Selasa, 28 Desember 2010

Kisah Para Rasul (7)

Apa Yang Kupunyai, Kuberikan Kepadamu
Kisah Para Rasul 3:6
Tetapi Petrus berkata: “Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah!”


Ayat Bacaan: Kis. 3:1-10; 2 Kor. 6:10; Ef. 3:8, 6:17-18


Ketika Petrus dan Yohanes, akan masuk ke dalam bait, mereka melihat seorang yang lumpuh sejak lahirnya. Mereka menatapnya dan berkata, “Pandanglah kami!” (3:2-4). Orang itu “menatap mereka dengan harapan akan mendapat sesuatu dari mereka. Tetapi Petrus berkata: Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Dalam nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, bangkit dan berjalanlah! Lalu ia memegang tangan kanan orang itu dan membantu dia berdiri. Seketika itu juga kuatlah kaki dan pergelangan kaki orang itu” (ay. 5-7). Petrus tidak memiliki perak dan emas, tetapi katedral St. Petrus di Roma didirikan dengan banyak emas. Petrus tidak memiliki emas dan perak, tetapi ia memiliki nama Yesus Kristus, yaitu Persona Yesus Kristus. Petrus miskin dalam emas dan perak, tetapi ia kaya dalam Kristus. Gereja di Tiatira (Why. 2:18-29) dipenuhi dengan emas, tetapi tidak dipenuhi dengan Persona Kristus; kaya akan emas, tetapi miskin akan Kristus.
Selain itu dalam berbicara kepada orang lumpuh itu, Petrus menyuruhnya berjalan dalam nama Yesus Kristus orang Nazaret. “Orang Nazaret” menunjukkan Dia yang dihina oleh para pemimpin Yahudi (Yoh. 1:45-46; Kis. 22:8; 24:5).
Saudara saudari, tahukah Anda apa artinya berbicara kepada orang dalam nama Yesus Kristus, orang Nazaret? Kalau Anda tidak berdiri pada tumpuan kematian, kebangkitan, dan baptisan, bagaimana sikap Anda pada situasi seperti di atas? Mungkin Anda akan berlutut dan berdoa demikian, “Tuhan, kami tidak tahu apakah orang lumpuh ini akan sembuh atau tidak. Kalau dia akan sembuh, tunjukkan dengan jelas sehingga kami dapat berdoa dengan berani; tetapi kalau dia tidak akan sembuh, kami akan melewatinya.” Tetapi pengalaman rasul-rasul tidak demikian. Mereka tidak menganggap nama Tuhan Yesus sebagai milik pribadi Tuhan Yesus, dan mereka harus minta izin untuk berbuat apa saja. Para rasul sadar bahwa nama Yesus, orang Nazaret, adalah milik mereka dan boleh mereka pakai. Demikianlah, Persona Tuhan lebih berkuasa menyelamatkan dan menyembuhkan setiap orang dari pada emas dan perak. Nama-Nya adalah Persona yang penuh kuasa!


Allah Abraham, Ishak, dan Yakub Memuliakan Yesus
Kisah Para Rasul 3:13
Allah Abraham, Ishak dan Yakub, Allah nenek moyang kita telah memuliakan Hamba-Nya, yaitu Yesus yang kamu serahkan dan tolak di depan Pilatus, walaupun Pilatus berpendapat, bahwa Ia harus dilepaskan


Ayat Bacaan: Kis. 3:11-18; Mat. 22:31-32; Luk. 24:16; Ef. 1:20-22


Ketika semua orang itu sangat heran, terhadap Petrus, Yohanes, dan orang lumpuh itu, Petrus berkata kepada mereka “Hai orang Israel, mengapa kamu heran tentang kejadian itu dan mengapa kamu menatap kami seolah-olah kami membuat orang ini berjalan karena kuasa atau kesalehan kami sendiri? Allah Abraham, Ishak dan Yakub, Allah nenek moyang kita telah memuliakan Hamba-Nya, yaitu Yesus yang kamu serahkan dan tolak di depan Pilatus, walaupun Pilatus memutuskan untuk melepaskan Dia” (ay. 12-13). Mengapa dalam ayat 13 Petrus membicarakan Allah sebagai Allah Abraham, Ishak, dan Yakub? Mengapa ia tidak membicarakan Allah saja? Gelar ini mengacu kepada Allah Tritunggal, Yehova, AKU ADALAH yang agung (Kel. 3:14-15). Menurut perkataan Tuhan dalam Matius 22:31-32, gelar ilahi ini menyiratkan kebangkitan. Petrus menyebut Allah sebagai Allah Abraham, Ishak, dan Yakub, karena sebutan ini menunjukkan bahwa Dia adalah Allah kebangkitan. Melalui kematian dan kebangkitan-Nya, Putra dimuliakan dan di dalam pemuliaan Putra, Bapa juga dimuliakan. Dalam kematian dan kebangkitan-Nya, Dia menghasilkan banyak buah. Dia menghasilkan murid-murid-Nya menjadi saudara-saudara-Nya untuk mengekspresikan dan memuliakan Bapa.
Hari ini Dia memilih dan menetapkan kita untuk diutus pergi dan menghasilkan buah. Akan tetapi, menghasilkan buah memerlukan proses kematian dan kebangkitan. Tuhan Yesus telah melalui proses ini; Dia telah membuka jalan ini. Hari ini kita harus mengikuti Dia dengan meletakkan diri kita pada kematian. Kita tidak dapat melaksanakan imamat Injil Perjanjian Baru dengan cara alamiah; sebaliknya kita harus melewati proses kematian dan kebangkitan. Ketika kita mendengar tentang menginjil mengetuk pintu, kita mungkin mengira hal ini mudah, biasa, dan setiap orang dapat melakukannya. Akan tetapi, bila kita terus-menerus pergi mengunjungi orang setiap minggu, pada akhirnya kita akan melalui kematian dan berbuah. Demikianlah, Tuhan berkata, “Dalam hal inilah Bapa-Ku dimuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak” (Yoh.15:8). Marilah kita berjerih lelah dengan tekun dan sabar sampai menghasilkan buah tetap.


Yang Kudus dan Yang Benar
Kisah Para Rasul 3:14
Tetapi kamu telah menolak Yang Kudus dan Benar, serta menghendaki seorang pembunuh sebagai hadiahmu


Ayat Bacaan: Kis. 3:11-18; Yoh. 2:14-16; Yoh. 6:38


Petrus berkata kepada orang-orang, bahwa Tuhan adalah Yang Kudus dan Benar (Kis. 3:14). Dalam ayat ini “kudus” menunjukkan bahwa Yesus orang Nazaret, Dia yang dihina oleh para pemimpin Yahudi, adalah mutlak bagi Allah dan dipisahkan kepada-Nya. Selain itu, Dia mutlak bersatu dengan Allah. Menurut makna kata “kudus” dalam Alkitab, “kudus” berarti orang yang mutlak kepada Allah, yang mutlak bagi Allah, dan yang mutlak menjadi satu dengan Allah. Dalam seluruh sejarah manusia hanya Tuhan Yesus yang kudus. Tidak pernah ada satu hal pun yang menunjukkan Tuhan Yesus tidak mutlak bagi Allah dan tidak menjadi satu dengan Allah. Karena itu, Dia disebut Yang Kudus. Dia sendiri layak mendapat gelar “Yang Kudus”.
Tuhan Yesus bukan hanya “Yang Kudus” melainkan juga “Yang Benar”. Benar adalah benar terhadap Allah, terhadap setiap orang, dan terhadap segala sesuatu. Hanya Tuhan Yesus yang dapat disebut “Yang Benar”, karena hanya Dia yang benar terhadap Allah, terhadap setiap orang, dan terhadap segala sesuatu. Sebagai Yang Benar, Tuhan Yesus tidak pernah salah terhadap Allah, terhadap setiap orang, atau terhadap segala sesuatu. Lihatlah sewaktu Dia membersihkan bait dalam Yohanes 2:14-16. Tuhan Yesus memang benar dalam melakukan hal ini. Tuhan melihat situasi yang penuh dosa itu, dan Dia marah. Tetapi, sebagai Yang Benar, Tuhan membersihkan Bait Allah dengan cara yang benar. Dia tidak pernah salah, karena Dia selalu Yang Benar.
Di dalam diri kita sendiri, kita tidak benar terhadap Allah, terhadap orang lain, atau bahkan terhadap segala sesuatu. Misalnya, sewaktu kita marah, kita mungkin menendang pintu atau memukul kursi. Ini berarti kita tidak benar terhadap pintu atau kursi. Karena itu, kita tidak dapat disebut “orang benar”. Tetapi misalnya seorang suami tidak senang dengan istrinya dan menyulitkan istrinya. Jika saudari itu berseru kepada nama Tuhan Yesus, ia akan mendapatkan Dia sebagai kebenaran juga sebagai pengudusan. Ia akan mengalami Tuhan yang menguduskannya dari dalam. Pergerakan Tuhan yang di batin ini akan menjaganya dari marah-marah terhadap suaminya. Jika tidak, mungkin ia akan tersinggung dan mulai berdebat dengan suaminya.


Perintis Kehidupan
Kisah Para Rasul 3:15
Demikianlah Ia, Pemimpin kepada hidup, telah kamu bunuh, tetapi Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati; dan tentang hal itu kami adalah saksi


Ayat Bacaan: Kis. 3:11-18; Rom. 14:9; Ibr. 2:10


Di dalam pemberitaannya, Petrus bukan hanya mengumumkan bahwa Tuhan Yesus adalah Yang Kudus dan Benar, melainkan juga adalah Pemimpin (Perintis) Kehidupan. Di sini bahasa Yunani yang diterjemahkan “Perintis” adalah archegos, berarti pencipta, asal, pemula, kepala pemimpin, kapten. Ini menekankan Kristus sebagai asal atau Pemula hayat, karena itu Dia adalah Perintis Kehidupan, berlawanan dengan pembunuh dalam ayat sebelumnya.
Dalam 3:15 archegos itu mengacu kepada sumber, asal, bahkan pemula hayat, perintis kehidupan. Di sini Petrus menunjukkan bahwa Sang Penyembuh itu bukan hanya Sang Penyembuh. Dia lebih-lebih adalah sumber, asal, dan pemula hayat. Apa yang terdapat dalam Kisah Para Rasul 3 ini bukan hanya hal kesembuhan. Di sini kita nampak penyaluran hayat ke dalam orang lain. Ini adalah untuk mengembangbiakkan Kristus. Untuk pengembangbiakan yang demikian, kita perlu Tuhan sebagai Perintis Kehidupan, sebagai sumber hayat.
Petrus ingin orang-orang itu menyadari bahwa Dia yang mereka bunuh itu adalah Perintis Kehidupan. Dia bukan hanya Sang Penyembuh, Dia adalah Perintis Kehidupan. Tetapi meskipun Dia telah dibunuh, Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati. Di sini Petrus seolah-olah berkata, “Kita adalah saksi-saksi mata dari Seorang yang adalah asal usul, sumber, kehidupan. Engkau membunuh Orang ini, tetapi kematian tidak dapat menahan Orang yang adalah sumber kehidupan.”
Dia datang, bukan untuk menyuruh orang dunia meniru pengorbanan, kasih dan semangat perjuangan-Nya; lebih-lebih bukan untuk menganjuri orang berbuat baik atau mengajar orang bagaimana berbuat baik; Dia datang hanya mempunyai satu tujuan, yaitu supaya manusia bisa mendapatkan Allah—Sumber kehidupan! Dia pernah berkata, “Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup”. Ini barulah Injil yang diperlukan oleh orang- orang di dunia yang mati dalam pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa. Oh! Allah datang mencari manusia, Allah mencari kita! Untuk memberi kita hidup yang kekal. Hidup kita akan berubah menjadi penuh makna dan puas. Kita akan memiliki kekuatan untuk berbuat baik.


Tuhan Mendatangkan Waktu Kelegaan
Kisah Para Rasul 3:20
Agar Tuhan mendatangkan waktu kelegaan, dan mengutus Yesus, yang dari semula diuntukkan bagimu sebagai Kristus


Ayat Bacaan: Kis. 3:19-21; Mat. 19:28; Luk. 13:10-17; Rm. 10:12-13


Secara harfiah bahasa Yunani untuk “kelegaan” berarti menyejukkan, memulihkan; karena itu, melegakan, menyegarkan. Waktu kelegaan mengacu kepada waktu kebangunan segala sesuatu, penuh sukacita dan perhentian, waktu pemulihan segala sesuatu yang disebutkan dalam 3:21, yang akan dibawa masuk oleh kedatangan Mesias di dalam kemuliaan-Nya, seperti yang diajarkan dan dinubuatkan oleh Juruselamat dalam Matius 19:28. Pernahkah Anda masuk ke dalam waktu kelegaan demikian? Pernahkah Anda mengalami waktu sukacita dan perhentian demikian? Sebenarnya, setiap pertobatan yang tepat adalah waktu kelegaan. Setiap kelahiran kembali yang sejati adalah waktu kenikmatan. Ketika kita diselamatkan, kita memiliki waktu kenikmatan. Selama waktu itu kita memiliki sukacita dan damai sejahtera. Kita menikmati Kristus sendiri sebagai sukacita dan damai sejahtera kita.
Perhentian adalah keadaan yang didambakan oleh manusia; namun manusia selalu mengira bahwa Allah tidak berkenan kepadanya, karena itu ia harus melakukan sesuatu yang baik, baru bisa diperkenan. Tuhan Yesus dalam Matius 11:28 berkata, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” Ia memanggil orang adalah untuk mendapatkan perhentian, bukan memanggil orang untuk bekerja. Mengapa Tuhan Yesus bisa memberikan perhentian, tanpa mengharuskan manusia bekerja lebih dulu? Alkitab memberikan jawabannya, yakni Tuhan Yesus telah merampungkan semua pekerjaan, baik itu pekerjaan mendapatkan hidup yang kekal, pekerjaan penebusan dosa, pekerjaan penghakiman manusia di depan Allah, pekerjaan pembenaran manusia, pokoknya, segala yang berkaitan dengan terang, hidup yang kekal, dibenarkan dan lain sebagainya, semua itu telah dirampungkan oleh Tuhan Yesus.
Sekarang, Anda cukup datang dan mendapatkan perhentian. Sebenarnya, waktu kelegaan itu adalah diri Kristus sendiri. Bila kita memiliki Dia, kita memiliki Dia sebagai kelegaan kita. Dia adalah kenikmatan dan damai sejahtera kita. Jika kita menikmati Kristus, kita akan memiliki waktu kelegaan. Serulah “O Tuhan Yesus!” dan Anda akan berada dalam waktu kelegaan.


 Mendapat Bagian dalam Janji Abraham
Kisah Para Rasul 3:25
Kamulah yang mewarisi nubuat-nubuat itu dan mendapat bagian dalam perjanjian yang telah diadakan Allah dengan nenek moyang kita, ketika Ia berfirman kepada Abraham: Oleh keturunanmu semua bangsa di muka bumi akan diberkati.


Ayat Bacaan: Kis. 3:22-25; Gal. 3:14,16


Dalam 3:22-23 Petrus menunjukkan bahwa Tuhan Yesus adalah seorang Nabi yang berbicara bagi Allah dan membicarakan Allah. Dalam ayat 25 kata “keturunan” mengacu kepada Kristus (Gal. 3:16). Di sini Petrus seolah-olah berkata, “Manusia Yesus, orang Nazaret, Dia yang dihina oleh para pemimpin Yahudi, adalah keturunan Abraham yang melalui Dia semua bangsa di bumi akan diberkati. Dia bukan hanya Hamba Allah, Yang Kudus, Yang Benar, Perintis Kehidupan, dan Nabi—Dia juga adalah keturunan Abraham, yang melaluinya seluruh bumi akan diberkati.”
Sang Penyembuh dalam Kisah Para Rasul 3 ini menakjubkan. Kita harus berpaling dari kesembuhan dan memperhatikan Sang Penyembuh. Kita mengapresiasi kesembuhan, tetapi kita jauh lebih mengapresiasi Sang Penyembuh. Penyembuh ini adalah Dia yang melalui-Nya semua keluarga di bumi, semua ras, warna, dan kebangsaan, akan diberkati.
Sebagai keturunan Abraham Dia adalah ahli waris yang mewarisi janji. Karena itu, untuk mewarisi berkat yang dijanjikan, haruslah kita bersatu dengan Kristus. Di luar Dia, kita tidak dapat mewarisi janji yang Allah berikan kepada Abraham. Dalam pandangan Allah, Abraham hanya mempunyai satu keturunan, yaitu Kristus. Kita harus berada di dalam-Nya, baru kita dapat mengambil bagian dalam janji yang diberikan kepada Abraham itu. Dia tidak saja keturunan yang mewarisi janji, Dia juga sebagai berkat janji untuk diwarisi. Di dalam Dia kita mewarisi berkat yang dijanjikan Allah, dan menikmati Roh yang almuhit yang adalah ekspresi akhir dari Allah Tritunggal yang telah melalui proses (Gal. 3:14).
Kita semua perlu menyadari bahwa kita telah dilahirkan dari Roh itu, maka keadaan kita berbeda dengan keadaan sebelumnya. Setelah dilahirkan dari Roh itu, perlulah kita berlatih membuka diri kita kepada Tuhan dan menerima suplai-Nya. Untuk selalu terbuka kepada Tuhan, sangatlah membantu bila kita menyeru nama-Nya, mendoabacakan firman, memuji Tuhan, dan berkidung kepada Tuhan. Ketika kita melakukan hal-hal ini, kita menerima Roh itu. Bila kita berkata, “Tuhan Yesus, aku cinta kepada-Mu dan aku persembahkan diriku seluruhnya kepada-Mu,” maka kita akan tersuplai dengan Roh itu.


Allah Membangkitkan dan Mengutus-Nya kepada kamu
Kisah Para Rasul 3:26
Dan bagi kamulah pertama-tama Allah membangkitkan Hamba-Nya dan mengutus-Nya kepada kamu, supaya Ia memberkati kamu dengan memimpin kamu masing-masing kembali dari segala kejahatanmu


Ayat Bacaan: Kis. 3:26; Rm. 8:15; 10:12-13; 1 Kor. 2:12


Setelah menyajikan Kristus sebagai Sang Penyembuh dalam berbagai aspek, Petrus mengungkapkan satu perkataan kesimpulan dalam ayat 26, yaitu bahwa Allah telah mengutus kembali Kristus yang naik ke surga, pertama-tama kepada orang-orang Yahudi dengan mencurahkan Roh-Nya pada hari Pentakosta. Roh yang Allah curahkan itu adalah Kristus yang dibangkitkan dan ditinggikan ke atas segala tingkat langit oleh Allah.
Pada waktu Petrus membicarakan firman yang tercatat dalam ayat 26 ini, Hamba Allah telah naik ke surga dan tetap ada di sana. Meskipun demikian, Petrus memberitahu orang-orang bahwa Allah telah mengutus Kristus untuk memberkati mereka. Sebenarnya, Allah telah menerima Kristus ke dalam surga. Tetapi Petrus mengatakan bahwa Allah telah mengutus Dia yang naik ini kepada umat-Nya. Dengan cara bagaimanakah Allah mengutus Kristus yang naik ini kepada umat Yahudi? Dengan cara mencurahkan Roh itu. Roh yang dicurahkan itu sebenarnya adalah diri Kristus yang naik itu. Ketika Roh yang dicurahkan itu sampai kepada orang-orang; Kristus, Dia yang telah naik, yang diutus oleh Allah sampai kepada orang-orang itu. Dari hal ini kita nampak bahwa Roh yang dicurahkan itu identik dengan Kristus yang naik. Dalam ekonomi Allah bagi pengalaman umat-Nya, Kristus yang naik dan Roh yang dicurahkan itu adalah satu, satu bagi kenikmatan kita.
Di sini Petrus seolah-olah berkata, “Allah telah mengutus Dia, pertama-tama kepada kamu untuk memberkati kamu. Bagaimanakah Allah mengutus Kristus? Allah mengutus Dia dengan cara mencurahkan Roh-Nya kepada kamu untuk memberkatimu. Sekarang kamu perlu menerima Dia. Dia tidak jauh darimu. Meskipun Dia ada di surga, secara ekonomikal Dia ada di antara kamu sebagai Roh yang dicurahkan untuk memberkati kamu. Jika kamu berseru kepada nama-Nya, kamu akan menerima persona-Nya — Roh Kudus. Nama-Nya adalah “Yesus”, tetapi persona-Nya adalah Roh itu. Berserulah kepada nama Tuhan Yesus dan terimalah Roh itu. Maka kamu akan memiliki berkat Allah.” Inilah cara kita menerima berkat yang ingin Allah berikan kepada kita dengan kembali mengutus Kristus yang naik kepada kita sebagai Roh pemberi-hayat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar