus, untuk menjumpai Tuhan (Yoh. 1:40-42). Setelah kita diselamatkan, kita tidak seharusnya membuat Injil berhenti disebarluaskan. Jika kesaksian kita tidak berlangsung terus, Injil akan berhenti pada diri kita. Kita wajib belajar bersaksi dan membawa orang kepada Tuhan. Hal ini jangan sekali-kali dilalaikan. Jika pada awalnya tidak mau membuka mulut, lambat-laun akan menjadi suatu kebiasaan, dan kalau ingin memulihkannya, sangat memeras tenaga.
Siapa yang tidak berminat bersaksi agar orang lain bertobat dan berpaling kepada Tuhan, jangan-jangan ia sendiri masih harus bertobat dan berpaling kepada Tuhan. Karena itu, setelah seseorang percaya Tuhan, hendaklah ia menetapkan suatu tekad di hadapan Allah, bila ada kesempatan, segera bersaksi dan mendapatkan orang. Setiap akhir tahun, kita boleh menghitung, berapa jiwa yang sudah beroleh selamat, dan berapa yang masih belum beroleh selamat. Kita sendiri telah dinyalakan, tetapi tidak pergi menyalakan orang lain. Marilah kita dengan sekuat tenaga kita bersaksi dan memimpin orang sebanyak-banyaknya kepada Tuhan!
Yesus adalah Anak Allah
Kisah Para Rasul 9:20
Ketika itu juga ia memberitakan Yesus di rumah-rumah ibadat, dan mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah
Ayat Bacaan: Yoh. 5:18; Mat. 1:20, 17:5
Kita perlu mengenal Kristus dalam dua aspek utama—aspek Persona-Nya dan aspek pekerjaan-Nya. Dalam Kisah Para Rasul 9:20, Saulus mengatakan bahwa “Yesus adalah Anak Allah.” Ungkapan “Anak Allah” mengacu kepada Persona Tuhan Yesus. Sebagai Anak Allah, Persona Tuhan Yesus itu ilahi. Dia yang ilahi adalah Allah itu sendiri. Dia dikandung dari Roh Kudus dengan esens ilahi (Mat. 1:20). Dengan keterkandungan Yesus, Roh Kudus masuk ke dalam keinsanian. Di sini kita memakai kata “esens” dengan tegas untuk menyatakan sesuatu yang bahkan lebih intrinsik daripada sifat. Manusia-Penyelamat ini dikandung dari Roh Kudus bukan hanya dengan sifat ilahi melainkan dengan esens ilahi. Penting sekali kita nampak hal ini.
Dalam Matius 17, di atas gunung pengubahan Allah sendiri membuatnya sangat jelas, “Inilah Anak-Ku yang kukasihi, kepada-Nya Aku berkenan, dengarkanlah Dia.” Mendengarkan Kristus adalah mendengarkan Allah sendiri. Kita semua perlu berdoa, “Tuhan, aku ingin mendengarkan Engkau.” Standar hidup orang Kristen hari ini bukan pada hukum Taurat, juga bukan pada nabi-nabi, melainkan pada diri Kristus; yakni pada diri Kristus yang berhuni di batin kita. Karena itu, persoalannya bukanlah apakah aku benar atau salah? Melainkan apakah Kristus yang ada di dalamku berkata demikian? Karena jalan kita adalah kehidupan Allah, bukan berdasarkan benar atau salah. Terhadap banyak perkara, kita mungkin berkata, bahwa kita boleh melakukannya, tetapi jika kehidupan Allah di dalam kita tidak membiarkan kita melakukannya, maka kita harus menghentikannya.
Saudara saudari, perbedaan di dalamnya sungguh besar! Seringkali, yang dapat dikatakan oleh orang adalah: “Benarkah jika aku melakukan ini? Salahkah jika aku melakukan itu?” Tetapi hari ini, kita bukannya menuruti ini benar atau itu salah, melainkan hanya ada satu pertanyaan: “Apakah kehidupan Tuhan di dalam kita makin membubung atau makin tenggelam?” Inilah yang akan menentukan jalan kita. Segalanya tergantung pada keputusan yang di dalam (batin). Kita hanya ingin mendengarkan Dia. Dalam segala hal kita harus terlebih dahulu mendengarkan Dia.
Yesus adalah Mesias
Kisah Para Rasul 9:22
Akan tetapi Saulus semakin besar pengaruhnya dan ia membingungkan orang-orang Yahudi yang tinggal di Damsyik, karena ia membuktikan bahwa Yesus adalah Mesias
Ayat Bacaan: Mat. 13:3; Ef. 1:4-14
Dalam Kisah Para Rasul 9:22 dikatakan, “Akan tetapi Saulus semakin besar pengaruhnya dan ia membingungkan orang-orang Yahudi yang tinggal di Damsyik, karena ia membuktikan bahwa Yesus adalah Mesias.” Dalam ayat 20 kita melihat bahwa Dia adalah Anak Allah, dan dalam ayat 22, kita melihat bahwa Dia adalah Mesias. Gelar “Mesias” atau “Kristus” menunjukkan “amanat” Tuhan, yaitu, berhubungan dengan pekerjaan Tuhan, dengan tugas dan misi-Nya. Kristus berarti “yang diurapi”. Tuhan Yesus adalah Mesias berarti Dia adalah Yang diurapi Allah, yang ditunjuk Allah untuk melaksanakan amanat-Nya, untuk melakukan pekerjaan yang ditugaskan Allah kepada-Nya.
Apakah amanat Kristus? Amanat Kristus adalah merampungkan tujuan kekal Allah melalui penyaliban-Nya, kebangkitan-Nya, kenaikan-Nya, dan kedatangan-Nya kali kedua. Amanat ini tak lain adalah menaburkan Allah Tritunggal sebagai benih hayat ke dalam kita dan karena itu menggarapkan hayat ilahi ke dalam kita. Menurut wahyu Perjanjian Baru, inilah aspek pertama dari amanat Kristus, dan kita semua perlu nampak kebenaran ini. Aspek pertama amanat Kristus yang diterima-Nya dari Bapa bukan untuk menjadi seorang raja atau nabi; tetapi untuk menjadi seorang Penabur, yaitu seorang yang menaburkan Allah Tritunggal ke dalam kita.
Sejak kita mengaku bahwa kita adalah orang berdosa dan percaya kepada Tuhan Yesus, Allah Tritunggal ini—Bapa, Putra, dan Roh—akan masuk ke dalam kita untuk menjadi hayat dan segala sesuatu kita. Seorang suami dapat mengasihi istri karena Yesus, dan istri dapat taat kepada suami karena Yesus. Kerendahan hati, kelemahlembutan, dan kesabaran kita semuanya adalah Yesus. Setiap hari kita perlu menikmati penyaluran yang berangsur-angsur, lembut, pelahan-lahan, normal, konsisten, dan berkesinambungan. Kita menikmati penyaluran Bapa dalam sifat dan hayat ilahi ke dalam diri kita dan dalam elemen ilahi-Nya. Kita menikmati penyaluran Allah Roh dalam esens ilahi-Nya sebagai meterai yang hidup dalam kita, menjadi kenikmatan ilahi kita, sebagai pencicipan dari kenikmatan penuh akan Allah.
Murid-murid Saulus
Kisah Para Rasul 9:25
Sungguh pun demikian pada suatu malam murid-muridnya mengambilnya dan menurunkannya dari atas tembok kota dalam sebuah keranjang
Ayat Bacaan: Yoh. 15:8, 16; 2 Tim. 3:16-17
Dalam 9:25 kita melihat sesuatu yang sangat mengejutkan mengenai Saulus—ia memiliki murid. Ayat ini dengan tepat dan dengan jelas menyebutkan “murid-muridnya”. Saulus yang dulu adalah seorang penganiaya Yesus, sekarang memiliki murid-murid yang mengikutinya. Melalui pemberitaannya banyak orang yang didapatkan bagi Tuhan. Saulus dari Tarsus belajar di “seminari” Tuhan dan “lulus” dalam waktu singkat menjadi seorang pemberita yang hebat. Kemudian, ia memberi tahu orang-orang bahwa Yesus ini adalah Putra Allah dan Kristus. Hasilnya, ia bahkan mendapatkan murid-murid.
Dalam Yohanes 15:8 Tuhan berkata, “Dalam hal inilah Bapa-Ku dimuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku.” Untuk banyak berbuah kita harus dimuridkan. Penyebab kita tidak berbuah ialah kita belum banyak dimuridkan oleh-Nya. Dimuridkan adalah berubah dari cara, posisi, dan karakter kita yang alamiah. Kita perlu menyalibkan manusia lama untuk membuang semua hal kita yang usang dan alamiah. Sebagai murid-murid Tuhan, kita perlu terus menerus belajar menginjil, karena menginjil membutuhkan ketrampilan kita.
Suatu hari hamba Tuhan Nee menginjil kepada seorang mahasiswa muda yang sangat pandai. Anak muda ini berkata, “Ayahku kini menderita di alam maut. Aku tidak ingin melihat ayahku menderita di sana, sedangkan aku diselamatkan. Saudara Nee menjawab menggunakan Lukas 16 tentang orang kaya yang menderita sengsara. Ia berkata, “Tidakkah kamu percaya bahwa ayahmu, meskipun menderita di alam maut, masih mengasihimu? Dia tidak ingin kamu pergi ke sana. Jika kamu pergi ke sana kamu tidak menaati ayahmu. Kamu tidak menghormatinya.” Perkataan singkat ini menyakinkan orang muda itu, dan ia berkata, “Aku menghormati ayahku. Demi keinginannya, aku percaya kepada Tuhan Yesus.” Contoh ini memperlihatkan bahwa pemberitaan injil kita tidak boleh menjadi usang, kita perlu terus diperlengkapi (2 Tim. 3:17). Dan masih banyak yang harus kita pelajari dalam pemberitaan Injil. Kita perlu dilatih Tuhan untuk mempunyai telinga dan lidah seorang murid (Yes. 50:4).
Saulus dan Murid-murid di Yerusalem
Kisah Para Rasul 9:28
Dan Saulus tetap bersama-sama dengan mereka di Yerusalem, dan dengan keberanian mengajar dalam nama Tuhan
Ayat Bacaan: Kis. 4:36, 9:20-29
Lukas memberikan catatan yang singkat dan sederhana mengenai pemberitaan Paulus yaitu persona dan pekerjaan Kristus. Kita melihat dua aspek ini dalam Kisah Para Rasul 9:20-22, dimana Paulus membicarakan tentang Anak Allah dan Kristus. Anak Allah menunjukkan Persona Tuhan, dan Kristus menunjukkan pekerjaan-Nya. Setelah Saulus berpaling kepada Tuhan, yang pertama ia saksikan di Damsyik adalah dua perkara ini.
Meskipun hal besar telah terjadi di Damsyik, namun Yerusalem belum mendengar berita mengenai hal itu. Karena alasan inilah, ketika Saulus berusaha untuk bergabung dengan murid-murid, mereka, “semuanya takut kepadanya, karena mereka tidak dapat percaya, bahwa ia juga seorang murid” (Ay. 26). Mereka tidak dapat mempercayai bahwa penentang ini sekarang adalah seorang murid Tuhan Yesus. Tetapi dalam kedaulatan-Nya Tuhan menyediakan Barnabas, anak penghiburan (4:36). Barnabas menerima Saulus dan, “membawanya kepada rasul-rasul dan menceritakan kepada mereka, bagaimana Saulus melihat Tuhan di tengah jalan dan bahwa Tuhan berbicara kepadanya dan bagaimana keberaniannya mengajar di Damsyik dalam nama Yesus” (9:27). Kemudian Saulus tetap tinggal bersama mereka, “di Yerusalem, dan dengan berani mengajar dalam nama Tuhan” (Ay. 28). Menurut 9:29, Saulus, “juga berbicara dan bersoal jawab dengan orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani.” Sewaktu Saulus berdebat dengan mereka, mereka sakit hati dan “berusaha membunuh dia” (Ay. 29).
Saudara saudari yang terkasih melalui kisah ini, kita melihat teladan yang ditinggalkan oleh Paulus kepada kita. Meskipun Paulus adalah orang yang baru berpaling kepada Tuhan, namun dengan keberanian, ia memberikan kesaksian tentang persona dan pekerjaan Kristus tanpa menghiraukan nyawanya. Sudahkah kita memiliki keberanian sedemikian? Setelah sekian lama kita beroleh selamat, berapa banyak kita dengan berani berdiri bagi kesaksian Tuhan? Semoga kita semakin terdorong, bukan perkara berapa lama kita beroleh selamat baru berani memberitakan injil namun berapa dalam kita melihat visi dan mau berdiri dengan berani bagi kesaksian Tuhan.
Gereja Dibangun dan Jumlahnya Bertumbuh
Kisah Para Rasul 9:31
“Selama beberapa waktu...Jemaat itu dibangun dan hidup dalam takut akan Tuhan. Jumlahnya makin bertambah besar oleh pertolongan dan penghiburan Roh Kudus”
Ayat Bacaan: Kis. 9:31; Ef. 1:22-23
Kisah Para Rasul 9:31 mengatakan, “Selama beberapa waktu jemaat (gereja) di seluruh Yudea, Galilea, dan Samaria berada dalam keadaan damai. Jemaat itu dibangun dan hidup dalam takut akan Tuhan dan jumlahnya bertambah besar oleh pertolongan Roh Kudus.” Ayat ini membicarakan tentang Yudea, Galilea, dan Samaria, semuanya adalah propinsi di Kekaisaran Romawi. Karena pada waktu itu gereja hanya meluas ke propinsi Yudea, Galilea, dan Samaria, dan karena kata “seluruh” mencakup semua tempat di mana gereja berada, maka di sini digunakan istilah “gereja” dalam bentuk tunggal ini dalam arti universal. Tetapi pasti ada gereja-gereja dalam arti lokal di sejumlah kota dalam ketiga propinsi tersebut.
Dalam ayat 31, kita juga melihat gereja di seluruh Yudea, Samaria, dan Galilea berada dalam keadaan damai meskipun ada penganiayaan yang di luar. Dalam keadaan demikianlah, gereja itu dibangun. Mereka juga hidup dalam takut akan Tuhan dan hidup dalam penghiburan Roh Kudus. Orang-orang Yahudi memandang Yudea sebagai propinsi yang paling baik, Galilea sebagai satu daerah yang hina dan Samaria sebagai satu daerah yang penuh dengan percampuran. Tidak peduli betapa Galilea itu sangat diremehkan dan tidak peduli betapa Samaria ditolak oleh orang-orang Yahudi di Yerusalem, gereja-gereja yang dibangun di daerah itu semuanya harus dianggap sebagai satu gereja. Secara lokal, ada gereja-gereja, tetapi secara universal, semua gereja ini adalah gereja. Di sini kita memiliki satu wahyu yang mendasar mengenai keesaan gereja secara universal.
Gereja universal adalah Tubuh Kristus yang unik. Dalam bahasa Yunani, gereja adalah ekklesia yang berarti kumpulan orang-orang yang telah dipanggil oleh Allah keluar dari dunia. Dengan demikian gereja terdiri dari semua orang beriman dalam Kristus (Ef. 1:22-23). Gereja berasal dari Tuhan, milik Tuhan, bukan milik perorangan atau pekerjaan seseorang. Saudara-saudari, darimana pun asal kota kita, meskipun ada perbedaan latar belakang, kebudayaan, pendidikan dan sebagainya tetapi di dalam Kristus kita semua adalah satu Tubuh Kristus yang unik.
Penyebaran Pelayanan Petrus
Kisah Para Rasul 9:34, 40
“Kata Petrus kepadanya: “Eneas, Yesus Kristus menyembuhkan engkau ...”Seketika itu juga bangunlah orang itu. Tetapi Petrus ... berlutut dan berdoa. Kemudian ia berpaling ke mayat itu dan berkata: “Tabita, bangkitlah!”...
Ayat Bacaan: Kis. 9:32-43
Beberapa pembaca kitab Kisah Para Rasul mungkin mengira bahwa menjelang waktu dalam pasal 9, Saulus dari Tarsus masuk ke dalam pengujian Tuhan dalam pasal 9, Petrus telah mundur dari panggung itu. Tetapi, dalam 9:32-43 kita melihat bahwa Petrus masih ada di dalam, dan ayat-ayat ini menggambarkan penyebaran ministri Petrus. Ministri Petrus bukanlah mengajarkan teologi atau filosofi tapi ministrinya adalah membicarakan gereja dan untuk membangun gereja. Kisah Para Rasul 2-9 merupakan satu bagian mengenai perkembangbiakan ministri Petrus. Dan di pasal 9-11, ministri Saulus dalam tahap permulaannya berbaur dengan ministri Petrus.
Dalam Kisah Para Rasul pasal 9 ini, kita melihat Petrus dalam ministrinya di luar Yerusalem, bahkan di luar Yudea adalah untuk membangun gereja. Ketika Petrus berada di Yope, ia tidak jauh dari Kaisarea, yang adalah pusat pemerintahan Romawi. Hal ini menunjukkan Petrus telah bergerak jauh dari Yerusalem, ibukota pusat Yahudi, ke kota Kaisarea, kota tempat salah satu gubernur Romawi tinggal. Karena Yope dekat dengan Kaisarea, kota itu menjadi satu batu loncatan bagi Petrus untuk membuka pintu kerajaan bagi bangsa bukan Yahudi. Karena itu, tinggalnya Petrus di Yope merupakan satu persiapan baginya untuk pergi ke rumah Kornelius, dan memakai kunci kedua yang diberikan kepadanya oleh Tuhan untuk membuka pintu itu, supaya bangsa bukan Yahudi dapat masuk ke dalam kerajaan. Seperti yang akan kita lihat, di Kaisarea Petrus membuka pintu bagi bangsa Romawi untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah.
Saudara-saudari dalam pasal ini kita melihat kedaulatan Tuhan dalam mengembangbiakan diri-Nya sendiri dengan menyebar ke dalam umat pilihan-Nya. Melalui waktu, Tuhan mempersiapkan bejana pilihan-Nya. Bagaimana dengan kita hari ini? Apakah kita sudah menjadi bejana yang terbuka pada-Nya, berbagian dalam pengembangbiakan-Nya? Moga Tuhan terus membelaskasihani kita. Melalui doa dan mempersembahkan diri kembali pada Tuhan dengan seluruh apa adanya kita, kita terus diubah menjadi bejana belas kasihan-Nya untuk pembangunan Tubuh Kristus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar