Langit Baru Dan Bumi Baru
Wahyu 21:1a
“Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu.”
Dalam Yesaya 65:17 Allah berkata, “Sebab sesungguhnya, Aku menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru; hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi, dan tidak akan timbul lagi dalam hati.” Langit baru dan bumi baru akan tinggal tetap selamanya di hadapan Allah yang kekal (Yes. 66:22). Dua Petrus 3:13 mengatakan, “…sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran.” Ini berarti dalam langit yang baru dan bumi yang baru, segala sesuatunya tepat, wajar, dan cocok, tidak ada lagi perselisihan.
Dalam langit lama dan bumi lama, terdapat empat zaman, yaitu zaman nenek moyang (Rm. 5:14); zaman Hukum Taurat (Yoh. 1:17); zaman anugerah (Kis. 3:20-21); dan zaman kerajaan (Why. 11:15; 20:4, 6). Allah memakai keempat zaman ini untuk menyempurnakan umat pilihan-Nya demi menggenapkan tujuan-Nya. Allah memakai Iblis, Antikristus, nabi palsu, kelemahan, situasi, lingkungan, penyakit, berbagai kesukaran, dan lain-lain, untuk menyempurnakan umat-Nya. Jika kita belum menyelesaikan pelajaran kita di zaman anugerah sekarang ini, Tuhan akan sabar dan menunggu sampai di zaman kerajaan untuk menyempurnakan kita.
Setelah kita disempurnakan, Allah dapat berkata, “Hai, iblis, penyakit, penderitaan, dan air mata, pergilah ke lautan api. Aku tidak memerlukan kalian lagi.” Saat itulah tiba langit yang baru dan bumi yang baru.
Segala Yang Usang Tidak Ada Lagi
Why. 21:1; Ibr. 1:11-12; 2 Ptr. 3:10-13; 2 Kor. 5:17
Menurut Ibrani 1:11-12, langit dan bumi akan menjadi “usang seperti pakaian”, dan Tuhan akan “menggulungnya” untuk melenyapkannya. Tetapi 2 Petrus 3:10-13 menyatakan bahwa langit dan bumi akan dibakar. Jadi, suatu saat, langit lama dan bumi lama akan digulung dan dibakar untuk menjadi langit baru dan bumi baru.
Alam semesta akan diperbarui jika kita terlebih dahulu telah diperbarui menjadi ciptaan baru (2 Kor. 5:17). Sekarang, segala sesuatu sedang menunggu kita disempurnakan dan diperbarui. Kita harus bertekad disempurnakan sebelum mati. Sebaiknya kita berdoa meminta umur panjang agar memiliki waktu lebih lama untuk disempurnakan oleh Tuhan. Namun umur panjang saja tidak cukup, yang sangat penting adalah apakah kita mengijinkan Tuhan memiliki kebebasan penuh untuk menyempurnakan kita.
Hari ini, selain keluarga kita, hanya ada satu tempat yang memungkinkan kita disempurnakan dengan cepat, yaitu hidup gereja. Sekali kita benar-benar masuk ke dalam hidup gereja, tidak ada pintu keluar, tidak ada tangga darurat, tidak ada pintu belakang. Kita harus tinggal di sini dan dibakar serta ditanggulangi untuk penyempurnaan kita. Hidup gereja adalah “oven” yang terbaik untuk kita. Bersyukurlah kepada Tuhan untuk semua hal menyulitkan yang kita jumpai dalam hidup gereja.
Di langit dan bumi baru, semua hal yang usang dari langit pertama dan bumi pertama akan diakhiri, termasuk laut. Wahyu 21:1b mengatakan, “Dan laut pun tidak ada lagi.” Laut berasal dari air penghakiman yang digunakan Allah untuk menghakimi dunia sebelum zaman Adam. Makhluk-makhluk hidup dari dunia sebelum Adam telah mengikuti penghulu malaikat (sekarang menjadi Satan) untuk memberontak kepada Allah. Karena itu, Allah menghukum mereka dengan air hingga mereka menjadi penghuni-penghuni laut, roh-roh jahat. Setelah ditanggulangi oleh Kristus dan kaum beriman-Nya (Mat. 8:29-32; Luk. 10:17; Kis. 16:16-18; 19:12), laut menyerahkan mereka kepada penghakiman takhta putih besar (20:13), maka laut tidak diperlukan lagi. Ini berarti, Iblis dan semua pengikutnya yang jahat telah ditanggulangi dan tidak akan ditemukan lagi di langit baru dan bumi baru.
Penerapan:
Pandanglah berbagai situasi, orang, benda, dan perkara yang terjadi atas kita dengan kacamata Tuhan. Jangan mencari-cari “sebabnya” dan terus berputar-putar dalam “akibatnya”. Jangan menyalahkan siapa pun atau apa pun. Sebaliknya, kita harus berkata, “Tuhan, terima kasih atas situasi ini. Ini adalah alat-Mu dan sarana-Mu untuk menyempurnakan aku.
Pokok Doa:
O Tuhan, terima kasih untuk tujuan-Mu, Engkau sedang menolongku untuk disempurnakan. Tuhan, terima kasih atas pasanganku, dan anak-anakku, yang “meng-oven” diriku tiap hari. Terima kasih atas orang tua yang mendidik dengan keras, saudara saudari yang antik, aneh, dan menyulitkan. Terima kasih atas situasi pelayanan yang menekan. Semuanya menolongku untuk matang dan disempurnakan.
Kota Kudus
Wahyu 21:2
“Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya.”
Sangat berbeda dengan Babel, kota besar itu (Wahyu pasal 17), yang dilihat oleh Rasul Yohanes dalam Wahyu pasal 21 adalah kota kudus, Yerusalem yang baru. Babel disebut sebagai ‘kota besar’, sedangkan Yerusalem Baru disebut sebagai ‘kota kudus’. Karakteristik dari Babel adalah kebesarannya, dan karakteristik dari Yerusalem Baru adalah kekudusannya. Orang Kristen yang memperhatikan kebesaran ada pada prinsip Babel, sedangkan yang memperhatikan kekudusan ada pada prinsip Yerusalem Baru.
Apakah arti kudus? Hanya Allah-lah yang kudus. Sebagai kota kudus, Yerusalem Baru sepenuhnya diresapi dan berbaur dengan Allah. Suatu kota fisik tidaklah mungkin diresapi oleh Allah.
Sebagai orang yang telah dilahirkan kembali, apabila kita terus membuka diri kepada Allah, maka kita dapat dijenuhi Allah, dengan demikian kitalah yang akan menyusun kota kudus itu. Itulah sebabnya dalam 1 Tesalonika 5:23 Paulus berdoa agar seluruh diri kita, roh, jiwa, dan tubuh, dikuduskan.
Kota kudus dalam ayat ini merupakan penggenapan dari Efesus 5:26-27 yaitu “… Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela”. Dari ayat ini, sekali lagi kita nampak bahwa kota kudus ini bukanlah kota fisik melainkan mengacu kepada gereja yang kudus, yang telah sepenuhnya terbangun sehingga dapat dipersembahkan kepada Tuhan.
Yerusalem Baru
Why. 21:2; Flp. 4:9; 1 Tes. 5:23; Yeh. 36:26; Ef. 4:22-24; 2 Kor. 5:17; Rm. 6:4; 7:6
Apa arti “Yerusalem Baru”? “Yerusalem” terdiri dari dua kata Ibrani, yaitu Yeru, berarti pondasi; dan Salem, berarti damai sejahtera. Jadi, Yerusalem berarti pondasi damai sejahtera; sesuatu yang bertumpu, berpondasi, dan dijaga dalam damai sejahtera. Perjanjian Baru juga mewahyukan Allah sebagai sumber damai sejahtera (Flp. 4:9; 1 Tes. 5:23). Allah di dalam kita adalah pondasi damai sejahtera itu sendiri. Ini bukan damai sejahtera luaran, tetapi damai sejahtera yang di dalam, yang di dalamnya kita dijaga. Dalam kekekalan, kita akan menikmati damai sejahtera selama-lamanya.
Yerusalem Baru itu disebut “baru” sebab memiliki sifat kebaharuan Allah. Kata “baru” mengandung makna bahwa diri Allah ada di dalamnya. Segala sesuatu yang tanpa Allah di dalamnya pasti “lama/usang”, namun segala sesuatu yang di dalamnya telah ditambahkan Allah pasti baru. Yehezkiel 36:26 mengatakan bahwa kaum beriman memiliki hati dan roh yang baru, ini berarti ada Allah di dalam hati dan roh mereka. Efesus 4:22-24 mengatakan bahwa kita diperbaharui dalam pikiran kita, itu berarti Allah ditambahkan ke dalam pikiran kita sehingga kita memiliki pikiran yang baru. Semua yang “baru” berarti ada Allah. Allah adalah kebaruan dan kebaruan adalah Allah. Ketika kita memiliki Allah, kita memiliki kebaruan dan kita menjadi baru (Rm. 6:4; 7:6). Akhirnya, Yerusalem Baru akan menjadi perampungan sepenuhnya alam kebaharuan seperti yang dikatakan dalam 2 Korintus 5:17 “... yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang”.
Kita perlu mengalami Yerusalem Baru dalam kehidupan kita. Bukan hanya kita menikmati damai sejahtera Allah di dalam batin tetapi juga perlu selalu mengenakan unsur Allah yang baru dan menanggalkan unsur kita yang lama. Sama seperti tubuh kita, unsur yang tak berguna di dalam tubuh kita harus dibuang setiap hari, dan unsur yang baru ditambahkan setiap hari. Setiap hari kita harus dipenuhi Allah, agar selalu baru. Untuk itu kita harus tetap membina kebiasaan berkontak dengan Allah melalui doa, baca Alkitab, menyanyi, bersekutu agar unsur Allah terus ditambahkan ke dalam kita.
Penerapan:
Marilah kita menghindari pujian atau penghormatan dari manusia, karena semua itu hanya menjadikan kita besar dan bukan kudus. Sebaliknya, marilah kita menghadapi semua cemooh, kritik, atau celaan, dengan lapang dada, karena semua itu memang tidak bisa membuat kita menjadi besar, tetapi bisa membuat kita menjadi kudus.
Pokok Doa:
Tuhan Yesus, murnikanlah hatiku. Jangan biarkan aku ngotot dan giat melayani karena ingin menjadi besar. Oh Tuhan, bersihkan semua pekerjaan dan pelayananku dari segala motivasi yang tidak benar ini. Sebaliknya Tuhan, pakailah segala situasi, benda, dan orang, untuk mengkuduskanku.
Pengantin Perempuan
Wahyu 21:2
“Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya.”
Ayat dua mengatakan bahwa Yerusalem baru “berhias bagaikan (dipersiapkan menjadi) pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya”. Yerusalem Baru akan turun dari sorga bukan sebagai satu kota materi yang mati, melainkan satu persona korporat yang hidup, pengantin perempuan. Dan Pengantin ini telah berhias atau dengan kata lain telah siap sedia.
Selanjutnya, ayat 9 mengatakan, “Marilah ke sini, aku akan menunjukkan kepadamu pengantin perempuan, mempelai (istri) Anak Domba.” Dalam Perjanjian Lama dan Baru, Allah mengumpamakan umat pilihan-Nya sebagai seorang istri (Yes. 54:6; Yer. 3:1; Yeh. 16:8; Hos. 2:19; 2 Kor. 11:2; Ef. 5:31-32). Pengantin perempuan adalah untuk hari pernikahan, sedangkan istri adalah untuk seumur hidup. Yerusalem Baru akan menjadi pengantin perempuan dalam Kerajaan Seribu Tahun selama seribu tahun. Ini seperti satu hari pernikahan (bd. 2 Ptr. 3:8). Yerusalem Baru akan menjadi istri dalam langit baru dan bumi baru untuk selama-lamanya.
Pengantin perempuan dalam zaman kerajaan hanya mencakup para pemenang (3:12; 19:7-9), tetapi istri dalam kekekalan mencakup seluruh umat tebusan Allah (21:9). Jadi, dalam kekekalan, kita semua memang akan menjadi istri, tetapi jika kita tidak siap sedia pada hari ini, kita tidak akan berbagian sebagai pengantin dalam pesta pernikahan Anak Domba. Kita akan kehilangan kenikmatan pesta dalam Kerajaan Seribu Tahun. Ini adalah hal yang sangat serius!
Yerusalem Baru Akan Turun Ke Bumi Baru
Why. 21:2
Wahyu pasal dua puluh satu ayat dua juga mengatakan,”...Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah ...” Ayat sepuluh juga menegaskan bahwa Yerusalem Baru akan turun dari surga ke bumi yang baru. Ini menunjukkan bahwa setelah semua orang kudus tebusan Allah diangkat ke surga, mereka akan membentuk Yerusalem Baru, yang kemudian turun dari surga ke bumi baru. Maka, tempat kediaman kita yang kekal bukan di surga, karena Yerusalem Baru akan berada di bumi yang baru.
Allah tidaklah bermaksud memiliki sebuah tempat tinggal yang kekal di surga; Dia bermaksud tinggal di bumi (Why. 21: 3). Kita seringkali memegang konsep yang salah, yaitu kita yang menerima Tuhan Yesus akan “masuk surga” dan tinggal hingga kekal di sana. Konsep ini tidak sepenuhnya tepat. Kita bermimpi pergi ke surga, namun Allah bermaksud turun ke bumi. Hari ini pun, kediaman Allah yang terbaik bukanlah surga, melainkan gereja di bumi.
Allah memang berhuni di surga bersama dengan malaikat-malaikat-Nya, tetapi Dia juga berhuni di bumi bersama dengan anak-anak-Nya. Jika kita menjadi seorang bapa, manakah yang kita pilih, tinggal bersama dengan pelayan-pelayan atau tinggal bersama dengan anak-anak kita? Tentu saja, kita akan memilih tinggal bersama dengan anak-anak kita. Mereka pasti lebih mustika dan lebih menyenangkan dari pada pelayan-pelayan kita. Demikian juga dengan Allah kita. Betapa Dia senang berhuni di dalam gereja!
Meskipun hari ini penampilan gereja tidak mengagumkan atau megah, mungkin malah agak kacau, tetapi anak-anak Allah ada di sana, dan Allah merasa senang bersama mereka. Karena dalam pandangan Allah, bagaimana pun keadaan gereja hari ini di bumi lama, kelak ia akan menjadi Yerusalem Baru yang turun dari surga ke bumi yang baru.Karena itu apa pun kondisi gereja hari ini, Allah sedang bekerja menambahkan unsur-Nya, sehingga secara perlahan, namun pasti, gereja akan menjadi Yerusalem Baru. Haleluya untuk karya Allah ini.
Penerapan:
Kita perlu berhias, bukan dengan perbuatan baik, pekerjaan yang besar, ketenaran, atau pun berkat-berkat materi, tetapi kita perlu mempersiapkan manusia batiniah kita agar kaya dan limpah dengan hayat Kristus. Kita perlu memiliki pengalaman yang dalam atas segala aspek Kristus juga segala aspek Yerusalem Baru yang dibahas dalam buku ini.
Pokok Doa:
Tuhan Yesus, persiapkanlah aku agar dapat turut dalam kebahagiaan Tuanku (Mat. 25:21). Oh Tuhan, aku mau menjadi bagian dari pengantin perempuan dalam Kerajaan Seribu Tahun dan menikmati pesta itu selama seribu tahun, karena itu siapkanlah aku hari ini. Buatlah aku bertumbuh dan matang bersama-sama dengan saudara saudari di sekelilingku. Buatlah kami dalam segala hal dapat mengalami diri-Mu yang kaya limpah.
Kemah Allah
Wahyu 21:3
“Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata: ‘Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka.”
Dalam Perjanjian Lama dan Baru, Allah juga mengumpamakan umat pilihan-Nya sebagai tempat kediaman-Nya (Kel. 29:45-46; Bil. 5:3; Yeh. 43:7, 9; Mzm. 68:19; 1 Kor. 3:16-17; 6:19; 2 Kor. 6:16; 1 Tim. 3:15). Tempat kediaman adalah untuk perhentian Allah, agar Allah memiliki ekspresi. Kemah yang dibuat oleh Musa adalah lambang dari kemah ini (Kel. 25:8-9; Im. 26:11). Betapa Allah ingin tinggal bersama-sama manusia.
Lambang ini pertama-tama digenapi dalam Kristus sebagai kemah Allah di tengah-tengah manusia (Yoh. 1:14). Pada akhirnya, lambang ini sepenuhnya digenapkan dalam Yerusalem Baru. Yerusalem Baru adalah kemah Allah bersama manusia sampai kekal, sebagai tempat tinggal Allah. Itulah sebabnya dalam ayat 3 ini ada suara nyaring yang berseru, “Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka.” Saudara saudari, Allah damba tinggal bersama-sama manusia.
Tempat tinggal seseorang mengekspresikan orang itu sendiri. Sebagaimana rumah kita mengekspresikan kita, maka Yerusalem Baru, kemah Allah, akan mengekspresikan Dia. Setiap aspeknya mengekspresikan Allah. Ia adalah tempat tinggal (kemah) Allah untuk mengekspresikan Dia.
Hari ini, gereja sebagai tempat tinggal Allah juga adalah ekspresi-Nya. Di dalam gereja, miniatur Yerusalem Baru yang akan datang, Allah harus diekspresikan. Untuk itu, Allah harus diekspresikan dalam hidup kita sehari-hari.
Firdaus Allah
Kej. 2:8; Luk. 23:43; Why. 2:7; 21:4, 7
Yerusalem Baru juga adalah Firdaus Allah. Alkitab tidak pernah menyebut Taman Eden (Kej. 2:8) sebagai Firdaus seperti anggapan banyak orang. Alkitab hanya mencatat Firdaus yang disebut oleh Tuhan Yesus (Luk. 23:43) dan Firdaus Yerusalem Baru. Firdaus yang disebut Tuhan Yesus dalam Lukas 23:43 adalah bagian yang menyenangkan dalam alam maut. Firdaus ini adalah tempat sementara roh-roh dan jiwa-jiwa yang tidak bertubuh dari orang-orang yang diselamatkan pada waktu sekarang ini sambil menunggu waktu kebangkitan. Namun Wahyu 2:7 mengatakan,” … Barangsiapa menang, dia akan Kuberi makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah”. Ini menunjukkan adanya Firdaus yang lain sebagai pahala bagi para pemenang. Sebagai pahala, tentu saja Firdaus di ayat ini tidak mungkin berada dalam alam maut. Firdaus ini adalah Yerusalem Baru, yang kekal, jauh lebih unggul dari Firdaus dalam alam maut, yang hanya sebagai tempat sementara. Firdaus Yerusalem Baru adalah pahala bagi para pemenang di dalam zaman kerajaan dan satu bagian yang umum bagi seluruh umat tebusan Allah dalam kekekalan (21:7). Kelak, seluruh kaum saleh yang telah mati, yang berada dalam Firdaus alam maut, akan dibangkitkan untuk mengenakan satu tubuh kebangkitan dan akhirnya berbagian dalam Yerusalem Baru sebagai Firdaus mereka.
Mari kita melihat bangsa-bangsa di langit baru dan bumi baru, yang berada di luar atau di sekeliling Yerusalem Baru. Mereka akan menikmati berkat-berkat yang umum yang disebutkan dalam ayat 4, “Dan ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu.” Dalam langit baru dan bumi baru tidak ada lagi air mata, maut, perkabungan, ratap tangis, dan dukacita. Yang ada hanyalah kepuasan dan perhentian yang penuh. Maut akan sepenuhnya tertelan oleh hayat (1 Kor. 15:54) dan akan dilemparkan ke dalam lautan api (20:14), termasuk juga unsur-unsur maut — perkabungan, ratap tangis, dan dukacita — akan dilenyapkan. Berkat-berkat dalam ayat 4 ini adalah berkat bagi bangsa-bangsa bukan bagi kita, kaum beriman.
Penerapan:
Dua Korintus 6:16 mengatakan, “… kita adalah bait dari Allah yang hidup menurut firman Allah ini:‘Aku akan diam bersama-sama dengan mereka dan hidup di tengah-tengah mereka, dan Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku.’” Banyak ayat di Alkitab menunjukkan betapa Allah senang tinggal bersama-sama kita. Kita perlu menyadari hal ini dan menikmati penyertaan-Nya setiap hari.
Pokok Doa:
Ya Tuhanku, terima kasih kepada-Mu karena Engkaulah sang Imanuel yang selalu menyertai kami. Tuhan Yesus, berkatilah kami dan berkati gereja-Mu, agar lewat kami Engkau dapat diekspresikan. Kami damba, semua orang dapat mengatakan bahwa Allah memang ada di tengah-tengah kami.
Putra-Putra Allah Di Dalam Yerusalem Baru
Wahyu 21:7
“Barangsiapa menang, ia akan memperoleh semuanya ini, dan Aku akan menjadi Allahnya dan ia akan menjadi anak-Ku.”
Setelah segala sesuatu yang lama berlalu, langit baru dan bumi baru muncul, Yerusalem Baru turun dari sorga, Dia yang duduk di atas takhta itu berkata: “Lihatlah, Aku menjadikan segala sesuatu baru!” (ay. 5).
Setelah segala sesuatunya baru, tidak akan ada anak-anak Allah yang kalah. Lalu mengapa ayat 7 mengatakan, “Barangsiapa menang...”? Makna menang di sini berbeda dengan yang terdapat dalam pasal 2 dan 3 yang dipakai sebanyak tujuh kali. Di sini kata ini berarti menang karena percaya, seperti dalam 1 Yohanes 5:4-5 yang mengatakan bahwa kita menang karena kita lahir dari Allah, kita menang karena iman kita, percaya bahwa Yesus adalah Putra Allah.
Menang dalam pasal 2 dan 3 berarti bersyarat mendapat pahala khusus, sedangkan menang karena percaya, membuat kita semua bersyarat untuk berbagian dalam Yerusalem Baru beserta semua kenikmatannya. Betapa kita bersyukur pada Tuhan, karena kita telah mendengar Injil dan telah percaya pada-Nya.
Terhadap orang-orang yang menang ini, Allah berkata, “Aku akan menjadi Allahnya dan ia akan menjadi anak-Ku.” “Anak” dalam ayat ini adalah kaum beriman yang akan tinggal di dalam Yerusalem Baru. Kita adalah anak Allah yang telah dilahirkan kembali, menjadi komposisi hidup yang menyusun Yerusalem Baru, dan kita juga akan tinggal di dalam Yerusalem Baru.
Inilah berkat besar yang Allah sediakan bagi kita.
Kenikmatan Putra-Putra Allah
Why. 21:6, 8; 22:1, 3-5; 14:10-11
Anak-anak Allah akan berbagian dalam semua kenikmatan Yerusalem Baru, khususnya kenikmatan air hayat.
Wahyu 21:6 berkata, “Firman-Nya lagi kepadaku: “Semuanya telah terjadi. Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir. Orang yang haus akan Kuberi minum dengan cuma-cuma dari mata air kehidupan”. Banyak orang Kristen memiliki anggapan bahwa kenikmatan bangsa-bangsa dengan kenikmatan kaum saleh dalam Wahyu pasal 21 adalah sama. Anggapan ini salah, sebab bangsa-bangsa hanya akan menikmati berkat yang umum, tetapi kaum saleh akan mempunyai satu kenikmatan yang khusus. Kenikmatan khusus kita adalah minum dari mata air hayat. Inilah yang utama. Kita akan menikmati suplai dari mata air hayat (Why. 22:1). Kenikmatan air hayat bukan hanya kita dapat di masa sekarang ini, tetapi juga di masa kekekalan dalam Yerusalem Baru. Kenikmatan air hayat ini tidak pernah berhenti.
Selanjutnya, di dalam Yerusalem Baru kita akan melayani Allah dan Anak Domba di dalam hadirat-Nya sampai kekal (Why. 22:3-4). Dan pada saat yang sama, kita akan memerintah sampai selamanya (Why. 22:5). Kita akan menjadi raja-raja tidak hanya selama seribu tahun; kita akan menjadi raja-raja sampai kekal.
Wahyu pasal dua puluh satu ayat delapan mengatakan, “Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala dengan api dan belerang; inilah kematian yang kedua.” Dalam langit lama dan bumi lama ada lautan air yang menampung akibat penghakiman Allah, sedangkan dalam langit baru dan bumi baru akan ada lautan api untuk menggantikan lautan air. Setelah dihakimi Allah, semua hal negatif dan cemar termasuk semua jenis orang yang tercantum dalam ayat delapan akan dibuang ke dalam lautan api, mengalami kematian kedua, menderita pembakaran api dan belerang sampai selama-lamanya (14:10-11).
Penerapan:
Allah kita adalah sumber berkat dan Ia juga senang memberkati kita. Kita harus bersyukur karena Ia-lah Allah kita dan kita adalah anak-Nya. Tanpa Allah yang demikian, kita pasti telah binasa. Karena itu, marilah kita terus menerus datang kepada-Nya, berdoa, membaca Firman, dan memuji Dia setiap waktu, dengan demikian kita akan menikmati segala berkat yang Dia sediakan.
Pokok Doa:
Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau-lah Allahku juga Bapaku. Terima kasih Tuhan, karena telah memilihku yang demikian buruk ini untuk menjadi anak-Mu. Tuhan Yesus, aku tidak mau menunggu hingga kelak dalam kekekalan baru menikmati segala berkat yang Engkau sediakan. Buatlah aku dalam hidupku sehari-hari selalu mengalami Engkau sebagai berkatku.
Jalan Untuk Melihat Yerusalem Baru: Di Dalam Roh
Wahyu 21:10
“Lalu, di dalam roh ia membawa aku ke atas sebuah gunung yang besar lagi tinggi dan ia menunjukkan kepadaku kota yang kudus itu, Yerusalem, turun dari sorga, dari Allah.”
Untuk melihat visi Yerusalem Baru, kita harus di dalam roh. Banyak orang membaca dan mempelajari Kitab Wahyu, namun mereka tidak melihat apa pun, karena mereka tidak di dalam roh. Jangan memandang rendah roh kita, ia mampu melihat Yerusalem Baru.
Frase “di dalam roh” digunakan empat kali dalam Kitab Wahyu (1:10; 4:2; 17:3; 21:10). Di dalam roh, Yohanes melihat situasi gereja-gereja; di dalam roh, dia melihat nasib dunia; di dalam roh, dia melihat perihal Babilon besar; dan di dalam roh, dia melihat perihal Yerusalem Baru.
Kita perlu berlatih tinggal di dalam roh agar dapat melihat semua visi ini. Jika tidak, maka keempat visi ini akan lenyap dari pandangan kita. Semakin lama kita tinggal di dalam roh bersekutu dengan Tuhan, kita akan nampak semakin jelas. Mungkin kita tidak dapat mengerti keseluruhannya atau tidak dapat menerangkannya kepada orang lain, namun kita sendiri jelas telah melihatnya dan peka terhadapnya. Keperluan kita hari ini adalah visi, bukan pengertian. Apa gunanya mengerti kota Jakarta jika kita tidak pernah melihatnya?
Menurut Kitab Wahyu, Rasul Yohanes melihat banyak hal, termasuk Yerusalem Baru. Jadi, Kitab Wahyu yang ditulisnya ini bukan hanya sebuah ceramah atau khotbah, melainkan sebuah gambaran tentang apa yang telah dilihatnya. Jika kita melihat visi Yerusalem Baru dengan peka dan jelas, hidup kita pasti berbeda. Visi ini akan mempengaruhi penghidupan sehari-hari kita dan penghidupan gereja kita.
Melihat Yerusalem Baru Sebagai Tanda
Why. 21:11
Kita perlu melihat visi Yerusalem Baru dengan pikiran yang diperbarui dan diterangi, tidak menurut konsep alamiah kita. Ketika Alkitab mengatakan gereja adalah kaki pelita emas, maksud sebenarnya bukan mengatakan bahwa gereja benar-benar satu kaki pelita dengan tujuh pelita. Demikian juga gambaran Kristus sebagai Anak Domba, ini bukan berarti bahwa Tuhan kita benar-benar anak domba yang berkaki empat dan berekor.
Kota Yerusalem Baru juga adalah sebuah tanda. Yerusalem Baru bukan benar-benar sebuah kota fisik berbentuk kubus. Ia begitu rahasia, dan sukar dipahami, sehingga bahasa manusia tidak dapat melukiskannya dengan memuaskan. Sebab itu, dalam hikmat-Nya, Allah memakai gambar, tanda, untuk mewahyukannya kepada kita. Tidaklah masuk akal kalau Allah menghabiskan waktu selama beribu-ribu tahun hanya untuk memenuhi kota fisik dengan kemuliaan-Nya dan hanya sekadar membuat cahaya kota itu seperti permata indah. Bagaimana Allah bisa terekspresi dari kota fisik yang mati itu? O, kita perlu menyadari bahwa kitalah yang akan penuh dengan kemuliaan Allah. Melalui kitalah Allah diekpresikan. Kitalah Yerusalem Baru.
Ketika Yohanes melihat Yerusalem Baru yang adalah sebuah kota gunung, dia berada di dalam roh dan dibawa ke gunung yang besar dan tinggi. Apa yang dilihat Yohanes? Ayat 11 mengatakan, “Kota itu penuh dengan kemuliaan Allah dan cahayanya sama seperti permata yang paling indah,....” Kemuliaan Allah adalah Allah yang terekspresikan. Saudara saudari, kitalah yang telah ditentukan untuk kemuliaan ini dan dipanggil kepada kemuliaan ini (1 Kor. 2:7; 1 Ptr. 5:10; 1 Tes. 2:12). Kini kita sedang diubah ke dalam kemuliaan ini (2 Kor. 3:18) dan kita akan dibawa ke dalam kemuliaan ini (Ibr. 2:10). Akhirnya kita akan dimuliakan bersama dengan Kristus (Rm. 8:17, 30) dan memikul kemuliaan Allah bagi ekspresi Allah di dalam Yerusalem Baru.
Yerusalem Baru juga adalah pengemban terang yang menyinarkan Allah sebagai terang ke atas bangsa-bangsa yang berada di sekitarnya (ay. 24). Hari ini, kita sebagai anak terang (Ef. 5:8) adalah terang dunia (Mat. 5:14), bersinar di tengah angkatan yang bengkok hatinya dan sesat ini (Flp. 2:15).
Penerapan:
Perjalanan hidup sebagai seorang Kristen yang menuntut dan mengasihi Tuhan memang tidak mudah. Alkitab mengatakan bahwa jalan ini adalah jalan sempit (Mat. 7:14). Karena itu, kita perlu melihat visi agar dapat menempuh jalan ini dengan penuh ketabahan dan kekuatan. Marilah kita secara khusus mohon kepada Tuhan agar menunjukkan visi yang mulia itu kepada kita.
Pokok Doa:
Tuhan Yesus, buatlah aku melihat keelokkan dan kemuliaan-Mu seperti Abraham agar aku dapat menempuh jalan yang Kau pilihkan bagiku. Buatlah aku juga agar dapat melihat rencana kekal-Mu, maksud dari semua karya-Mu, agar aku dapat mempersembahkan seluruh hidupku dan keluargaku bagi rencana-Mu.
Dua Belas Pintu Gerbang
Wahyu 21:12
“Dan temboknya besar lagi tinggi dan pintu gerbangnya dua belas buah; dan di atas pintu-pintu gerbang itu ada dua belas malaikat dan di atasnya tertulis nama kedua belas suku Israel.”
Pintu gerbang berfungsi sebagai alat penyebaran kota, juga sebagai jalan keluar masuk kota. Karena nama kedua belas suku Israel tertulis di atas pintu gerbang itu, maka ini berarti Injil, kabar sukacita, berasal dari bangsa Yahudi (Petrus, Yohanes, Paulus adalah orang Yahudi). Itulah sebabnya Tuhan berkata kepada perempuan Samaria bahwa keselamatan berasal dari orang Yahudi (Yoh. 4:22). Jadi, kaum saleh Perjanjian Lama, bani Israel, adalah pintu gerbang untuk pemberitaan dan perluasan, dan melalui pintu gerbang itu kekayaan Yerusalem Baru disuplaikan kepada umat manusia.
Suplai yang keluar dari pintu gerbang itu menimbulkan satu hasil, yaitu banyak orang dibawa masuk melalui pemberitaan Injil. Kita semua telah masuk ke dalam Yerusalem Baru melalui pintu gerbang orang Yahudi. Puji Tuhan untuk kaum saleh Perjanjian Lama yang adalah unsur penyusun kota itu.
Nama kedua belas suku Israel di sini juga mewakili hukum Taurat Perjanjian Lama. Hukum Taurat mengamati dan mengawasi untuk memastikan bahwa semua lalu lintas, yang keluar masuk dalam kota kudus itu, memenuhi tuntutan Hukum Taurat. Syukur kepada Tuhan, Kristus mati bagi dosa kita menurut Hukum Taurat, dan dalam arti yang sangat positif, Ia pun bangkit dari antara orang mati untuk menggenapkan Hukum Taurat. Karena itu, jalan masuk kita sepenuhnya sah dan sesuai dengan hukum, karena dengan kematian dan kebangkitan-Nya, Kristus telah sepenuhnya menggenapkan tuntutan Hukum Taurat.
Tiga Pintu Gerbang Di Setiap Sisi
Why. 21:13, 16; Kej. 2:10-14; Mat. 28:19
Wahyu 21:13 menunjukkan bahwa dalam Yerusalem Baru ada tiga pintu gerbang di sebelah timur, tiga pintu gerbang di sebelah utara, tiga pintu gerbang di sebelah selatan, dan tiga pintu gerbang di sebelah barat. Bukan satu pintu gerbang di tiga buah sisi, melainkan tiga pintu gerbang di setiap sisi. Pintu-pintu gerbang di satu sisi sama persis dengan pintu-pintu gerbang di ketiga sisi lainnya. Jadi kota itu berbentuk empat persegi (ay. 16). Pintu-pintu gerbang di keempat sisi itu menghadap ke empat penjuru bumi, menunjukkan bahwa pintu masuk ke dalam kota kudus itu tersedia bagi semua orang di bumi. (Bandingkan dengan keempat cabang sungai dalam Kejadian 2:10-14).
Ketiga pintu gerbang di setiap sisi juga melambangkan Allah Tritunggal — Bapa, Putra, dan Roh — yang bekerja sama untuk membawa orang masuk ke dalam kota kudus itu. Ini digambarkan dengan tiga perumpamaan dalam Lukas 15. Kisah gembala dengan domba yang hilang, mengacu kepada sang Putra yang mencari dan membawa kembali orang dosa; kisah seorang perempuan dengan dirham yang hilang, mengacu kepada sang Roh yang menerangi hati manusia, supaya mereka bertobat dan kembali; dan kisah seorang bapa dengan anaknya yang hilang, mengacu kepada sang Bapa yang menerima anak hilang yang bertobat tersebut. Jadi Allah Tritunggal adalah jalan masuk ke dalam Yerusalem Baru.
Karena pintu-pintu gerbang itu menghadap ke empat penjuru bumi, maka hal ini juga menunjukkan bahwa Allah Tritunggal mudah dimiliki oleh orang-orang dari keempat penjuru bumi. Bukan hanya demikian, ketiga pintu gerbang itu menunjukkan bahwa Allah Tritunggal telah datang untuk mencapai kita dan membawa kita ke dalam ekonomi (rencana) kekal-Nya.
Ketiga pintu gerbang di keempat sisi tersebut juga menghasilkan angka dua belas. Angka empat melambangkan makhluk ciptaan (4:6), dan angka tiga, tentu saja melambangkan Allah Tritunggal. Angka dua belas adalah hasil perkalian dari tiga dan empat. Haleluya! Ini berarti Allah Tritunggal membaurkan diri-Nya dengan ciptaan-Nya — manusia, untuk menghasilkan suatu susunan yang majemuk.
Penerapan:
Pintu gerbang juga adalah salah satu aspek Yerusalem Baru yang bisa kita alami. Untuk itu, kita perlu lebih giat mencari jiwa-jiwa agar mereka juga mengalami keajaiban pintu gerbang ini. Saudara saudari, kita perlu mempelajari apa saja tuntutan hukum Taurat itu hingga kita bisa mengapresiasi apa yang telah Tuhan rampungkan bagi kita.
Pokok Doa:
Tuhan Yesus, sebenarnya kami hanyalah terhitung sebagai anjing kafir, tetapi Engkau telah menebus kami dan membereskan semua masalah kami hingga kini kami sungguh penuh dengan pengharapan mulia. Oh Tuhan, wahyukanlah hal ini lebih dalam kepada kami hingga hati kami selalu penuh dengan syukur.
Buluh Pengukur Dari Emas
Wahyu 21:15
“Dan ia, yang berkata-kata dengan aku, mempunyai suatu tongkat (buluh — TL.) pengukur dari emas untuk mengukur kota itu serta pintu-pintu gerbangnya dan temboknya.”
Perhatikan bahwa alat pengukurnya di sini adalah sebuah buluh, bukan sebuah tongkat. Buluh adalah untuk mengukur; mengukur adalah untuk memiliki (Yeh. 40:5; Za. 2:1-2; Why. 11:1). Sebuah tongkat menyiratkan penghakiman, pendisiplinan, dan penghukuman. Ayat ini tidak menyiratkan penghakiman, pendisiplinan, atau penghukuman, karena dalam setiap hal Yerusalem Baru itu lengkap dan sempurna. Kota ini telah melewati setiap ujian (telah teruji).
Selain itu, buluh yang dipakai untuk mengukur Yerusalem Baru adalah buluh emas. Karena emas melambangkan sifat ilahi Allah, maka kota itu, pintu-pintu gerbangnya, dan temboknya diukur menurut sifat ilahi Allah. Apa saja yang tidak sesuai dengan sifat ilahi Allah bukanlah milik Yerusalem Baru. Allah tidak mau memiliki sesuatu yang tidak sesuai dengan sifat-Nya. Seluruh kota itu, dengan pintu-pintu gerbang dan temboknya dapat melewati pengukuran dan pengujian sifat Allah; karena itu, kota ini cocok untuk dimiliki Allah.
Hari ini, Allah mengukur gereja-gereja dengan tongkat (bukan buluh) dan dengan standar emas ini. Ketika mengukur kita, Allah tidak mempermasalahkan kecerdasan, kegiatan, atau kemampuan kita berbicara. Tetapi Ia sangat memperhatikan berapa banyak sifat-Nya telah tergarap ke dalam kita. Apakah kita sudah sepenuhnya disusun oleh emas? Allah akan terus mendisiplin kita hingga zaman ini berlalu dan tibalah langit baru dan bumi baru, saat itu kita tidak perlu lagi diukur dengan tongkat.
Bangunan Kota Itu
Why. 21:16-17
Dalam ayat 16-17 tertera ukuran bangunan kota itu. “Kota itu bentuknya empat persegi, panjangnya sama dengan lebarnya. Dan Ia mengukur kota itu dengan tongkat (buluh-TL.) itu: dua belas ribu stadia; panjangnya dan lebarnya dan tingginya sama. Lalu ia mengukur temboknya: seratus empat puluh empat hasta, menurut ukuran manusia, yang adalah juga ukuran malaikat.”
Ukuran-ukuran kota tersebut menunjukkan bahwa bangunan kota itu seperti sebuah kubus dengan panjang, lebar dan tinggi dua belas ribu stadia (dua belas ribu stadia adalah sekitar dua ribu seratus tujuh puluh enam kilometer). Sedangkan temboknya dari dasar sampai puncaknya seratus empat puluh empat hasta (sekitar enam puluh empat meter delapan puluh sentimeter).
Bentuk Yerusalem Baru yang adalah kubus menyatakan bahwa kota itu sempurna dan lengkap dalam segala hal, mutlak lurus, dan tidak miring sedikit pun. Panjang, lebar, dan tinggi Yerusalem Baru sama; tiap dimensi adalah dua belas ribu stadia. Dua belas ribu adalah seribu kali dua belas. Karena dua belas melambangkan kesempurnaan yang mutlak dan kelengkapan kekal dalam administrasi Allah, maka dua belas ribu melambangkan seribu kali keadaan seperti itu. Seratus empat puluh empat juga adalah dua belas kali dua belas. Betapa sempurna dan lengkapnya tembok kota suci dalam administrasi kekal Allah!
Mengapa tembok itu begitu sempurna? Ayat tujuh belas mengatakan bahwa tembok itu adalah ukuran manusia “yang adalah juga ukuran malaikat”. Dalam kebangkitan, manusia akan seperti malaikat (Mat. 22:30). Karena itu, “menurut ukuran manusia, yang adalah juga ukuran malaikat” menunjukkan bahwa tembok kota itu bukanlah yang alamiah, melainkan dalam kebangkitan. Ini suatu hal yang sangat penting. Apa saja yang kita katakan, apa saja yang kita perbuat, dan segala sesuatu kita dalam hidup gereja hari ini harus di dalam kebangkitan.
Prinsip kebangkitan adalah hayat alamiah dibunuh dan hayat ilahi tumbuh menggantikannya. Inilah kebangkitan yang membuat tembok itu begitu sempurna. Marilah setiap hari kita hidup dalam prinsip kebangkitan.
Penerapan:
Walaupun kita harus rendah hati dan baik hati, tetapi kita perlu memeriksa kerendahan hati dan kebaikan kita itu, apakah sesuai dengan sifat Allah. Prinsip ini berlaku bagi setiap aspek keinsanian kita. Kita perlu diukur dengan tongkat emas; maksudnya, sifat ilahi harus tergarap ke dalam kita. Ingatlah bahwa pengukuran Allah atas gereja adalah berdasarkan sifat ilahi. Sifat emas Allah adalah satu-satunya standar.
Pokok Doa:
Terima kasih Tuhan, karena Engkau tidak pernah berhenti mengukur kami. Buatlah agar setiap hari sifat ilahi-Mu terus tergarap ke dalam diri kami. Oh Tuhan, kami damba agar kami makin susut dan Engkau makin berkembang di dalam kami.
Tempat Maha Kudus
Wahyu 21:16
“Kota itu bentuknya empat persegi, panjangnya sama dengan lebarnya. Dan ia mengukur kota itu dengan tongkat itu: dua belas ribu stadia; panjangnya dan lebarnya dan tingginya sama.”
Yerusalem Baru berbentuk kubus. Tempat Maha Kudus dalam Kemah Pertemuan juga berbentuk kubus dengan ukuran 10 hasta pada tiap dimensinya (Kel. 26:2-8). Tempat Maha Kudus dalam Bait Suci juga berbentuk kubus berukuran 20 hasta di setiap sisinya (1 Raj. 6:20). Bentuk kubus ini menyatakan bahwa seluruh Yerusalem Baru adalah Tempat Maha Kudus yang sangat diperbesar.
Ini berarti pengalaman kita akan Tempat Maha Kudus juga harus terus diperbesar. Mula-mula, kita mempunyai Tempat Maha Kudus yang kecil dalam Kitab Keluaran, kemudian kita mempunyai Tempat Maha Kudus yang lebih besar dalam Kitab 1 Raja-raja, dan akhirnya kita mempunyai Tempat Maha Kudus yang paling besar dalam Kitab Wahyu, lebih dari 2176 km, panjang, lebar, dan tingginya.
Bagaimana mengalami Tempat Maha Kudus ini? Menurut Perjanjian Lama, hanya Imam Besar yang diizinkan masuk ke dalam Tempat Maha Kudus. Tetapi Kitab Ibrani mewahyukan bahwa melalui darah penebusan Kristus, Tempat Maha Kudus telah terbuka bagi semua yang percaya kepada-Nya (Ibr. 10:19-22). Kita boleh datang ke hadapan Allah, hidup di sana dan berdiam di sana, menikmati persekutuan dalam keesaan dengan Allah. Yerusalem Baru yang akan datang adalah tempat yang demikian. Setiap orang di dalamnya akan melihat Allah, menyentuh Allah, menyembah Allah, melayani Allah, bahkan hidup dan tinggal dalam hadirat Allah. Hidup gereja hari ini juga harus merupakan suatu Tempat Maha Kudus. Sifat gereja harus sepenuhnya kudus.
Di Dalam Kebangkitan
Why. 21:17
Telah kita bahas bahwa tembok itu diukur menurut ukuran manusia yang adalah juga ukuran malaikat. Ini berarti kita perlu melakukan segala sesuatu di dalam kebangkitan. Misalnya, ketika hampir marah, kita perlu segera datang kepada Tuhan, berdoa, menyeru nama-Nya, untuk menyalib-kan manusia alamiah (ego atau diri) kita. Begitu berbuat demikian, kita berada dalam kebangkitan. Kita harus berlatih sedemikian bukan hanya terhadap amarah kita, bahkan terhadap kasih kita. Jangan mengasihi orang lain secara alamiah. Kasihilah mereka dalam kebangkitan.
Pada tahun 1932, ketika sdr. Witness Lee (seorang hamba Tuhan) masuk dalam hidup gereja, ia mendapatkan pelajaran pertama dalam hal bagaimana bertindak dalam kebangkitan, bukan dalam hayat alamiah. Ia melihat seorang saudari yang selalu membantu yang lain, tetapi tidak punya cukup uang untuk membeli Alkitab yang baik bagi dirinya sendiri. Sdr. Lee mulai mengetahui keadaannya dan melihat bahwa saudari tersebut menggunakan sebuah Alkitab yang tua. Dengan spontan sdr. Lee berbeban untuk membelikannya sebuah Alkitab yang bagus, terbungkus kulit dan memberikan padanya tanpa sepengetahuan dia. Ketika membawa hal itu ke hadapan Tuhan, sdr. Lee berdoa, “Tuhan, saya akan membeli sebuah Alkitab untuk seorang saudari. Saya melakukan ini dalam hayat alamiah saya ataukah dalam hayat kebangkitan-Mu?” Dengan bertanya demikian kepada Tuhan, ia belajar banyak. Karena ia tidak yakin apakah ia melakukannya berdasarkan hayat kebangkitan, ia tidak bisa langsung membeli Alkitab. Ia menunggu sejangka waktu sampai yakin bahwa ia melakukannya bukan berdasarkan hayat alamiah, tetapi berdasarkan hayat kebangkitan Kristus.
Suatu hari sdr. Lee benar-benar membeli sebuah Alkitab untuk saudari itu dan memberikannya tanpa setahu dia. Melalui menerima Alkitab ini sebagai hadiah, iman saudari itu dikuatkan, dan ia bertumbuh dalam hal percaya Tuhan. Bila sdr. Lee memberikannya beberapa minggu sebelumnya, saudari itu mungkin tidak terbantu dalam hal ini. Pada waktu sdr. Lee yakin bahwa ia dapat memberinya sebuah Alkitab dalam kebangkitan, itulah hari yang tepat saudari itu perlu menerimanya.
Penerapan:
Pagi-pagi sekali, sebelum menangani urusan apa pun, marilah kita terlebih dulu datang menghampiri Tuhan, karena saat inilah saat yang terbaik. Janganlah hanya sekadar berdoa untuk memohon berkat dan perlindungan di hari itu, tetapi tinggallah di dalam hadirat Tuhan, bacalah firman-Nya, nikmatilah terang-Nya, wahyu-Nya, serta kehadiran-Nya.
Pokok Doa:
Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau begitu dekat. Kami boleh tinggal dalam hadirat-Mu, menyentuh-Mu, menyembah-Mu, melihat-Mu, dan melayani-Mu. Oh Tuhan, buatlah aku setiap hari mengalami hal ini dan mengalaminya makin hari makin dalam, makin besar, sampai Yerusalem Baru.
Tembok Untuk Pemisahan dan Perlindungan
Wahyu 21:18
“Tembok itu terbuat dari permata yaspis; dan kota itu sendiri dari emas tulen, bagaikan kaca murni.”
Ayat 14 mengatakan, “Tembok kota itu mempunyai dua belas batu dasar dan di atasnya tertulis kedua belas nama kedua belas rasul Anak Domba itu.” Kedua belas rasul di sini mewakili anugerah Perjanjian Baru, menunjukkan bahwa Yerusalem Baru dibangun di atas anugerah Allah. Jalan masuk ke dalam kota kudus adalah berdasarkan hukum Allah, tetapi kota itu dibangun di atas anugerah Allah.
Karena nama kedua belas rasul itu tertera pada kedua belas batu dasar tembok kota, ini menunjukkan bahwa Yerusalem Baru tidak hanya tersusun dengan kaum saleh Perjanjian Lama yang diwakili oleh Israel, tetapi juga oleh kaum saleh Perjanjian Baru yang diwakili oleh para rasul. Kaum beriman Perjanjian Baru bukanlah untuk pintu gerbang, melainkan untuk tembok. Pintu gerbang adalah untuk penyebaran dan jalan masuk, tetapi tembok adalah untuk pemisahan dan perlindungan.
Tembok kota itu memisahkan kita dari segala sesuatu yang umum (Why. 21:27); melindungi dan menjaga kita dalam lingkungan penampilan Allah. Segala sesuatu yang dipisahkan pasti dipelihara dan dilindungi.
Dalam hidup gereja, bagaimanakah kita mengalami pemisahan ini? Kita harus mempunyai ekspresi Allah. Jika kita menempuh hidup yang mengekspresikan Allah, orang-orang dunia akan secara otomatis menghindari kita, demikianlah kita mengalami perlindungan dan pemeliharaan dalam kehidupan kita setiap hari.
Permata Yaspis
Why. 21:18
Yaspis adalah penampilan Allah (4:3). Jadi, tembok yaspis menyatakan bahwa seluruh kota itu, menyandang penampilan Allah (Why. 21:11). Saat itu, kita tidak akan mengekspresikan sifat Indonesia, sifat Cina, sifat Amerika, atau sifat insani yang lain. Sebaliknya, kita akan mengekspresikan sifat ilahi, yang merupakan penampilan Allah sendiri. Hari ini, gereja pun harus demikian. Gereja harus mengekspresikan Allah sendiri, tidak boleh mengekspresikan yang lain.
Yaspis adalah suatu substansi (zat) yang diciptakan oleh Allah, namun diubah melalui pemanasan dan penekanan hingga menjadi kristal yang murni. Tidak seorang pun dari kita yang diciptakan sebagai yaspis. Kita diciptakan sebagai tanah liat (Kej. 2:7). Tetapi, puji Tuhan, kita telah dilahirkan kembali dan kita sedang diubah! Hari demi hari, kita berada di bawah proses pengubahan. Pengubahan tidak ditentukan oleh kepandaian seseorang, berapa pengetahuan kebenaran yang dimilikinya, juga tidak ditentukan oleh usia baptisannya. Pengubahan ini diukur oleh kadar kelimpahan hayat yang kita miliki, kadar Allah di dalam kita. Itu sebabnya Alkitab mengatakan bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia (Rm. 8:28). Jika kita melewati masalah kita bersama Tuhan, melalui banyak berdoa dan mengaku dosa, maka kadar Allah akan bertambah di dalam kita (ditunjukkan oleh warna yaspis yang hijau tua – menyatakan kelimpahan hayat) dan kita makin diubah.
Gereja tidak dapat dibangun melalui usaha kita untuk menjadi ramah dan sabar terhadap yang lain. Membangun bukanlah perkara saya memberikan sedikit ruang kepada Anda dan sebaliknya. Itu adalah sikap etika, sesuatu yang seperti ajaran etika; bukan ajaran Alkitab. Pembangunan yang sejati adalah kita ditelan oleh sifat ilahi serta dipenuhi, diisi, dijenuhi, dan diresapi oleh sifat ilahi. Agar hal ini bisa terwujud, kita harus mengasihi Tuhan dan mempersembahkan diri kita kepada-Nya tanpa syarat. Kita berkata kepada-Nya, “Tuhan, aku tidak mau menyisakan diriku. Aku berikan seluruhnya kepada-Mu dan membiarkan Engkau mengambil alih seluruh hak atasku dan memenuhi aku sepenuhnya. Tuhan, isilah aku dengan diri-Mu sendiri.”
Penerapan:
Satu Korintus 15:33, “Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.” Saudara saudari, pergaulan kita pun harus mengalami pemisahan. Tanpa pemisahan, kita akan secara perlahan tetapi pasti, terseret oleh perkara-perkara dunia. Tanpa pemisahan, kita akan kehilangan perlindungan.
Pokok Doa:
Oh Tuhan Yesus, ampuni aku yang kurang mengekspresikan-Mu, ampuni aku yang tidak memiliki penampilan Allah. Oh Tuhan, aku mau mempunyai permulaan yang baru, menempuh hidup yang menampilkan-Mu. Bimbinglah aku, ya Tuhan, agar aku boleh mengalami pemisahan dan perlindungan ini.
Dasar Kota (1)
Wahyu 21:19
“Dan dasar-dasar tembok kota itu dihiasi dengan segala jenis permata. Dasar yang pertama batu yaspis, dasar yang kedua batu nilam, dasar yang ketiga batu mirah, dasar yang keempat batu zamrud.”
Sekarang kita sampai pada dasar kota. Ini sangat penting. Dalam Ibrani pasal sebelas ayat sepuluh yang menyinggung tentang Abraham dikatakan, “Sebab ia menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah.” Kota yang berdasar ini, Yerusalem Baru, direncanakan dan dibangun oleh Allah.
Wahyu pasal dua puluh satu ayat sembilan belas mengatakan, “Dasar-dasar tembok kota itu dihiasi dengan segala jenis permata.” Ayat ini dan ayat berikutnya memuat urutan kedua belas batu permata, yang adalah kedua belas rasul Anak Domba itu (ay. 14). Setiap rasul dilambangkan dengan sebuah batu permata. Tidak ada seorang pun dari mereka yang bukan batu permata. Telah kita lihat bahwa batu permata bukanlah ciptaan, melainkan dihasilkan dari pengubahan benda ciptaan. Semua rasul diciptakan sebagai tanah liat, tetapi mereka telah dilahirkan kembali dan diubah menjadi batu-batu permata bagi pembangunan kekal Allah. Kita semua perlu dilahirkan kembali dan diubah seperti itu, agar dapat menjadi bagian dari Yerusalem Baru.
Kiranya lagu di bawah ini menjadi doa kita:
Ubah aku butuhkan, diri remuk tak sisa;
Tanah jadi permata, ganti corak mustika.
Dasar Kota (2)
Why. 21:19-20
Walaupun seluruh tembok adalah yaspis, kedua belas batu dasarnya adalah batu permata yang berbeda-beda dengan bermacam-macam warna. Setiap lapis berbeda satu sama lain. Ini menunjukkan bahwa setiap rasul mempunyai ministri yang berbeda. Ministri Paulus berbeda dengan ministri Petrus, dan ministri Petrus berbeda dengan ministri Yohanes. Tetapi, kedua belas batu dasar ini bukan diletakkan bersebelahan, melainkan diletakkan bertumpukan. Lapisan yang teratas, lapisan yang berhubungan dengan tembok, adalah yaspis, warnanya sama seperti tembok. Demikianlah semua pekerjaan rasul-rasul ditampilkan dalam penampilan yang sama, yaspis. Kedua belas lapis terarah kepada dan mendukung kesaksian yang unik dalam ekspresi yang unik.
Ministri Petrus adalah ministri menjala manusia, ministri Paulus adalah ministri pembangunan, dan ministri Yohanes adalah ministri penambalan1). Setiap rasul berdiri di atas pekerjaan rasul yang lain. Paulus berdiri di atas pekerjaan Petrus, Yohanes berdiri di atas pekerjaan Paulus. Hasilnya, mereka menghasilkan sebuah bangunan, bukan tiga rumah yang berlainan. Pekerjaan setiap rasul membentuk lapisan demi lapisan dan semuanya mengarah kepada penampilan yang unik dari yaspis, yaitu penampilan Allah dalam Kristus.
Warna dari kedua belas batu permata itu, yang menyatakan kedua belas rasul, adalah sebagai berikut: pertama hijau, kedua dan ketiga biru, keempat hijau, kelima dan keenam merah, ketujuh kuning, kedelapan hijau kebiruan, kesembilan kuning, kesepuluh hijau apel, kesebelas dan kedua belas ungu. Kedua belas lapis batu dasar dengan warna-warna tersebut di atas tampak seperti pelangi, melambangkan bahwa kota itu dibangun dan dijaga oleh kesetiaan Allah dalam memegang perjanjian-Nya (Kej. 9:8-17), dan bahwa dasar kota itu dapat dipercaya dan disandari.
-------------------
1) Pada masa tua Yohanes, semua rasul yang lain telah meninggal. Saat itu gereja mengalami kemerosotan, banyak ajaran lain dicampurkan ke dalam firman Tuhan. Saat itulah Yohanes menulis Injil Yohanes, Surat Kiriman, dan Kitab Wahyu. Semua tulisan Yohanes ini berfungsi sebagai penambalan untuk mengatasi kemerosotan dalam gereja.
Penerapan:
Tanpa panas dan tekanan yang luar biasa besar, maka tidak mungkin dihasilkan batu permata. Karena itu, kita perlu menanggung segala ganjaran yang Tuhan berikan karena Ia mengganjar kita dengan maksud mengubah kita.
Pokok Doa:
Tuhan Yesus, aku memang adalah tanah liat. Tetapi, aku telah dilahirkan kembali. Ajarku terus menyangkal ego agar Engkau dapat meluas ke dalam pikiranku, memperbaruinya hingga aku hanya memikirkan hal-hal yang kekal. Meluaslah juga Tuhan, ke dalam emosiku hingga aku dapat membenci segala yang Kaubenci dan mengasihi apa yang Kaukasihi. Dapatkan juga tekadku Tuhan, agar aku tidak salah mengambil keputusan.
Dua Belas Mutiara
Wahyu 21:21
“Dan kedua belas pintu gerbang itu adalah dua belas mutiara: setiap pintu gerbang terdiri dari satu mutiara dan jalan-jalan kota itu dari emas murni bagaikan kaca bening.”
Makna mutiara terkandung dalam proses pembentukannya. Mutiara dihasilkan oleh tiram dalam air (melambangkan kematian). Ketika tiram itu terluka oleh pasir, ia membungkus pasir itu dengan cairan hayatnya dan mengubahnya menjadi satu mutiara yang berharga. Ini melukiskan Kristus sebagai Sang Hidup, masuk ke dalam kematian, dilukai oleh kita. Setelah melukai-Nya, kita tetap tinggal dekat luka-Nya. Ini berarti kita bertobat, percaya kepada-Nya dan menerima-Nya. Pada saat kita tinggal dekat luka-Nya, Ia mengeluarkan sari hayat kebangkitan-Nya yang membungkus dan mengubah kita menjadi mutiara. Dengan tinggal pada luka Kristus, kita menerima hayat-Nya dan dilahirkan kembali. Dengan tinggal pada luka Kristus setelah dilahirkan kembali, kita pun diubah menjadi mutiara.
Bagaimana kita masuk ke dalam kota Yerusalem Baru? Dengan memanjat temboknya? Itu tidak mungkin, karena temboknya terlalu tinggi. Satu-satunya cara memasuki Yerusalem Baru adalah melalui pintu gerbang mutiara, melalui pintu gerbang yang terbentuk dari kebangkitan Kristus yang mengalahkan maut dan menyalurkan hayat. Puji Tuhan, kita semua telah masuk ke dalam Yerusalem Baru secara demikian! Kita mengaku dosa, kita bertobat, kita menghargai kematian-Nya, dan menikmati tinggal pada luka-Nya; segera kita menerima aliran hayat yang melahirkan kembali kita dan yang kini sedang mengubah kita. Melalui pengalaman kita atas kematian dan kebangkitan Kristus, kita melewati pintu gerbang mutiara dan berada di dalam kota itu. Haleluya!
Mengalami Kematian Dan Kebangkitan Tuhan
Why. 21:21; Gal. 2:20; 1 Tes. 5:17
Bila kita ingin mengalami pintu gerbang mutiara dalam hidup sehari-hari, maka kita perlu menerapkan pengalaman atas kematian dan kebangkitan Kristus. Kita mungkin tahu bahwa kita telah disalibkan bersama-sama dengan Kristus, tetapi kita perlu mengalaminya. Bila ada pasangan yang sedang bertengkar, apakah itu adalah sikap orang-orang yang telah disalibkan?
Kita perlu berdoa, “Tuhan, ampuni saya. Saya tahu bahwa saya telah disalibkan, tetapi saya tidak mempraktekkannya. Saya telah lama diselamatkan, tetapi masih saya yang hidup dan bukan Kristus.”
Kita tidak dapat melakukan hal ini di dalam dan oleh diri kita sendiri. Tidak ada seorang pun di antara kita yang dapat mempraktekkan hal yang demikian. Setiap orang senang berdebat. Perdebatan datang dari hayat alamiah kita, dari “aku”, bukan Kristus. Syair sebuah kidung mengatakan, “Tanpalah mati (bila tak ada maut), takkanlah hidup (tak ada hayat).” Hayat ini datang kepada kita bukan oleh hayat alamiah kita melainkan oleh kuat kuasa kebangkitan Kristus. Ya, kita telah disalibkan, tetapi bagaimana mungkin kita dapat mempertahankan diri kita senantiasa berada di atas salib? Oleh kuat kuasa kebangkitan Kristus! Sebuah syair kidung mengatakan, “Bila kenal kuasa bangkit, pasti cinta ‘kan salib.” Bagaimana kita dapat mengalami kebangkitan Kristus di dalam penghidupan sehari-hari kita? Yaitu oleh suplai yang limpah lengkap dari Roh Yesus Kristus.
Kematian Kristus dapat dialami oleh kita hanya melalui kebangkitan Kristus, dan kebangkitan Kristus dapat menjadi riil bagi kita hanya oleh suplai yang limpah lengkap dari Roh Yesus Kristus. Yesus Kristus telah menjadi Roh pemberi hayat, dan Dia ada di dalam kita. Bila kita kembali ke dalam roh kita, kita bertemu dengan Kristus sebagai Roh pemberi hayat, yang adalah realitas dari kebangkitan Kristus. Untuk menerapkan hal ini kita harus senantiasa berada di dalam roh kita. Inilah sebabnya mengapa Alkitab memberitahu kita untuk berdoa senantiasa (1 Tes. 5:17). Hanya melalui doalah kita dapat menjamah Kristus di dalam roh kita sebagai Roh pemberi hayat. Demikianlah, Roh itu akan membagikan lendir hayat Kristus untuk menghasilkan mutiara yang mustika.
Penerapan:
Ada sebuah lagu mengatakan, “Dengan harga tinggi, kutertebus balik, orang dosa seperti saya, bisa dapat selamat.” Marilah kita menyanyikan lagu-lagu semacam ini hingga kita tidak lagi melihat kesalahan atau kelemahan orang lain, tetapi tahu bahwa kita juga orang yang tidak layak tetapi Tuhan tetap mati dan bangkit bagi kita.
Pokok Doa:
Ya Tuhan, alangkah agung dan indahnya karya-Mu. Engkau bukan hanya menebus dan mengampuni dosa-dosaku, Engkau juga mengubahku menjadi mutiara hingga aku bisa menjadi bagian Yerusalem Baru. Tuhan Yesus, buatlah aku setiap hari menikmati diri-Mu, sang Roh Pemberi Hayat, di dalamku, hingga aku dapat dengan penuh sukacita menghadapi badai apa pun dalam hidupku untuk mengalami kematian dan kebangkitan-Mu.
Jalan-Jalan Kota Itu (1)
Wahyu 21:21
“Dan kedua belas pintu gerbang itu adalah dua belas mutiara: setiap pintu gerbang terdiri dari satu mutiara dan jalan-jalan kota itu dari emas murni bagaikan kaca bening.”
Takhta tentu berkaitan dengan kekuasaan Allah, pemerintahan Allah. Takhta tempat Allah memerintah adalah pusat dari kemuliaan Yerusalem Baru. Dan dari pusat ini, keluarlah sebuah jalan mencapai kedua belas pintu gerbang kota itu. Ini berarti jalan di kota itu membawa seluruh kota tunduk di bawah satu administrasi ilahi. Saudara saudari, jalan yang harus kita lalui berhubungan dengan takhta ini. Karena itu, saat kita melaluinya, kita harus tahu bahwa kita ada di bawah kendali takhta itu. Hari ini pun demikian. Kita tidak bisa lagi dengan sembarangan berbicara, marah-marah, bahkan dalam hal membeli baju, sepatu, sayur mayur, memilih pakaian sehari-hari, potong rambut dan lain-lain, kita tetap harus di bawah kendali takhta.
Ada sebuah jalan keluar dari takhta dan mencapai kedua belas pintu gerbang kota itu, ini berarti ada komunikasi ilahi dan insani. Inilah persekutuan antara Allah penebus dan umat tebusan-Nya. Jalan itu membaurkan seluruh kota ke dalam satu persekutuan/komunikasi ilahi dan insani yang esa. Jalan ini membawa Allah kepada kedua belas pintu gerbang, kepada seluruh umat tebusan-Nya, untuk membawa semua umat tebusan-Nya kembali kepada Diri-Nya sendiri.
Jadi, pertama-tama, jalan itu berjalan dari takhta ke kedua belas pintu gerbang. Kemudian berjalan dari kedua belas pintu gerbang ke takhta. Alangkah pentingnya jalan ini, karena itu setiap hari kita harus hidup dalam realitas jalan emas ini melalui terus menjaga persekutuan kita dengan Allah.
Jalan-Jalan Kota Itu (2)
Why. 21:21
Alkitab berbeda dengan konsepsi manusia yang alamiah. Menurut konsepsi manusia, mula-mula kita berjalan di atas jalan, kemudian masuk melalui pintu gerbang. Tetapi Alkitab menunjukkan bahwa mula-mula kita masuk melalui pintu gerbang, kemudian berjalan di atas jalan itu.
Dari pintu gerbang ke tempat takhta Allah berada, terbentang suatu jalan yang panjang. Ingatlah, tinggi Yerusalem Baru adalah 12.000 stadia (2176 km). Jalan yang tersedia hanyalah satu, yaitu jalan yang keluar dari takhta dan mencapai kedua belas pintu gerbang. Ini berarti, jalan emas itu berbentuk spiral, sehingga jarak yang ditempuh menjadi lebih panjang. Namun, kita tidak ada pilihan, selain menempuh jalan itu. Tidak peduli dari pintu gerbang mana kita masuk ke dalam kota itu, kita pasti berada di jalan yang sama. Jalan itu adalah sifat ilahi Allah.
Ayat 21 mengatakan, “Dan jalan-jalan kota itu dari emas murni bagaikan kaca bening.” “Pintu gerbang” adalah jalan masuk ke dalam kota itu, sedangkan “jalan-jalan kota itu” adalah untuk penempuhan hidup sehari-hari di dalam kota itu. Jalan masuk ke dalam kota itu adalah melalui kematian dan kebangkitan Kristus, sedangkan penempuhan hidup sehari-hari di dalam kota itu adalah menurut sifat ilahi Allah yang dilambangkan dengan emas murni.
Setelah masuk melalui kelahiran kembali, semua orang kudus harus menempuh hidup sehari-hari dalam sifat ilahi Allah sebagai jalannya. Hari ini, jalan kita bukan berasal dari peraturan luaran, melainkan dari sifat ilahi yang ada dalam batin kita. Bukankah di batin kita ada sifat emas? Berjalanlah menurut sifat itu. Kalau sudah memiliki hayat ilahi dengan sifat ilahi, mengapa kita tidak mau berjalan di atasnya? Pembicaraan kita, dandanan kita, sesuai dengan sifat ilahi atau sesuai dengan sifat insani? Semoga kita semua nampak bahwa hari ini sifat Allah adalah jalan kita. Jalan itu sendiri adalah peraturan bagi kita, karena tidak ada yang lebih mengatur orang daripada sepotong jalan. Setiap sopir dengan sendirinya diatur oleh jalan yang ditempuhnya. Dalam Yerusalem Baru, setiap orang diatur oleh jalan yang unik itu, yaitu oleh sifat emas Allah di batin kita.
Penerapan:
Saudara saudari, kita seringkali memproklamirkan bahwa Yesuslah Raja, tetapi dalam kehidupan kita, saat kita membeli barang, memilih model baju, atau sepatu, siapakah yang menjadi raja? Yesus atau kita? Saat kita hendak memaki orang, saat kita hendak mengatakan sesuatu, atau mengambil keputusan, siapakah yang menjadi raja ?
Pokok Doa:
Ya Tuhanku, terima kasih untuk takhta-Mu, yang adalah sumber kehidupanku. Tanpa takhta ini, aku akan hidup secara liar, di bawah kendali si jahat. Tapi kini, Engkaulah yang mengatur hidupku. Oh Tuhan, terima kasih juga untuk jalan yang keluar dari takhta-Mu, yang membuat aku bisa selalu memiliki persekutuan dengan-Mu.
Tempat Tinggal Bersama
Wahyu 21:22
“Dan aku tidak melihat Bait Suci di dalamnya; sebab Allah, Tuhan Yang Mahakuasa, adalah Bait Sucinya, demikian juga Anak Domba itu.”
Sebagai kemah Allah, seperti yang disebutkan dalam Wahyu pasal dua puluh satu ayat tiga, kota kudus itu adalah tempat tinggal Allah; dan sebagai Bait, Allah dan Anak Domba itu adalah tempat tinggal orang-orang kudus yang tertebus. Dalam langit baru dan bumi baru, Yerusalem Baru akan menjadi tempat tinggal bersama bagi Allah dan manusia sampai selama-lamanya.
Kita memiliki miniatur tempat tinggal bersama ini di dalam firman Tuhan, “Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu” (Yoh. 15:4). Tinggal di dalam Tuhan berarti memandang-Nya sebagai tempat tinggal kita. Ketika kita memandang Tuhan sebagai tempat tinggal kita, Dia juga tinggal di dalam kita.
Tinggal di sini bersifat saling, karena kita tinggal di dalam Tuhan, dan Tuhan tinggal di dalam kita. Kita tidak perlu menunggu sampai Yerusalem Baru yang akan datang untuk tinggal di dalam Tuhan dan Tuhan tinggal di dalam kita. Di mana pun kita berada, di rumah, sedang bekerja, atau di sekolah, kita dapat berkata, “O Tuhan Yesus, saat ini aku tinggal di dalam-Mu,” dan sesuatu di dalam kita akan mengatakan, “Aku pun tinggal di dalammu.” Ini adalah miniatur dari Yerusalem Baru yang akan datang, yang akan merupakan suatu tempat tinggal bersama bagi kita dan bagi Allah dan Anak Domba.
Saudara saudari, sewaktu kita mengerjakan apapun, mari kita berlatih tinggal di dalam Tuhan setiap hari.
Tuhan, Tempat Perteduhan Kita
Why. 7:15; 21:3, 16; Mzm. 90:1
Dalam Wahyu 21:3, Yerusalem Baru disebut sebagai Kemah Allah (ay. 3). Dalam Perjanjian Lama, kemah Allah adalah pendahulu dari Bait Allah. Sebelum bait muncul, ada kemah. Tetapi ketika kemah tampil dalam kepenuhannya, ia menjadi bait. Sekarang, dalam ayat ini, dikatakan bahwa Tuhan yang Mahakuasa adalah Bait Sucinya, demikian juga Anak Domba itu. Bait Suci yang dimaksud di sini adalah “naos”, mengacu kepada bagian terdalam dari Bait Suci, yaitu Tempat Maha Kudus. Penjelasan ini selaras dengan Wahyu 21:16 yang mengatakan bahwa panjang, lebar, dan tinggi kota itu sama (ciri khas Tempat Maha Kudus). Ini menunjukkan bahwa kota itu secara keseluruhan memang adalah Tempat Maha Kudus, bagian terdalam dari Bait Suci. Itulah sebabnya Yohanes tidak melihat Bait Suci di dalam kota itu, karena seluruh kota itu adalah Kemah Allah, Ruang Maha Kudus, juga Bait Suci, dan ketiganya tak lain adalah Allah, Tuhan yang Mahakuasa, juga Anak Domba.
Wahyu 7:15 mengatakan, “Karena itu mereka berdiri di hadapan takhta Allah dan melayani Dia siang malam di Bait Suci-Nya. Dan Ia yang duduk di atas takhta itu akan membentangkan kemah-Nya di atas mereka.” Sebagai bait, Allah adalah tempat tinggal bagi seluruh umat tebusan juga tempat kita melayani-Nya. Saat kita melayani-Nya, Allah akan menaungi kita dengan membentangkan diri-Nya di atas kita. Itulah sebabnya, dalam Mazmur 90:1 Musa berkata, “Tuhan, Engkaulah tempat perteduhan kami turun-temurun.” Musa mengenal bahwa Allah adalah tempat perteduhan kita yang kekal, tempat tinggal kita yang kekal. Kita tidak tinggal di satu rumah besar di surga, kita justru tinggal di dalam Allah sendiri. Kebenaran ini kiranya memerdekakan kita dari semua hal yang menekan hidup kita. Kalau Allah sendiri menjadi perteduhan kita, hal apakah yang bisa menyentuh kita? Perteduhan ini adalah turun temurun selama-lamanya. Haleluya!
Pikiran alamiah kita mungkin tidak menduga bahwa kita dapat tinggal di dalam Allah. Namun, seluruh kota Yerusalem Baru akan menjadi diri Allah sebagai tempat tinggal kita! Perluasan dan perbesaran Allah akan menjadi kota kekal kita yang di dalamnya kita tinggal sampai selama-lamanya!
Penerapan:
Bukti yang paling mudah kita lihat apabila kita tinggal di dalam Tuhan adalah berbuah, karena Yohanes 15:4 mengatakan, “... kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku”. Tinggal di dalam Tuhan berarti memelihara persekutuan dengan Tuhan setiap saat, dan dalam setiap perkara, mengalami perhentian.
Pokok Doa:
Oh Tuhan Yesus, alangkah indahnya kami bisa tinggal di dalam-Mu dan Engkau tinggal di dalam kami. Di dalam dunia ini, tidak ada hal yang demikian. Tetapi, sebagai anak-anak-Mu, kami boleh mengalami hal yang luar biasa ini. Oh Tuhan, jangan biarkan kami melangkah keluar dari-Mu, buatlah kami terus menerus tinggal di dalam-Mu.
Berjalan Di Dalam Terang-Nya
Wahyu 21:23
“Dan kota itu tidak memerlukan matahari dan bulan untuk menyinarinya, sebab kemuliaan Allah meneranginya dan Anak Domba itu adalah lampunya.”
Dalam Kerajaan Seribu Tahun, terang matahari dan bulan akan diperkuat (Yes. 30:26). Tetapi dalam Yerusalem Baru di langit baru dan bumi baru, terang matahari atau bulan tidak diperlukan lagi. Matahari dan bulan tetap ada dalam langit baru dan bumi baru, tetapi terang mereka tidak diperlukan; karena Allah, terang ilahi, akan memancarkan sinar yang lebih terang di sana.
Bahkan ayat 24 mengatakan, “Bangsa-bangsa akan berjalan di dalam cahayanya.” Ini membuktikan bahwa Allah akan bersinar melalui kota itu dan sinar ini akan lebih terang daripada bulan atau matahari, sehingga bangsa-bangsa dapat berjalan di dalam cahayanya. Sebenarnya, bangsa-bangsa tidak perlu berjalan di bawah terang matahari atau terang bulan, karena mereka akan berjalan dalam sinar Yerusalem Baru. Demikian pula dalam hidup gereja hari ini, Kristus harus menjadi terang di dalam gereja.
Gereja sepatutnya merupakan terang yang bersinar pada hari ini, dan semua tetangga kita seharusnya berjalan di dalam cahaya penyinaran kita. Hari ini, gereja adalah wadah terang, mengemban Kristus sebagai terang yang bersinar atas angkatan ini. Kita perlu hidup dalam terang agar gereja menjadi wadah terang seperti syair lagu di bawah ini:
Hidup dalam terang, sekutu dengan Dia,
Pandang wajah Tuhan, patuh gerakan Roh,
Tiap hari kian mulia, tiap waktu puji Dia,
Hidup dalam terang.
Allah Adalah Terang
Why. 21:23, 25; 22:5
Wahyu 21:23 mengatakan, “Anak Domba itu adalah lampunya.” Allah adalah terang, dan Kristus adalah lampunya. Terang memerlukan suatu wadah. Jangan memisahkan Kristus dari Allah atau Allah dari Kristus. Sebenarnya, terang Allah dan Kristus adalah satu. Allah adalah isi, dan Kristus adalah wadah terang itu, ekspresi-Nya. Sebagaimana terang berada di dalam lampu dan menjadi isi dari lampu tersebut, demikian pula Allah Bapa ada di dalam Putra, dan diekspresikan melalui Putra. Ini memberi kita suatu pemahaman mengenai Allah Tritunggal yang berbeda dengan pengajaran tradisional.
Bait kota itu adalah Allah sendiri, terangnya juga adalah Allah sendiri. Selain Allah dan Anak Domba, tidak ada lainnya di dalam kota itu. Dalam Yerusalem Baru, Allah adalah segala-galanya.
Dalam Yerusalem Baru tidak akan ada malam, karena “malam pun tidak akan ada lagi di sana” (21:25; 22:5). Di langit baru dan bumi baru masih ada perbedaan antara siang dan malam, tetapi di dalam Yerusalem Baru tidak ada perbedaan itu lagi. Di luar kota itu akan ada malam, tetapi di dalam kota itu tidak akan ada malam, karena kita memiliki terang ilahi yang kekal, diri Allah.
Allah adalah terang, Kristus adalah lampunya dan gereja adalah kaki pelita di jaman yang gelap ini, seperti syair lagu di bawah ini:
1. G’reja kaki di-an emas, Kristus dian, Allah terang;
T’rang ilahi dari Tuhan, gereja topang mulia-Nya.
2. Di-an pancar t’rang ilahi; Allah Sang Hayat memancar.
Kar’na itu di-an emas, padu dengan terang Allah.
3. Dalam zaman gelap ini, terang hayat Allah pancar;
T’rangi hati banyak orang, si-ar ke-sak-si-an Tuhan.
Penerapan:
Jika kita hidup dalam terang Tuhan, maka kita juga akan menjadi terang bagi orang-orang di sekitar kita. Jika kita hidup dalam terang, otomatis persekutuan kita dengan Tuhan tidak terhalang dan persekutuan dengan kaum saleh pun tidak ada masalah. Satu Yohanes 1:7 mengatakan, “Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain.”
Pokok Doa:
Tuhan, Engkaulah sang Terang. Lepaskan aku dari kegelapan. Pakailah kami menjadi wadah terang-Mu, agar melalui kami banyak orang yang melihat terang dan berjalan di dalamnya.
Takhta Allah Dan Anak Domba
Wahyu 22:1
“Lalu ia menunjukkan kepadaku sungai air kehidupan, yang jernih bagaikan kristal, dan mengalir ke luar dari takhta Allah dan takhta Anak Domba itu.”
Frase “takhta Allah dan takhta Anak Domba” sebenarnya dalam bahasa aslinya adalah “takhta Allah dan Anak Domba”. Jadi, hanya ada satu takhta. Karena itu, kita dapat mengatakan bahwa yang duduk di atas takhta itu adalah Allah sang Pencipta, juga Anak Domba Penebus. Haleluya! Dialah “Anak Domba-Allah”.
Dari takhta yang satu itu seharusnya mengalir kekuasaan, tetapi takhta ini mengalirkan sungai air hayat (kehidupan) sebagai anugerah untuk menyuplai dan memuaskan kita. Tetapi jangan memisahkan kekuasaan dari anugerah atau sebaliknya. Karena jika kita memiliki anugerah, kita pasti ada di bawah kekuasaan, dan jika kita ada di bawah kekuasaan, kita pasti memiliki anugerah.
Kita perlu tunduk di bawah takhta Allah dan Anak Domba ini agar kita dapat menikmati suplai yang serba limpah lengkap ini. Kapankala kita tunduk kepada Allah Penebus, memandang Dia sebagai Kepala, kita akan segera merasakan sesuatu yang hidup mengalir di dalam kita. Semakin menikmati aliran ini, semakin kita tunduk di bawah kuasa takhta. Selain itu, semakin kita menikmati aliran ini, kita juga akan semakin memiliki kekuasaan ilahi.
Beberapa orang Kristen mungkin mengangkat diri mereka menjadi penguasa atas yang lain. Kekuasaan semacam itu adalah meninggikan diri sendiri. Kekuasaan yang sejati berasal dari takhta Allah dan Anak Domba, melalui menikmati dan mengalirkan air hayat (kehidupan).
Sungai Air Kehidupan
Why. 22:1; Kej. 2:10; Mzm. 46:5; Yeh. 47: 5, 9; 1 Kor. 10:4; Kel. 17:1-6; Mzm. 78:16; Yoh. 4:10; Yoh. 7:37-38
Sekarang kita akan melihat bagaimana Allah Penebus yang duduk di atas takhta menyalurkan diri-Nya sendiri ke dalam seluruh umat tebusan-Nya. Allah menyalurkan diri-Nya ke dalam kita melalui sungai yang mengalir keluar dari takhta. Itulah sebabnya dalam 22:1, sungai ini disebut “sungai air kehidupan (hayat)”.
Ada banyak referensi lain tentang sungai ini dalam Perjanjian Lama. Kejadian 2:10 mengatakan, “Ada suatu sungai mengalir dari Eden untuk membasahi taman itu, dan dari situ sungai itu terbagi menjadi empat cabang.” Menurut ayat ini, satu sungai akhirnya menjadi empat cabang yang mencapai keempat penjuru bumi. Mazmur 46:5 mengatakan, “Kota Allah, . . . disukakan oleh aliran-aliran sebuah sungai.” Yehezkiel 47 mengatakan bahwa air yang mengalir keluar dari bawah ambang pintu Bait Suci menjadi sungai yang tidak dapat diseberangi (ay. 5). dan “ke mana saja sungai itu mengalir, semuanya di sana hidup” (ay. 9). Ketika bani Israel menggerutu karena haus, Allah menyuruh Musa memukul batu karang (Kel. 17:1-6). Musa melakukannya dan Tuhan membuat “aliran air keluar dari bukit batu, dan dibuat-Nya air turun seperti sungai” (Mzm. 78:16).
Air kehidupan ini juga disinggung dalam Perjanjian Baru. Berbicara tentang bani Israel dan pengembaraan mereka di padang gurun, 1 Korintus 10:4 mengatakan, “Dan mereka semua minum minuman rohani yang sama, sebab mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka, dan batu karang itu ialah Kristus.” Dalam Yohanes 4:14 Tuhan mengatakan, “Siapa saja yang minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai pada hidup yang kekal.” Selanjutnya dalam Yohanes 7:37 dan 38 Tuhan Yesus berkata, “Siapa saja yang haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! Siapa saja yang percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup.” Air kehidupan ini juga dilambangkan oleh air yang mengalir keluar dari rusuk Tuhan Yesus saat ditombak (Yoh. 19:34). Inilah air hayat yang mengalir dari takhta Allah dan Anak Domba untuk menyuplai dan meresapi Yerusalem Baru.
Penerapan:
Ketika gereja memberikan pimpinan, dapatkah Anda dengan patuh mengikutinya tanpa prasangka apa pun? Ketaatan merupakan kebajikan insani yang terunggul yang mendatangkan berkat Allah atas hidup Anda. Marilah kita belajar untuk memiliki sikap yang taat terhadap takhta Allah dan Anak Domba.
Pokok Doa:
Ya Tuhan Yesus, terima kasih atas gereja sebagai wakil-Mu di bumi di mana Engkau boleh melalui gereja menjalankan pemerintahan-Mu. Tuhan, jagalah hatiku tetap murni dan tulus agar bisa patuh terhadap pimpinan-Mu yang Kau nyatakan melalui gereja.
Jernih Bagaikan Kristal (1)
Wahyu 22:1
“Lalu ia menunjukkan kepadaku sungai air kehidupan, yang jernih bagaikan kristal, dan mengalir ke luar dari takhta Allah dan takhta Anak Domba itu.”
Wahyu 22:1 mengatakan bahwa sungai air hayat jernih bagaikan kristal. Ini berarti ia tidak keruh, tidak kabur. Ketika air hayat ini mengalir di dalam kita, ia memurnikan kita dan membuat kita transparan seperti kristal. Semakin banyak air hayat mengalir di dalam kita, ia akan mengangkut semakin banyak hal yang menutupi penglihatan batin kita. Ia memberi kita penglihatan yang bersih, dan membuat diri kita, dan segala hal yang berhubungan dengan kita sejernih kristal.
Mengapa aliran ini dapat membuat kita jernih? Karena aliran ini tak lain adalah Allah Tritunggal itu sendiri. Dalam Wahyu 22:1 kita nampak Allah Tritunggal — Allah, Anak Domba, dan sungai itu. Allah, Bapa, adalah sumber; Anak Domba, Putra, adalah Penebus; dan sungai, adalah Roh itu. Jadi, kita mempunyai Bapa sebagai sumber; Putra sebagai saluran; dan Roh itu sebagai aliran. Nyanyikanlah kidung ini:
Dari lubuk roh-ku, air hayat memancar;
Itu aliran Sang Trinitas.
Sang Bapa sumbernya, Sang Kristus sungainya,
Sang Roh arus pemberi hayat.
Ku harga-i aliran hayat;
Hayat jiwa tak ku sisakan.
Perdalam aliran ya, Tuhan;
Pada datang-Mu ku dewasa.
Jernih Bagaikan Kristal (2)
Why. 22:1
Contoh pengalaman atas aliran sungai air hayat dapat pula kita temukan pada orang-orang muda. Banyak orang muda sangat memperhatikan masalah pernikahan dan ingin mengetahui kehendak Allah mengenai masalah ini. Pertama-tama, mereka berdoa tentang ini, mohon Tuhan menunjukkan kepada mereka orang yang telah disiapkan-Nya untuk mereka. Kemudian mereka datang ke penatua untuk bersekutu. Mungkin penatua memberi tahu mereka sejumlah prinsip mengenai umur, pendidikan, ras, latar belakang keluarga, watak, dan kerohanian. Bila Anda berkonsultasi dengan seorang Kristen yang cukup berpengalaman mengenai masalah pernikahan, mungkin ia selalu menjelaskan masalah-masalah itu untuk Anda pertimbangkan. Jika Anda dari utara, ia menasihati agar Anda jangan menikah dengan orang yang dari selatan karena perbedaan-perbedaan di antara kalian. Selanjutnya, ia mungkin mendorong Anda untuk menikah dengan orang yang berwatak serupa dengan Anda. Jika Anda mempunyai watak yang cepat, ia mungkin mengatakan kepada Anda jangan menikah dengan saudari dengan watak yang lamban, dan lain sebagainya.
Tetapi, ketika kita berada dan menghadapi situasi yang sebenarnya, ternyata analisis menurut prinsip-prinsip itu tidaklah manjur. Semakin kita menganalisis menurut umur, pendidikan, ras, watak, dan kerohanian semata, kita semakin diselubungi. Tuhan menampakkan kepada kita bahwa cara mengenal kehendak-Nya mengenai pernikahan bukanlah menganalisis dengan cara itu, melainkan dengan sederhana menyerahkan diri kita pada pimpinan-Nya dan membiarkan aliran-Nya bergerak di dalam kita. Semakin banyak aliran-Nya bergerak di dalam kita, kita akan semakin sejernih kristal.
Kita harus tunduk pada kekepalaan Kristus dan berkata, “Tuhan Yesus, Engkau adalah Kepalaku dan Tuhanku yang berdaulat. Aku menyerahkan diriku kepada-Mu.” Bila kita berbuat demikian, di dalam kita ada satu aliran! Suplai batiniah! Segera, aliran itu membuat kita jernih, dan kita jelas akan kehendak Tuhan. Bila kita berbuat demikian, kita akan dapat mengatakan, “Tidak ada lagi selubung di mataku. Setiap selubung telah dibuang, dan aku jernih. Seluruh situasi menjadi sejernih kristal bagi penglihatanku.”
Penerapan:
Saat menghadapi suatu masalah yang pelik, mudah sekali kita menjadi bingung dan segera mencari seseorang untuk menolong kita. Ketika semua usaha gagal, baru kita sadar untuk berpaling kepada Tuhan. Ini membukti-kan betapa tidak jernihnya kita terhadap kehendak Allah. Marilah kita dalam hal apa pun belajar lebih dulu datang kepada Tuhan dan terbuka kepada-Nya, sehingga terhadap kehendak-Nya kita menjadi jernih seperti Kristal.
Pokok Doa:
“Ya Tuhan, terima kasih atas semua pengaturan ilahi-Mu dalam kehidupanku. Aku mau menikmati aliran hayat-Mu dan buatlah aku jernih seperti kristal sehingga aku mengerti kehendak-Mu, melakukannya, dan menjadi berkat bagi orang-orang di sekelilingku.”
Menikmati Pohon Kehidupan
Wahyu 22:2
“Di tengah-tengah jalan kota itu, yaitu di seberang-menyeberang sungai itu, ada pohon-pohon kehidupan yang berbuah dua belas kali, tiap-tiap bulan sekali; dan daun pohon-pohon itu dipakai untuk menyembuhkan bangsa-bangsa.”
Dalam ayat dua ini, kata “pohon-pohon” (jamak) menurut bahasa aslinya adalah “pohon” (tunggal), mengacu kepada satu pohon tertentu (the tree), yakni pohon kehidupan. Satu pohon tumbuh di kedua sisi sungai menunjukkan bahwa pohon kehidupan ini tidak tumbuh ke atas melainkan menjalar seperti pohon anggur yang menyebar dan menjalar ke sepanjang aliran sungai air kehidupan itu untuk diterima dan dinikmati umat Allah.
Pada mulanya, Allah ingin kita makan buah dari pohon kehidupan, itulah sebabnya Ia menempatkan pohon tersebut di tengah-tengah taman (Kej. 2:9). Tetapi karena berdosa, pohon kehidupan menjadi tertutup bagi manusia (Kej. 3:22-24). Kini, melalui kematian Kristus, tirai itu telah terbelah (Ibr. 10:19-20). Hari ini, kita dapat menikmati Kristus sebagai pohon kehidupan (Yoh. 6:35, 57). Kelak, dalam Kerajaan Seribu Tahun, kenikmatan atas Kristus sebagai pohon kehidupan hanya dapat dinikmati oleh para pemenang sebagai pahala (2:7). Akhirnya, dalam langit baru dan bumi baru, kenikmatan Kristus sebagai pohon kehidupan, merupakan bagian kekal semua orang tebusan Allah (22:14, 19).
Menikmati Kristus sebagai pohon kehidupan adalah keperluan sejati kita, seperti syair di bawah ini:
Allah t’lah b’rikan Putra-Nya, jadi pohon hayat kita;
Agar Dia kita kecap, Dia makanan kita!
Dia makanan kita! Dia makanan kita!
Kita kecap dan saksikan, Dia makanan kita!
Menyembuhkan Bangsa-Bangsa
Why. 22:2, 14; Kej. 3:7
Pada akhir zaman ini, sebagian besar penduduk bumi akan terbunuh akibat sangkakala keenam dan ketujuh. Sisanya akan dihakimi oleh Kristus di takhta kemuliaan-Nya ketika Dia kembali ke bumi. Orang-orang yang dihakimi, “kambing-kambing”, akan dikutuk dan akan binasa di lautan api; sedangkan yang dibenarkan, “domba-domba”, akan diberkati dan akan mewarisi kerajaan yang disiapkan untuk mereka sejak dunia dijadikan (Mat. 25:31-46).
Berbeda dengan orang beriman Perjanjian Baru, “domba-domba” itu tidak beroleh selamat dan tidak dilahirkan kembali; mereka hanya dipulihkan kepada keadaan semula, menjadi seperti Adam. Mereka akan menjadi bangsa-bangsa, warga Kerajaan Seribu Tahun. Dalam kerajaan itu, kaum beriman pemenang akan menjadi raja-raja (20:4, 6) dan sisa Israel yang beroleh selamat akan menjadi imam-imam (Za. 8:20-23).
Setelah Kerajaan Seribu Tahun, sebagian dari bangsa-bangsa ini akan memberontak melawan Tuhan akibat hasutan Iblis, dan akan dihanguskan oleh api dari surga (20:7-9). Sisanya akan dipindahkan ke bumi baru sebagai bangsa-bangsa, yang akan hidup di sekitar Yerusalem Baru dan berjalan dalam cahayanya. Mereka adalah umat Allah yang disebut dalam 21:3-4. Sebagai manusia ciptaan tetapi tidak dilahirkan kembali, mereka akan tetap hidup selama-lamanya dengan penyembuhan dari daun-daun pohon kehidupan (22:2).
Ayat 2 juga mengatakan, “Daun-daun pohon itu dipakai untuk menyembuhkan bangsa-bangsa.” Dalam Alkitab, daun melambangkan perbuatan manusia (Kej. 3:7). Daun-daun pohon kehidupan melambangkan perbuatan Kristus. Bangsa-bangsa yang dipulihkan, disembuhkan dengan daun-daun pohon kehidupan. Artinya, mereka menjadikan perbuatan-perbuatan Kristus sebagai pemandu dan peraturan supaya mereka dapat menempuh hidup sebagai manusia, sampai selamanya. Bangsa-bangsa itu akan memandang cara Tuhan Yesus berperilaku, perbuatan-perbuatan-Nya akan menjadi sumber kesembuhan bagi mereka, dan kesembuhan itu akan memelihara kehidupan mereka sampai selamanya.
Penerapan:
Karena jalan menuju ke pohon hayat telah terbuka, marilah kita setiap saat menghampiri dan menikmati suplai dari pohon hayat ini melalui mencerna, merenungkan, dan menerapkan firman Tuhan yang baru saja kita baca atau dengar dalam kehidupan kita sehari-hari. Hanya dengan demikian barulah kita mendapatkan kepuasan yang sejati.
Pokok Doa:
“Bapa, aku bersyukur kepada-Mu atas penebusan yang telah Engkau kerjakan melalui Putra-Mu sehingga aku boleh datang dan menikmati pohon hayat sebagai suplaiku setiap hari. Bapa, beriku hati yang selalu rindu akan firman-Mu dan menyimpannya di dalam hatiku.”
Tiga Benda Mustika
Wahyu 21:11
“Kota itu penuh dengan kemuliaan Allah dan cahayanya sama seperti permata yang paling indah, bagaikan permata yaspis, jernih seperti kristal.”
Kota Yerusalem Baru dibangun dengan benda mustika, yaitu dengan tiga macam benda berharga, yang menyatakan bahwa pembangunan itu dilaksanakan oleh Allah Tritunggal.
Pertama, kota dan jalan kota itu terbuat dari emas (ayat 18, 21). Emas, lambang sifat ilahi Allah, melambangkan Bapa sebagai sumber, yang menghasilkan unsur pembentuk apa adanya kota itu.
Kedua, kedua belas pintu gerbang kota itu dari mutiara, yang melambangkan kematian Putra yang menaklukkan maut, dan kebangkitan-Nya yang menyalurkan hayat. Melalui kedua hal itu, terbukalah jalan masuk ke dalam kota itu.
Ketiga, tembok kota itu dan batu dasarnya dibangun dengan batu permata. Hal itu melambangkan pekerjaan pengubahan Roh itu atas kaum saleh yang ditebus dan dilahirkan kembali menjadi batu-batu permata untuk pembangunan tempat tinggal kekal Allah, sehingga mereka dapat mengekspresikan Allah secara korporat dalam kemuliaan-Nya yang meresapi mereka.
Dalam Taman Eden, tiga macam benda mustika itu berwujud bahan-bahan (Kej. 2:11-12), sedangkan dalam kota Yerusalem Baru benda-benda mustika itu telah dibangun untuk merampungkan tujuan kekal Allah, ekspresi korporat-Nya.
Membandingkan tiga benda mustika di kitab Kejadian dan kitab Wahyu, seharusnya bisa membuat kita lebih mengasihi Tuhan, karena tahu hasil akhir penuntutan kita tidak sia-sia.
Penciptaan
Dan Pembangunan
Kej. 2; Why. 21; Yoh. 1:42; Mat. 16:18; 1 Ptr. 2:4-5; 1 Kor. 3:9-12
Alkitab membahas dua hal pokok - penciptaan Allah dan pembangunan Allah. Pada permulaan Alkitab tercantum penciptaan, dan pada akhir Alkitab tercantum pembangunan. Di antara kedua ujung ini terdapat pekerjaan pembangunan Allah.
Dalam Kejadian 2 tercantum sebuah taman, dan dalam Wahyu 21, sebuah kota dibangun. Taman adalah sesuatu yang alamiah yang Allah ciptakan, dan kota adalah sesuatu yang dibangun oleh Allah. Dalam taman ada pohon hayat, dan dekat pohon hayat itu ada sungai yang mengalir ke empat jurusan (Kej. 2:8-10). Sepanjang aliran sungai itu terdapat emas, damar bedolah (damar bedolah adalah getah tumbuhan yang mengeras dan membentuk suatu benda seperti mutiara), dan batu krisopras, sejenis batu permata. Yerusalem Baru, sebagai kota yang dibangun Allah, tersusun dari batu-batu berharga tersebut. Jadi, dalam penciptaan, Allah menghasilkan bahan-bahan bangunan, lalu membangunnya, menyusun bahan-bahan itu menjadi satu, yaitu Yerusalem Baru.
Ketika Petrus bertemu dengan Tuhan Yesus untuk pertama kalinya, Tuhan mengganti namanya dari Simon menjadi Kefas, yang berarti batu (Yoh. 1:42). Setelah Petrus menerima wahyu bahwa Tuhan adalah Kristus, Anak Allah yang hidup, Tuhan berkata, “Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.” (Mat. 16:18). Dalam satu ayat ini ada batu dan batu karang. Kemudian, dalam suratnya yang pertama, Petrus berkata, “Dan datanglah kepada-Nya, batu yang hidup itu, yang memang dibuang oleh manusia, tetapi yang dipilih dan dihormati di hadirat Allah. Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani...” (1 Ptr. 2:4-5). Sebab itu, konsepsi yang menyatakan kaum beriman adalah batu yang akan dibangun menjadi tempat kediaman Allah bukanlah hal yang baru dalam Kitab Wahyu.
Paulus memiliki konsepsi yang sama dalam 1 Korintus 3. Di sana ia mengatakan bahwa gereja adalah ladang Allah dan bangunan Allah; sedang ia sendiri adalah ahli bangunan yang cakap (ayat 9-10). Dalam potongan firman itu, Paulus juga mengingatkan kita agar hati-hati memilih bahan bangunan. Kita tidak boleh membangun dengan kayu, rumput kering, dan jerami, melainkan dengan emas, mutiara, dan batu permata (ayat 10, 12).
Penerapan:
Tiga macam benda mustika yang berwujud bahan-bahan dalam kitab Kejadian berubah menjadi bangunan untuk tujuan Alah dalam Yerusalem Baru. Apakah kita juga mau dibangunkan menjadi bahan bangunan Yerusalem Baru? kita perlu lebih banyak menikmati Firman yang mengubah kita menjadi bahan mustika bagi pembangunan Allah.
Pokok Doa:
Tuhan Yesus, jangan tinggalkan aku untuk digenapkan di zaman yang akan datang. Genapkan aku sekarang, ya Tuhan. Buatlah aku menjadi orang yang membangun dengan barang-barang berharga, emas, mutiara, dan batu permata.
Tidak Ada Lagi Kutuk
Wahyu 22:3
“Maka tidak akan ada lagi laknat. Takhta Allah dan takhta Anak Domba akan ada di dalamnya dan hamba-hamba-Nya akan beribadah kepada-Nya.”
Dalam kekekalan, “tidak akan ada lagi laknat (yang terkutuk)”. Sebaliknya, takhta Allah dan Anak Domba itu akan menjadi bagian kekal kita. Kutuk masuk melalui kejatuhan Adam (Kej. 3:17), namun telah ditanggulangi oleh penebusan Kristus (Gal. 3:13). Karena dalam langit baru dan bumi baru tidak ada lagi kejatuhan, maka kutuk pun tidak akan ada lagi.
Tidak banyak orang Kristen yang mengerti apa saja yang termasuk dalam kutuk. Hal-hal seperti kebencian, kritik, dan gosip termasuk dalam kutuk. Jika saudara dan saudari saling mengecam, itu pun tanda bahwa gereja di tempat mereka ada di bawah kutuk. Selanjutnya, jika ada orang yang lemah begitu rupa sehingga keadaannya mati, itu adalah tanda kutuk. Apakah kita menyadari berapa besar lingkupan kutuk? Pernahkah kita memikirkan “tidak ada lagi kutuk” itu mencakup pula tidak ada lagi pertengkaran? Bila tidak ada lagi kutuk, semuanya tenang, menyenangkan, hidup, cerah, murni, dan sempurna. Bila kita ada di dalam Yerusalem Baru, kita akan berbagian dalam berkat yang besar itu.
Hari ini dalam hidup gereja, kita semua damba bisa mengatakan bahwa dalam hidup gereja hari ini juga tidak ada lagi kutuk. Apabila kita damba melihat dan mengalami keadaan ini, maka semua saudara saudari harus belajar mempraktekkan semua prinsip-prinsip Yerusalem Baru. Maka kita akan mencicipi realitas Yerusalem Baru. Semoga demikianlah keadaan di semua gereja lokal.
Berkat-Berkat Lain
Why. 22:3-5; Mat. 28:19
Begitu banyak berkat yang kita nikmati dalam Yerusalem Baru. Selain, menikmati kota kudus, sungai air kehidupan, pohon kehidupan, takhta Allah dan Anak Domba, tidak ada lagi kutuk, ayat tiga mengatakan, “Hamba-hamba-Nya akan beribadah kepada-Nya (melayani Dia – TL.).” Melayani Allah dan Anak Domba juga merupakan berkat bagi umat tebusan Allah dalam kekekalan. Walaupun umat tebusan Allah akan melayani Allah dan Anak Domba dalam kekekalan, namun mereka tidak akan melayani-Nya sebagai imam. Tegasnya, di langit baru dan bumi baru tidak akan ada imam. Pelayanan tetap ada, tetapi tidak ada jabatan imam. Pelayanan imamat selalu meliputi aspek penebusan. Karena di langit baru dan bumi baru tidak akan ada lagi masalah dosa, maka tidak perlu ada pekerjaan penebusan. Sebab itu, di sana tidak ada lagi pelayanan imamat. Namun, kita tetap akan menjadi pelayan (hamba) Allah dan Anak Domba, dan kita akan melayani-Nya selama-lamanya.
Ayat empat mengatakan, “Mereka akan melihat wajah-Nya.” Ini pun adalah berkat bagi umat tebusan Allah dalam kekekalan. Selain itu ayat ini juga mengatakan bahwa di dahi umat tebusan Allah akan tertulis nama Allah dan Anak Domba. Ini juga merupakan berkat Allah Tritunggal yang dinikmati umat tebusan Allah dalam kekekalan. Kita tidak akan memiliki dua nama, melainkan hanya memiliki satu nama, nama Allah dan Anak Domba. Karena kita adalah milik-Nya, nama-Nya akan tertulis di dahi kita selama-lamanya. Kita bukan hanya akan menjadi milik-Nya, kita pun akan bersatu dengan-Nya.
Ayat lima mengatakan, “Dan malam tidak akan ada lagi di sana, dan mereka tidak memerlukan cahaya lampu dan cahaya matahari, sebab Tuhan Allah akan menerangi mereka.” Diterangi Tuhan Allah merupakan berkat lain bagi umat tebusan Allah dalam kekekalan. Ayat lima juga mengatakan, “Dan mereka akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya.” Memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya adalah berkat terakhir bagi umat tebusan Allah dalam kekekalan. Itulah berkat-berkat yang akan kita nikmati di langit baru dan bumi baru. Terpujilah Allah tritunggal yang menganugrahkan berkat-berkat sebesar itu kepada kita. Marilah kita bangkit mengasihi Dia!
Penerapan:
Pertengkaran, gosip, kebencian, kritik, kelemahan, atau situasi kematian seringkali merupakan bagian dalam kehidupan kita sehari-hari. Marilah kita ganti kutuk dengan kasih melalui berjalan di dalam terang firman Tuhan dan belajar mendoakan orang lain dengan sungguh-sungguh.
Pokok Doa:
Tuhan Yesus, ampuni aku yang kurang mengekspresikan kasih-Mu. Tuhan, terangilah batinku sehingga segala kutuk yang bercokol di dalam hatiku tersingkir, agar keberadaanku menjadi berkat bagi banyak orang. Jadikan aku pengasih sesama, bukan pembenci sesama.
Peringatan-Peringatan (1)
Wahyu 22:6
“Lalu Ia berkata kepadaku: ‘Perkataan-perkataan ini tepat dan benar, dan Tuhan, Allah yang memberi roh kepada para nabi (Allah dari roh para nabi – TL.), telah mengutus malaikat-Nya untuk menunjukkan kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus segera terjadi.’”
Wahyu 22:6-21 adalah kesimpulan dari kitab ini. Dalam ayat 6, Tuhan Allah disebut Allah dari roh para nabi. Ini menunjukkan bahwa nubuat-nubuat ini berhubungan dengan nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, yang diucapkan oleh nabi-nabi dalam roh mereka yang berada di bawah gerakan Allah. Karena itu, untuk memahami nubuat-nubuat ini, kita juga perlu di dalam roh menerima pengurapan Allah.
Apabila kita berada dalam roh yang tepat, sehingga kita bisa memahami nubuat-nubuat ini, maka kita akan menyadari bahwa selain Tuhan membentangkan berbagai berkat-Nya, Dia juga memperingatkan kita agar kita tidak hidup dengan sembrono, melainkan berjaga-jaga senantiasa.
Ayat 7, 12, dan 20 memperingatkan kita bahwa Tuhan segera datang. Dalam ayat-ayat itu Tuhan berkata, “Aku datang segera.” Selain itu, di awal Kitab Wahyu, Tuhan sudah dengan jelas mengatakan, “apa yang harus segera terjadi” dan di ayat ini sekali lagi Tuhan mengatakan, “apa yang harus segera terjadi”. Ini peringatan dari Tuhan. Jika kita memperhatikan peringatan ini, kita akan diberkati; jika tidak, kita akan kehilangan berkat ini. Pada zaman ini, semua peristiwa terjadi dengan sangat cepat. Sebab itu, kita harus berjaga-jaga dan berdoa. Kita harus siap di dalam roh dan di dalam kehidupan kita setiap hari. Semoga Tuhan melindungi kita sehingga kita semua menjadi orang yang berjaga-jaga, berdoa, dan siap siaga.
Peringatan-Peringatan (2)
Why. 22:6-7, 12, 20
Dalam ayat 7 Tuhan juga berkata, “Berbahagialah orang yang menuruti perkataan-perkataan nubuat kitab ini!” Di sini Tuhan dengan jelas memberi tahu kita bahwa jika kita menuruti perkataan-perkataan nubuat kitab ini, kita akan bahagia. Dalam 1:3 Tuhan mengatakan kata-kata yang sama. Kata-Nya, “Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat.” Kitab ini ditulis terutama untuk memberikan berkat Allah kepada umat-Nya. Bisa atau tidaknya kita berbagian dalam berkat ini, tergantung pada bagaimana kita menghadapi perkataan yang terdapat dalam kitab ini. Kita harus menerima dan menuruti perkataan itu, agar diberkati.
Ayat 10 mengatakan, “Lalu ia berkata kepadaku, ‘Jangan memeteraikan perkataan-perkataan nubuat dari kitab ini, sebab waktunya sudah dekat.’” Nubuat-nubuat Daniel dimeteraikan, karena nubuat-nubuat itu diberikan jauh sebelum akhir zaman, tetapi nubuat-nubuat kitab ini tidak boleh dimeteraikan, sebab waktunya sudah dekat. Kitab Wahyu tidak boleh dimeteraikan, malah harus selalu terbuka bagi kita dan orang lain.
Ayat 11 mengatakan, “Barangsiapa yang berbuat jahat, biarlah ia terus berbuat jahat; barangsiapa yang cemar, biarlah ia terus cemar; dan barangsiapa yang benar, biarlah ia terus berbuat kebenaran; barangsiapa yang kudus, biarlah ia terus menguduskan dirinya!” Pada zaman kitab ini ditulis, bagaimana keadaan seseorang, entah dia jahat atau benar, cemar atau kudus, adalah suatu hal yang serius. Hal ini berarti kalau kita selalu membiarkan firman itu terbuka bagi kita, kita akan terus-menerus menjadi kudus dan benar. Tetapi kalau kita tidak mau membiarkan firman ini terbuka bagi kita, kita akan menjadi semakin jahat dan cemar, tetap dalam keadaan yang sangat kasihan itu, sampai tiba saat penghakiman. Benar berarti hidup (bergerak) menurut jalan Allah yang benar secara lahiriah, sedangkan kudus berarti hidup menurut sifat kudus Allah secara batiniah. Pada zaman kitab ini ditulis, kita harus hidup dan bertindak secara demikian agar kita dapat menerima pahala. Kalau tidak, kita akan dihakimi sebagai orang yang jahat dan cemar, dan akan menerima penghukuman pada saat Tuhan datang kembali (ay. 12).
Penerapan:
Jika kita mempercayai firman Tuhan, maka kita akan memandang penting apa yang dikatakan Tuhan, lebih-lebih jika Tuhan menganggap hal itu sangat penting. Kita perlu sering memproklamirkan, “Tuhan datanglah segera.” Semakin kita memproklamirkan hal ini, kita akan semakin berjaga-jaga.
Pokok Doa:
Tuhan Yesus, perbaruilah terus pikiranku hingga aku tidak lagi memandang penting hal-hal di dunia ini, tetapi lebih mengutamakan hal-hal yang kekal. Jangan biarkan aku tertipu dengan segala daya pikat dunia yang membinasakan ini. Oh Tuhan, selamatkan aku setiap hari dari pencemaran dunia, buatlah aku selalu siap sedia bagi kedatangan-Mu.
Peringatan Mengenai Pahala Dan Ganjaran Tuhan
Wahyu 22:13
“Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Pertama dan Yang Terkemudian, Yang Awal dan Yang Akhir.”
Ayat 13 mengatakan, “Akulah Alfa dan Omega, Yang Pertama dan Yang Terkemudian, Yang Awal dan Yang Akhir.” Ini adalah pernyataan Tuhan pada akhir kitab ini, selaras dengan pernyataan Allah pada awal kitab ini (1:8). Artinya, Dia dapat dan bersyarat menggenapkan semua yang dikatakan kitab ini tentang Dia.
Jangan memaafkan diri sendiri dan berkata, “Visi ini sungguh ajaib, tetapi terlalu tinggi bagiku. Aku tidak dapat mencapainya!” Tuhan adalah Alfa dan Omega. Dia dapat menopang dan melaksanakan firman-Nya. Kita harus percaya kepada firman-Nya dengan seluruh diri kita. Jangan melihat diri sendiri, jangan bersandar pada diri sendiri, dan jangan pula memperhatikan diri sendiri. Kita ini bukan apa-apa. Kalau melihat diri sendiri, kita tidak akan dapat melakukan apa pun. Sebab itu, mata kita harus berpaling kepada Dia, percaya firman-Nya.
Tidak peduli berapa tinggi firman-Nya, kita harus mengaminkan apa yang dikatakan-Nya. Bila kita mengaminkan firman-Nya, kita dikuatkan oleh-Nya, bahkan memiliki iman yang hidup. Iman itu bukan berasal dari kita, melainkan berasal dari Dia. Kalau kita berpaling dari segala sesuatu kepada Dia, kita akan menikmati Dia sebagai Alfa dan Omega kita, dan sebagai segala sesuatu kita. Dia pasti menggenapkan semua janji-Nya yang ada dalam kitab ini. Yang perlu kita lakukan hanyalah berpaling kepada-Nya dan melatih iman kita terhadap Dia.
Kota Kudus
Why. 22:14, 19
Dalam ayat 14 dan 19 ada janji-janji Tuhan mengenai pohon hayat dan kota kudus. Pohon hayat untuk suplaian hayat, dan kota kudus untuk tempat tinggal dan pelayanan. Wahyu 22:19 mengatakan, “Dan jikalau seseorang mengurangkan sesuatu dari perkataan-perkataan kitab nubuat ini, maka Allah akan mengambil bagiannya dari pohon kehidupan dan dari kota kudus, seperti yang tertulis di dalam kitab ini.” Ini menunjukkan bahwa berbagian dalam kota ini sangat besar artinya.
Kota kudus, yang kelak menjadi bagian kita dan yang akan kita nikmati adalah perbauran Allah dengan seluruh kaum saleh-Nya. Dalam kota ini, kita akan menikmati Allah di dalam sesama kita, dan kita pun menikmati sesama kita di dalam Allah. Walaupun kenikmatan ini agak misterius, kita dapat mencicipinya dalam hidup gereja hari ini. Dalam hidup gereja kita menikmati Allah di dalam sesama kita, dan menikmati sesama kita di dalam Allah. Ini benar-benar suatu hidup bersama yang ilahi dan surgawi!
Manusia diciptakan Allah dengan suatu sifat insani yang mendambakan hidup berkelompok. Minat kita terhadap hidup berkelompok tidak dapat dipuaskan sepenuhnya termasuk oleh kehidupan pernikahan atau kehidupan rumah tangga kita. Mungkin kita memiliki banyak saudara laki-laki, saudara perempuan, saudara sepupu, keponakan dan kerabat yang lain, tetapi mereka tidak dapat memuaskan minat batiniah kita terhadap hidup berkelompok. Minat itu, hanya dapat dipuaskan dalam gereja.
Sebagian orang memenuhi minat ini dengan pergi ke klub malam dan mengunjungi pesta-pesta. Namun, klub-klub malam dan pesta-pesta tidak dapat memuaskan kebutuhan ini. Walaupun manusia lapar dan haus akan hidup berkelompok yang wajar, mereka justru diracuni oleh klub-klub malam dan pesta-pesta duniawi. Mereka bukan menerima minuman yang tepat untuk meleraikan rasa haus mereka, malah menerima racun. Hanya ada satu kumpulan yang murni, menyenangkan, penuh rawatan, penuh terang, memuaskan, dan membina, yaitu gereja. Hari demi hari, di dalam hidup gereja, kita menghadiri pesta surgawi. Pesta ini kudus, ilahi, dan rohani. Pesta ini adalah Allah berbaur dengan manusia. Sungguh nikmat menghadiri pesta ini!
Penerapan:
Karena Tuhan adalah segala sesuatu kita dan karena Dia begitu kuat, kita tidak dapat beralasan dan mengatakan, “Oh, aku sangat lemah. Situasi keluargaku sulit dan lingkunganku juga tidak menguntungkan.” Semakin sulit lingkungan kita, semakin limpah Tuhan terhadap kita. Semakin banyak pencobaan yang menimpa kita, semakin kuat Tuhan terhadap kita.
Pokok Doa:
Tuhan Yesus, tidak ada sesuatu sebelum atau sesudah diri-Mu, tidak ada asal usul atau kesimpulan tanpa diri-Mu. Oh Tuhan, Engkau kuat dalam janji, dalam dorongan, dan dalam menguatkan kita. Engkau pasti menggenapkan apa yang Kaukatakan dalam kitab ini. Karena itu, buatlah aku terus maju, tidak patah arang karena banyak hal yang mengecewakan terjadi dalam hidupku.
Akar Dan Keturunan Daud
Wahyu 22:16
“Aku, Yesus, telah mengutus malaikat-Ku untuk memberi kesaksian tentang semuanya ini kepadamu bagi jemaat-jemaat. Aku adalah tunas, yaitu keturunan Daud, bintang timur yang gilang-gemilang.”
Ayat 15 mengatakan, “Tetapi anjing-anjing dan tukang-tukang sihir, orang-orang sundal, orang- orang pembunuh, penyembah-penyembah berhala dan setiap orang yang mencintai dusta dan yang melakukannya, tinggal di luar.” “Di luar” berarti di luar kota itu, tempat lautan api yang menampung semua orang dosa yang binasa. Semua orang yang cemar, yang berdosa, akan dibuang ke dalam lautan api, “tong sampah” universal.
Dalam ayat 16 Yesus mengatakan, “Aku adalah akar dan keturunan Daud, bintang fajar yang gilang-gemilang” (TL.) Dalam sifat ilahi-Nya, Kristus adalah akar, sumber Daud; dalam keinsanian-Nya, Kristus adalah keturunan, hasil Daud. Jadi, Dia adalah Tuhan, sebagai akar Daud; Dia juga anak, tunas Daud, sebagai keturunan Daud (Mat. 22:42-45; Rm. 1:3; Yer. 23:5).
Pada kedatangan-Nya kembali, Kristus akan menjadi matahari yang terbit bagi umat-Nya (Mal. 4:2), ini adalah yang umum; tetapi bagi para pencinta-Nya yang berjaga-jaga, Dia adalah bintang timur (fajar), ini adalah yang khusus, pahala bagi para pemenang (2:28). Sebagai akar dan keturunan Daud, Kristus berhubungan dengan Israel dan kerajaan; sebagai bintang fajar yang gilang-gemilang, Kristus berhubungan dengan gereja dan pengangkatan. Bintang fajar tampak pada saat yang paling gelap sebelum fajar. Kesusahan besar adalah saat yang paling gelap. Sesudah itu, zaman kerajaan adalah fajar merekah.
Roh Itu Dan Mempelai Perempuan
Why. 22:17
Ayat 17 mengatakan, “Roh dan pengantin perempuan itu berkata, ‘Marilah!’ Dan barangsiapa yang mendengarnya, hendaklah ia berkata, ‘Marilah!’ Dan barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang, dan barangsiapa yang mau, hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma!” Pada pasal 2 dan 3 Roh itu berbicara kepada gereja-gereja; pada akhir kitab ini, Roh itu dan pengantin perempuan (gereja) berbicara bersama-sama seperti satu orang. Ini menunjukkan bahwa pengalaman gereja atas Roh itu telah maju sedemikian rupa sehingga gereja dan Roh itu menjadi satu.
“Marilah” adalah respons Roh itu dan pengantin perempuan terhadap perkataan Tuhan dalam ayat 16 dan terhadap peringatan-Nya yang diucapkan-Nya berulang-ulang dalam ayat 7 dan ayat 12. Inilah pengharapan atas kedatangan Tuhan. Siapa saja yang mendengar respons ini, juga harus berkata, “marilah!” untuk menyatakan kedambaan yang sama atas kedatangan Tuhan. Demikian pula, setiap orang beriman yang mendambakan penampakan diri Tuhan (2 Tim. 4:8, merindukan kedatangan-Nya).
Kata “marilah” (datang) tercantum tiga kali dalam ayat ini. Kali pertama ditujukan kepada kedatangan kembali Tuhan Yesus. Telah kita katakan, ini adalah perkataan dari Roh itu dan pengantin perempuan. Namun, orang yang mendengar Roh itu dan pengantin perempuan mengatakan perkataan ini, juga ikut mengatakan, “Marilah!” Di satu pihak, Roh itu dan pengantin perempuan mendambakan kedatangan Tuhan; di pihak lain, mengharapkan orang dosa yang haus juga datang mengambil air hayat untuk kepuasaannya.
Bila kita dengan tulus hati mengharapkan kedatangan Tuhan, kita juga akan memiliki perhatian yang sungguh-sungguh terhadap keselamatan orang dosa. Sebab itu, kali ketiga dari kata “Marilah” (LAI:hendaklah ia datang) dalam ayat ini mengacu kepada kedatangan orang dosa yang bertobat. Siapa yang haus, boleh datang mengambil air hayat dengan cuma-cuma. Karena itu, ayat ini membahas tiga hal: respons dari Roh itu dan pengantin perempuan; perkataan orang yang mendengar pernyataan dari Roh itu dan pengantin perempuan; dan pengharapan terhadap orang dosa yang haus dan yang belum beroleh selamat, agar datang dan minum air hayat.
Penerapan:
Hanya orang yang berjaga-jaga yang kelak akan melihat Kristus sebagai bintang fajar. Marilah kita mulai sekarang membiasakan diri berjaga-jaga di dalam doa dan firman, serta giat melayani Tuhan menjelang hari kedatangan-Nya yang semakin mendekat.
Pokok Doa:
“Tuhan, hari ini aku datang kepada-Mu dan memperbaharui persembahan diriku. Tuhan, jadikan aku orang yang selalu berjaga-jaga dan ingatkanlah aku saat aku lemah bahwa Engkau akan segera datang. Tuhan, aku mau berbagian dalam keterangkatan orang-orang kudus.”
Jangan Menambahkan Dan Mengurangi Perkataan Nubuat
Wahyu 22:18
“Aku bersaksi kepada setiap orang yang mendengar perkataan-perkataan nubuat dari kitab ini: ‘Jika seorang menambahkan sesuatu kepada perkataan-perkataan ini, maka Allah akan menambahkan kepadanya malapetaka-malapetaka yang tertulis di dalam kitab ini.”
Aspek pertama dari peringatan ini adalah jangan menambahkan sesuatu kepada perkataan-perkataan nubuat kitab ini, dan aspek kedua adalah jangan mengurangkan sesuatu dari perkataan-perkataan dalam kitab nubuat ini. Siapa saja menambahkan akan menerima malapetaka-malapetaka yang dikatakan dalam kitab ini, dan siapa saja mengurangkan akan kehilangan bagian atas pohon hayat dan kota kudus. Malapetaka utama yang diungkapkan dalam Kitab Wahyu adalah tiga celaka dari kesusahan besar dan kematian kedua, yaitu kebinasaan seluruh bagian manusia — roh, jiwa, dan tubuh — dalam lautan api. Hal yang menonjol dari berkat yang diwahyukan dalam Kitab Wahyu adalah pohon hayat dan kota kudus. Entah seseorang akan mengalami malapetaka atau mendapat bagian dalam berkat, semuanya tergantung pada bagaimana responsnya terhadap nubuat kitab ini. Kita harus menerimanya seperti yang tertulis di dalamnya. Jangan menambahkan konsepsi, pikiran, ide, pendapat, doktrin, ajaran, atau teologi kita kepada kitab ini. Jangan pula mengurangkan sesuatu dari dalamnya. Kalau kita menambahkan sesuatu ke dalam kitab ini, kita akan menerima malapetaka; kalau kita mengurangkan sesuatu darinya, kita akan kehilangan berkat, khususnya kehilangan berkat atas pohon hayat dan kota kudus. Ini adalah peringatan yang serius! Kalau kita mendengar peringatan ini, kita akan menerima perkataan yang tertulis dalam kitab ini sepenuhnya.
Doa, Pengharapan, Dan Berkat Penulis
Why. 22:20-21
Wahyu pasal dua puluh dua ayat dua puluh mengatakan, “Ia yang memberi kesaksian tentang semuanya ini, berfirman: ‘Ya, Aku datang segera!’ Amin, datanglah, Tuhan Yesus!” Bagian depan dari ayat ini adalah kali ketiga Tuhan mengingatkan kita dalam pasal ini bahwa Dia segera datang. Bagian bawah ayat ini adalah doa Rasul Yohanes dan juga responsnya terhadap peringatan Tuhan. Ini juga adalah doa yang terakhir dalam Alkitab. Setelah mendengar perkataan kitab ini, kita semua seharusnya berdoa dan memberi respons yang sama seperti Yohanes, “Amin, datanglah, Tuhan Yesus!” Ini adalah doa yang menyatakan pengharapan Yohanes. Karena itu, seluruh Alkitab tersimpul dengan kedambaan terhadap kedatangan Tuhan yang diwujudkan dalam doa.
Apabila kondisi rohani kita tepat, maka setiap hari kita akan mendambakan kedatangan Tuhan kembali.
Setelah diakhiri dengan doa, penulis memberi berkat kepada pembaca, katanya, “Kasih karunia Tuhan Yesus menyertai kamu sekalian! Amin” (22:21). Kita memerlukan anugerah untuk menerima, menaati, dan hidup dalam firman ini. Setelah melihat semua visi dan mendengar semua nubuat dalam kitab ini, kita masih memerlukan anugerah Tuhan. Hanya anugerah Tuhan Yesus yang mampu membuat kita hidup dan berjalan menurut visi dan nubuat ini. Bukan hanya kitab ini yang ditutup dengan anugerah, tetapi seluruh Alkitab ditutup dengan anugerah ini, yang membuat kita mampu mengalami Kristus yang almuhit dan berbagian dalam Allah Tritunggal, sehingga kita bisa menjadi ekspresi korporat-Nya yang kekal untuk menggenapkan tujuan kekal-Nya, agar Dia dan kita dapat saling menikmati kepuasan yang mutlak dan perhentian yang sempurna, sampai selama-lamanya.
Yerusalem Baru, butir besar terakhir yang diwahyukan dalam kitab ini, bukan hanya merupakan penutup dari seluruh Alkitab, melainkan juga merupakan perampungan sempurna dari semua butir penting yang diwahyukan dalam Alkitab. Allah Tritunggal, ekonomi Allah Tritunggal, penebusan Kristus, keselamatan Allah, kaum beriman, gereja, dan kerajaan, semuanya tersimpul dalam Yerusalem Baru sebagai butir penutup. Haleluya!
Penerapan:
Mungkin kita tidak menambahkan sesuatu ke dalam firman, tetapi tanpa sadar seringkali kita malah menguranginya, mengurangi bobot maknanya menurut kesukaan atau keadaan kita saat ini. Terimalah firman Tuhan apa adanya dan turutilah dengan bersandarkan kasih karunia yang Tuhan berikan kepada Anda. Bila Anda belum sanggup, katakan pada Tuhan bahwa Anda belum sanggup, tetapi jangan menguranginya.
Pokok Doa:
“Terima kasih atas peringatan-Mu ya Tuhan, aku tidak mau tertimpa malapetaka dan kehilangan berkat. Aku mau seperti anak kecil yang tulus, mendengarkan dan melakukan firman-Mu. Berilah rahmat-Mu.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar