Senin, 06 Desember 2010

Salam Kenal Mas: Saya Seorang Teroris! By Erianto Anas

Inilah wawancara langsung saya ketika secara tidak sengaja ketemu dengan salah seorang yang tertuduh sebagai teroris.


Saya:
Kenapa anda mau menjadi seorang teroris?

Teroris:
Sebenarnya saya bukan seorang teroris. Tapi seorang jihad fisabillah. Saya berjuang di jalan Allah.

Saya:
Tapi kenapa anda disebut teroris oleh media massa dan media penyiaran?

Teroris:
Itukan permainan politik untuk menjelek-jelekkan umat Islam. Tapi sayang umat Islam sendiri juga ikut terpengaruh. Padahal dibalik isu teroris itu tersembunyi taktik untuk membangun opini publik, opini dunia untuk menanamkan image bahwa Islam adalah agama teroris. Agama yang kasar.

Saya:
Tapi dengan melakukan pengeboman di mana-mana itu tidak sama dengan teroris?

Teroris:
Tidak. Sama sekali itu bukan teror. Yang namanya teror itu ancaman. Misalnya saya menelpon anda dan saya katakan bahwa rumah anda akan saya bom. Itu baru teror. Tapi kalau sudah benar-benar saya lakukan, itu namanya bukan teror. Bukan ancaman lagi.

Saya:
Hmm .. begitu ya. Saya juga baru tau nih. Jadi kalau ancaman itu sudah benar-benar anda lakukan apa namanya?

Teroris:
Kalau saya sudah benar-benar membom rumah anda maka namanya sudah jihad. Kalau rumah anda saya bakar dan anda dengan anak-anak anda sudah yang bunuh baru namanya jihad.

Saya:
Tapi saya kan juga umat Islam. Kenapa membunuh saya anda katakan jihad?

Teroris:
Karena anda sudah berteman dengan orang kafir. Dan perbuatan anda juga sudah sama dengan orang kafir.

Saya:
Tapi saya kan masih orang Islam

Teroris:
Sebenarnya yang ingin saya bom itu adalah teman anda yang kafir itu. Tapi karena rumah anda berdekatan atau teman anda itu juga tidur di rumah anda, ya anda sendiri sebenarnya bukan sasaran saya. Hanya efek.

Saya:
Jadi anda tidak merasa berdosa dengan matinya orang-orang beriman seperti saya ini karena bom yang anda ledakkan?

Teroris:
Saya rasa tidak.

Saya:
Jadi anda sendiri sebenarnya masih ragu?

Teroris:
Kadang-kadang ragu juga.

Saya:
Terus kenapa anda tetap melakukannya?

Teroris:
Ya karena saya sudah tersugesti. Dan ketika itu darah jihad saya terbakar. Jangankan rumah anda, bumi ini juga serasa ingin saya bom.

Saya:
Oya? Saya tertarik dengan pernyataan anda bahwa anda disugesti. Itu maksudnya gimana dan oleh siapa?

Teroris:
Ya oleh Universitas Teroris.

Saya:
Ha? Anda kuliah di Universitas Teroris?

Teroris:
Iya.

Saya:
Kalau boleh saya tahu uang kuliahnya berapa?

Teroris:
Gratis. Malah saya juga diberi uang. Kehidupan saya dibantu. Kalau kuliahnya membayar saya tidak mungkin sanggup kuliah di sana. Saya tidak ada biaya.

Saya:
Wah… asyik dong gratis!

Teroris:
Ya asyiklah. Apa anda mau ikut? Saya dan teman-teman banyak yang ikut kok. Dan kalau anda mau ikut saya akan dapat point. Solnya kalau bisa mengajak semakin banyak orang maka nilai saya semakin tinggi. Pahalanya juga begitu. Nanti anda juga bisa begitu. Gimana, anda mau? Kalau anda mau, rumah anda tidak akan saya bom.

Saya:
Lokasi Universitasnya dimana ya?

Teroris:
Kalau anda mau ikut baru saya kasi tau.

Saya:
Dosennya siapa?

Teroris:
Ya nanti anda akan tahu sendiri.

Saya:
Tapi saya ini kurang berani. Pengetahuan agama saya juga kurang.

Teroris:
Ah .. itu tidak masalah. Saya dulu juga begitu. Nanti kalau sudah masuk segalanya akan diajarkan. Anda akan berani sendiri. Dosennya sudah lengkap. Untuk memberi mata kuliah jihadnya sudah ada. Dan untuk memompa keberanian juga sudah ada. Gimana, anda mau ikut?

Saya:
Hmm .. gimana ya?

Teroris:
Anda tidak boleh ragu-ragu. Anda berjuang di jalan Tuhan. Tuhanlah yang akan melindungi kita.

Saya:
Anak dan isteri saya gimana ya…

Teroris:
Tuhan yang akan melindungi mereka. Serahkan segalanya pada Tuhan. Yang penting kita berjuang menegakkan agamaNya. Gimana, anda mau ikut? Jangan ragu-ragu. Anda harus punya tekad yang kuat.

Saya:
Okelah. Kalau begitu saya ganti baju dulu ya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar