Selasa, 04 Januari 2011

Kisah Para Rasul (10)

Masalah Bersungut-sungut
Kisah Para Rasul 6:1
Ketika jumlah murid makin bertambah, timbullah sungut-sungut di antara orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani terhadap orang-orang Ibrani, karena pembagian kepada janda-janda mereka diabaikan dalam pelayanan sehari-hari


Ayat Bacaan: Maz. 133:1; 1 Kor. 6:17


Tidak lama setelah gereja dihasilkan, gereja mulai merosot. Ini jelas terlihat dalam Kitab Kisah Para Rasul. Dalam pasal 5, Ananias dan Safira menipu Roh Kudus; dalam pasal 6, ada sungut-sungut di antara orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani terhadap orang-orang Yahudi yang berbahasa Ibrani karena perkara pembagian makanan sehari-hari. Ketika o-rang-orang Yahudi yang ada di perantauan kembali ke Yerusalem untuk merayakan hari raya Pentakosta, mereka berbicara dengan bahasa lain. Mereka tidak dapat berbahasa Ibrani tetapi berbicara dengan bahasa dari daerah mereka. Perbedaan bahasa ini menjadi satu masalah pada permulaan kehidupan gereja pada masa itu, sehingga di dalam gereja timbul sungut-sungut.
Bersungut-sungut adalah dari emosi kita yang belum ditanggulangi dan umumnya berasal dari para saudari; berbantah-bantahan adalah dari pikiran kita dan umumnya berasal dari para saudara. Keduanya menghalangi kita dalam melaksanakan keselamatan kita sampai sepenuhnya dan menghalangi kita dalam mengalami dan menikmati Kristus sepenuhnya. Di antara suami dan istri, ayah dan ibu, saudara dan saudari, ada banyak sungut-sungut dan perbantahan. Bahkan di dalam apa yang disebut “hidup gereja yang mulia”, ada juga hal-hal ini. Tidak berbantah-bantahan berarti tidak ada keragu-raguan. Tidak bersungut-sungut berarti bisa mempercayai orang lain, bisa saling mengasihi, dengan demikian gereja akan sehat dan terbangun.
Tidak bersungut-sungut dan tidak berbantah-bantahan benar-benar satu hal yang besar! Orang yang memperhidupkan Kristus tidak akan bersungut-sungut dan berbantah-bantahan. Kita perlu keselamatan yang seketika untuk melepaskan kita dari sungut-sungut dan perbantahan. Kita perlu keluar dari kebiasaan suka bersungut-sungut kepada satu kehidupan yang memperhidupkan Kristus melalui berseru kepada-Nya terus menerus. Bila kita berpaling kepada Tuhan dan berkata, “O Tuhan Yesus, aku cinta kepada-Mu,” kita akan diselamatkan dari bersungut-sungut dan berbantah-bantah. Ini adalah doa singkat yang paling manjur untuk memperhidupkan Kristus.


Terkenal Baik dan Penuh Roh dan Hikmat
Kisah Para Rasul 6:3
Karena itu, Saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik dan penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu


Ayat Bacaan: Kis. 6:3-6; 7:2-53; 8:5-7; 1 Tim. 3:8; Gal. 3:5; Flp. 1:1


Permulaan hidup gereja saat hari Pentakosta, semua orang hidup bersama, sehingga diperlukan orang yang mengurusi pembagian makanan. Lalu para rasul menyuruh kumpulan itu untuk memilih tujuh orang yang penuh dengan Roh Kudus dan hikmat. Bahasa Yunani untuk “penuh” dalam ayat 3 adalah pleres, bentuk kata sifat dari pleroo, artinya adalah dipenuhi dengan Roh itu di dalam dan secara esensial. Dipenuhi oleh Roh Kudus dengan diluapi oleh Roh Kudus tidaklah sama. Diluapi oleh Roh Kudus di luar tidaklah seunggul dipenuhi oleh Roh Kudus di batin. Ayat 5-6 mengatakan, “Usul itu diterima baik oleh seluruh jemaat, lalu mereka memilih Stefanus, seorang yang penuh iman dan Roh Kudus, dan Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolaus.” Karena tujuh orang ini dipilih untuk melayani meja, mereka dapat dianggap sebagai diaken (Flp. 1:1; 1 Tim. 3:8).
Pelayanan diaken memiliki ciri-ciri pelayanan orang Lewi, yaitu menangani urusan-urusan praktis, yang berkaitan dengan gereja. Meskipun tampaknya pekerjaan Lewi bukan urusan rohani, tetapi menunjang pekerjaan rohani. Karena itu, pekerjaan ini juga perlu dikerjakan oleh orang-orang yang dipenuhi oleh Roh Kudus. Dari tujuh orang yang dipilih sebagai diaken-diaken itu, ada Stefanus dan Filipus. Stefanus adalah seorang guru besar. Filipus pun memiliki satu karunia khusus, dan dinyatakan menjadi seorang penginjil besar (Kis 8:5-7). Namun, meskipun Stefanus dan Filipus memiliki karunia-karunia khusus, ketika mereka dipilih untuk melayani meja, mereka dengan rela mau melayani, tidak bersungut-sungut. Ini adalah hasil dari pemenuhan Roh Kudus di batin mereka.
Tidak peduli apa jenis karunia khusus yang kita miliki, jika kita dipilih untuk melayani urusan-urusan praktis apapun, kita harus rela melayani. Bahkan jika itu adalah membersihkan kamar kecil, kita harus melayani dengan sukarela. Karena itu, kita perlu senantiasa dipenuhi oleh Roh itu, terbuka kepada Roh itu dan menerima Dia secara terus-menerus melalui menyeru nama-Nya dan berdoa. Bila kita selalu terbuka kepada Roh itu secara konstan, Roh itu akan menyuplaikan sukacita dan kerelaan untuk melayani.


Memusatkan Pikiran dalam Doa dan Pelayanan Firman

Kisah Para Rasul 6:4
Dan supaya kami sendiri dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman


Ayat Bacaan: Ibr. 1:1; 2 Sam. 23:2; Kol. 4:2, 3:16; Ef. 6:17-18


Alkitab menunjukkan kepada kita bahwa pekerjaan Allah yang terpenting di bumi adalah pembicaraan Firman-Nya. Allah memilih berbicara melalui manusia (Ibr. 1:1; 2 Sam. 23:2). Firman Allah dilepaskan melalui mulut manusia. Kisah Para Rasul 6:4 berkata, “Supaya kami sendiri dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan firman.” Pelayanan firman ialah melayani orang dengan firman Allah. Namun pelayanan firman perlu didahului oleh doa. Doa membuat roh kita dilatih dan dikuatkan. Karena itu, untuk mengenal firman Allah, kita harus memiliki doa yang cukup. Tanpa doa, ministri firman tidak akan hidup dan kuat. Tanpa doa, meskipun firman bisa diberitakan tetapi tanpa kekuatan, tanpa otoritas. Bila ingin firman yang kita beritakan ada kekuatan, ada otoritas, mutlak harus berdoa. Berdoa sangat penting bagi pemberitaan firman.
Dalam Kolose 4:2 Paulus menyuruh kita bertekun dalam doa. “Bertekun dalam doa” berarti bukan hanya terus-menerus dalam doa, tetapi kita harus berjuang atau berusaha keras untuk meneruskan doa kita. Dalam lingkungan kita, hampir setiap hal bertentangan dengan doa. Untuk dapat berdoa, kita perlu melawan arus lingkungan kita. Jika kita lemah dalam berdoa, kita akan mudah terbawa arus lingkungan kita. Sebab itu, kita perlu berdoa terus-menerus dan bertekun dalam doa di tengah-tengah lingkungan kita.
Ketika kita masuk ke dalam Dia dan kita bersatu dengan Dia dalam ministri surgawi-Nya, kita bersatu dengan Dia dalam doa dan dalam pelayanan firman. Untuk bertekun dalam pelayanan firman, kita perlu meluangkan waktu untuk mempelajari dan merenungkan firman Tuhan agar kita mendapatkan terang dan wahyu Allah. Dengan bertekun di dalam firman kita akan menjadi orang yang dipenuhi, dijenuhi, diresapi dan bersatu dengan firman. Kapan saja kita berhimpun dalam persekutuan, atau saat menggembalakan orang lain, kita dapat membantu orang lain menerima dan memahami firman Allah. Setiap o-rang yang menghadiri persekutuan kita pun dapat terbuka untuk menerima makanan rohani dan menikmati suplaian yang segar, kaya dan limpah.


Teladan Membagikan Tanggung Jawab

Kisah Para Rasul 6:6
Mereka itu dihadapkan kepada rasul-rasul, lalu rasul-rasul itupun berdoa dan meletakkan tangan di atas mereka


Ayat Bacaan: Im. 1:4; 1 Tim. 4:14; Ef. 4:16; 5:21; 1 Kor. 12:21-22


Karena Petrus dan para rasul lainnya memikul tanggung jawab atas ministri firman, maka mereka memberikan pelayanan meja kepada orang-orang kudus lainnya. Dalam ayat 6 para rasul menumpangkan tangan mereka ke atas tujuh orang yang melayani. Ini adalah perkara penyatuan (Im. 1:4) dan penyaluran (1 Tim. 4:14). Menurut teladan ini, kita tidak boleh menggantungkan semua tanggung jawab pelayanan di atas bahu kita sendiri, tetapi perlu membagikan tanggung jawab kepada semua orang kudus. Ini adalah satu prinsip yang penting. Kita mungkin melakukan sesuatu menurut kehendak Allah, tetapi apa yang kita lakukan seharusnya bukan melalui diri kita sendiri tetapi melalui pelayanan dalam Tubuh.
Efesus 4:16 mengatakan, “Dari Dialah seluruh tubuh yang rapi tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota.” Orang yang menerima karunia memberitakan Injil, harus dengan rela hati melakukannya. Di lain pihak, ia juga harus dengan rendah hati menerima ajaran Alkitab yang diajarkan oleh mereka yang mempunyai karunia mengajar. Dan jika seseorang memiliki karunia mengajar, ia tidak dapat menganggap dirinya sudah mengetahui semuanya, namun harus menghormati dan menerima pekerjaan orang lain. Kita harus belajar menerima pembatasan. Kita harus belajar menerima pekerjaan orang lain sama seperti pekerjaan sendiri.
Kita harus mencapai tahap segenap Tubuh berkoordinasi bersama dalam pelayanan. Janganlah kita meremehkan satu anggota Tubuh, memandangnya begitu kecil, sampai tidak ada fungsinya. Setiap anggota Tubuh mempunyai fungsinya sendiri dan tidak bisa digantikan oleh anggota Tubuh yang lain (1 Kor. 12:21-22). Bahkan fungsi yang sebesar apa pun tidak bisa menggantikan fungsi yang paling kecil. Karena itu dalam pelayanan gereja setiap orang perlu menunaikan tugas dan fungsinya masing-masing. Dalam gereja tidak ada seorang pun yang boleh menjadi anggota pasif. Oleh karena itu, kita perlu belajar mempercayai anggota tubuh yang lain melalui membagikan tanggung jawab pelayanan kepada orang lain.



Firman Allah Bertumbuh
Kisah Para Rasul 6:7
Firman Allah makin tersebar (TL. bertumbuh), dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak; juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya


Ayat Bacaan: Kis. 4:31, 6:3-4, 6:7, 12:24; 19:20; Mrk. 4:14


Melalui pemilihan 7 diaken, para rasul dapat memusatkan pikiran mereka dalam doa dan pelayanan firman (Kis. 6:3-4). Karena hal ini pula, Firman Allah makin tersebar seperti yang dikatakan dalam Kisah Para Rasul 6:7a, “Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak...”. Kata “tersebar” dalam bahasa aslinya mengacu kepada pertumbuhan dalam hayat. Ini membuktikan bahwa firman Allah adalah perkara hayat yang bertumbuh bagaikan benih yang ditaburkan ke dalam hati manusia (Mrk. 4:14). Dalam Kisah Para Rasul, kita diberitahu tiga kali mengenai firman yang bertumbuh dan firman yang bertambah banyak (Kis. 6:7; 12:24; 19:20). Sesuatu yang tidak bernyawa tidak pernah dapat bertumbuh tetapi firman itu menumbuhkan. Sebenarnya, pertambahan murid-murid tergantung dari pertumbuhan firman. Namun, banyak orang yang membaca Kisah Para Rasul sebagian besar memusatkan perhatian mereka kepada Roh. Tak diragukan lagi, Roh itu ditekankan di dalam Kisah Para Rasul. Tetapi mereka yang menerima Roh tidak pergi keluar dan mengajarkan Roh itu. Melainkan, mereka mengajarkan perkataan itu. Banyak ayat dalam Kisah Para Rasul memberitahu kita bahwa apa yang diajarkan oleh kelompok pertama kaum imani adalah firman itu. Penyebaran yang demikian dalam Kisah Para Rasul 8 membawa kabar baik dari firman itu (ay. 1). Orang-orang yang percaya dalam firman itu, menerima firman itu, dan firman itu menjadi begitu besar di mana firman itu bertumbuh dan bertambah banyak.
Firman ilahi adalah sesuatu yang benar-benar kita perlukan dan kita harus menjadi satu dengan Firman itu, penuh dengan Firman, dijenuhi oleh Firman, dan disusun oleh Firman itu. Kemudian ketika kita melayankan, kita melayankan Firman itu melalui Roh. Kita tidak melayankan Roh melalui Firman, tetapi kita melayankan Firman melalui Roh. Dalam pasal empat Kisah Para Rasul, ketika murid-murid dan rasul-rasul sedang berdoa, mereka dipenuhi dengan Roh dan mulai membicarakan firman itu dengan berani (Kis. 4:31). Mereka tidak mengajarkan Roh itu; Roh hanyalah kekuatan bagi mereka untuk mengajarkan firman itu.


Penentangan Kaum Agamawan Yahudi
Kisah Para Rasul 6:9-10
Tetapi tampillah beberapa orang dari jemaat Yahudi yang disebut jemaat orang Libertini. Orang-orang itu bersoal jawab dengan Stefanus, tetapi mereka tidak sanggup melawan hikmatnya dan Roh yang mendorong dia berbicara


Ayat Bacaan: Kis. 4:1-31, 5:17-42, 6:8-8:3; Mat. 26:59; Yoh. 2:19


Sewaktu kita membaca kitab Kisah Para Rasul, kita melihat bahwa seiring dengan makin bertumbuhnya firman dan bertambah banyaknya murid maka perlawanan, penentangan, dan serangan dari kaum agamawan Yahudi juga semakin meningkat (Kis. 4:1-31, 5:17-42, 6:8-8:3). Kisah Para Rasul 6:11-12 mengatakan, “Lalu mereka mempengaruhi beberapa orang untuk mengatakan: Kami telah mendengar dia mengucapkan kata-kata hujat terhadap Musa dan Allah. Dengan jalan demikian mereka menghasut orang banyak serta tua-tua dan ahli-ahli Taurat; mereka menyergap Stefanus, menyeretnya dan membawanya ke hadapan Mahkamah Agama”. Orang-orang Yahudi penentang menghasut orang banyak dan memutarbalikkan perkataan orang-orang beriman, sama seperti ketika mereka menyalibkan Tuhan, mereka memutarbalikkan perkataan yang Tuhan katakan dalam Yohanes 2:19.
Dalam Matius 5:11, Tuhan berkata, “Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat.” Ketika kita hidup untuk Kerajaan Surga berdasarkan sifat surgawinya, kita akan dicela, dianiaya, dan difitnah dengan segala yang jahat, terutama oleh kaum agamawan yang berpegang pada konsep agamawi tradisional mereka. Kaum agamawan Yahudi melakukan hal-hal itu terhadap para rasul pada masa awal Kerajaan Surga (Kis. 5:41; 13:45, 50; 2 Kor. 6:8; Rm. 3:8). Dalam 2 Timotius 3:11, Paulus pun berbicara tentang penganiayaan dan sengsara yang ditanggungnya di Antiokhia, Ikonium, dan Listra. Ayat 12 mengatakan, “Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya.” Kata “mau” di sini dalam bahasa aslinya juga berarti bertekad. Setiap orang yang mau, bertekad, menempuh hidup beribadah dalam Kristus Yesus akan mengalami penentangan dan penganiayaan.
Untuk tetap berdiri menghadapi penentangan dan penganiayaan kita juga perlu dipenuhi oleh Roh itu. Stefanus tetap mempertahankan keadaannya yang penuh dengan Roh Kudus. Meskipun orang yang menganiaya marah kepadanya, menggertakkan gigi kepadanya, tetapi ia tetap penuh dengan Roh Kudus. Sebab itu, ia bisa setia sampai mati, menjadi martir bagi Tuhan.


Peralihan Zaman Perjanjian Lama ke Perjanjian Baru
Kisah Para Rasul 6:14
Sebab kami telah mendengar dia mengatakan, bahwa Yesus, orang Nazaret itu, akan merubuhkan tempat ini dan mengubah adat istiadat yang diwariskan oleh Musa kepada kita


Ayat Bacaan: Mat. 11:13, 23:37-39, 24:2; Kis. 11:1-3, 15:1-5, 21:18-26


Menurut ayat 14, para penentang menuduh Stefanus mengatakan bahwa Yesus akan menghancurkan bait dan mengubah adat istiadat yang diwariskan oleh Musa. Ini menunjukkan bahwa pasti ada perkataan yang tersebar di antara kaum beriman tentang peruntuhan bait, seperti yang dinubuatkan Tuhan dalam Matius 23:37-39 dan 24:2, dan perkataan tentang pengakhiran zaman hukum Taurat, seperti yang dibicarakan Tuhan dalam Matius 11:13. Tak diragukan lagi, penentangan orang-orang Yahudi itu adalah hasutan Iblis untuk menghalangi ekonomi Perjanjian Baru Allah, dan dasar yang dipakai Iblis untuk menimbulkan penentangan ini adalah perubahan zaman, yang berlawanan dengan tradisi Yahudi. Ekonomi Perjanjian Baru Allah adalah untuk mendapatkan satu zaman baru yang mutlak terpisah dari Yudaisme. Ini melanggar tradisi-tradisi yang telah mereka warisi dari generasi ke generasi, karena itu orang-orang Yahudi marah dan bangkit menentang. Pada masa itu pergerakan Perjanjian Baru Tuhan sedang melalui masa transisi.
Menurut catatan Lukas dalam kitab ini, gereja di tengah-tengah orang-orang Yahudi, termasuk para rasul sebermula, tidak bisa dengan sukses melalui transisi ini, karena pengaruh latar belakang Yahudi yang masih ada dan tentangan yang menjerat dari kerabat Yahudi mereka. Dalam kitab ini, masalah ini terus-menerus mengganggu mereka (11:1-3; 15:1-5; 21:18-26). Bahkan Rasul Paulus pun dalam bahaya dibawa kembali kepada praktek-praktek Yahudi pada kunjungannya yang terakhir ke Yerusalem (21:20-26).
Hari ini kita juga berada dalam suatu masa transisi. Kita harus belajar untuk tidak memperhatikan tradisi apa pun dan tidak berada di dalam pengaruh agama mana pun. Kita perlu tepat dan mutlak bagi peralihan Tuhan supaya kita dibawa keluar dari tradisi dan dibawa kembali kepada ekonomi Perjanjian Baru Allah yang murni. Apakah ekonomi Perjanjian Baru Allah itu? Tidak lain Yesus Kristus, manusia Allah, sebagai segala sesuatu bagi kita. Dia adalah hukum kita, bait kita, dan segala sesuatu kita. Kiranya kita semua dibantu oleh Tuhan untuk melihat terang dari kebenaran-kebenaran ilahi dalam Alkitab, supaya kita dapat sepenuhnya dibawa masuk ke dalam ekonomi Perjanjian Baru Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar