Rabu, 03 Juli 2013

Khotbah untuk tanggal 27 Maret 2005

Menurut catatan Kejadian 1, pada hari ketiga Allah berfirman agar segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering. Saat itu, daratan atau tanah muncul dari laut. Pada hari ketiga, Tuhan kita bangkit dari alam maut. Jadi, tanah atau daratan dalam Kejadian 1:9-10 melambangkan Kristus sebagai "tanah" kita. Paulus menasihati agar kita berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia (Kol. 2:7). Kristus adalah tanah kita tempat yang di dalamnya dan olehnya kita hidup.
Dalam Perjanjian Lama, masalah tanah menjadi perhatian Allah. Allah memanggil Abraham keluar dari negerinya untuk pergi ke suatu negeri yang akan ditunjukkan-Nya, yaitu tanah Kanaan. Demikian juga, ketika orang-orang Israel berseru-seru kepada Tuhan karena perbudakan di Mesir, Tuhan mengutus Musa untuk melepaskan mereka dari Mesir dan menuntun mereka ke suatu negeri yang baik dan luas, negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya (Kel. 3:8). Begitu orang Israel memasuki tanah Kanaan, mereka segera mengundi milik pusaka itu dan membagi-bagikannya. Segala keperluan hidup mereka tergantung dari tanah bagian mereka.
Sebagaimana orang-orang Israel mendapatkan bagian tanah (Yos. 13:6; 14:1-5; 19:51), hari ini kita telah diberi bagian iman. Segala sesuatu yang Allah sediakan untuk kehidupan rohani kita ada pada bagian iman ini. Karena itu, kita perlu mengucap syukur atas bagian iman yang telah Tuhan berikan kepada kita.


Bagian tanah yang diundikan kepada bangsa Israel sungguh sangat baik. Tanah itu luas (Kel. 3:8) juga berbukit-bukit, suatu negeri yang tinggi dan unggul (Ul. 32:13). Kekayaannya pun tak terduga; ada air, ada enam jenis makanan dari dunia nabati; ada madu dan susu (perpaduan nabati dan hewani); ada besi dan tembaga. Ulangan 8:7-9, "… suatu negeri dengan sungai, mata air dan danau, yang keluar dari lembah-lembah dan gunung-gunung; suatu negeri dengan gandum dan jelainya, dengan pohon anggur, pohon ara dan pohon delimanya; suatu negeri dengan pohon zaitun dan madunya; suatu negeri, di mana engkau akan makan roti dengan tidak usah berhemat, di mana engkau tidak akan kekurangan apa pun; suatu negeri, yang batunya mengandung besi dan dari gunungnya akan kaugali tembaga." Tanah yang luar biasa!
Ayat-ayat di atas mengatakan bahwa ada aliran (sungai), danau, dan mata air yang keluar dari lembah-lembah dan gunung-gunung. Tetapi Ulangan 11:11 juga menerangkan, bahwa negeri ini "mendapat air sebanyak hujan yang turun dari langit." Jadi, gunung maupun lembah bukanlah sumbernya, sumbemya adalah langit! Semua air hidup dan aliran air berasal dari sorga; sumbernya berada di sorga. Ini memberitahu kita, bahwa negeri ini adalah "… suatu negeri yang dipelihara oleh TUHAN" (Ul. 11:12).
Selain itu, ada pohon anggur yang memproduksi arak, untuk menyukakan hati Allah dan manusia (Hak. 9:13). Ada juga pohon zaitun yang memproduksi minyak, dipakai khusus untuk menghormati Allah dan manusia (Hak. 9:9).
Tanah Kanaan yang penuh kelimpahan tersebut, menjadi bagian orang Israel agar mereka tersuplai dengan segala sesuatu yang mereka butuhkan untuk mendirikan rumah Allah dan kerajaan-Nya di bumi. Hari ini, kita yang telah percaya Tuhan juga menerima bagian iman yang dilambangkan oleh tanah yang kaya, yang dapat memenuhi segala keperluan rohani kita sehingga kita bisa hidup di bawah pemerintahan-Nya bagi kehendak-Nya di atas bumi.

Ibrani 11:1 memberikan definisi iman, "Iman adalah dasar (substansiasi) dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat." Kata "substansi" mudah dipahami. Misalnya, substansi meja kayu adalah kayu; dan substansi lempengan logam adalah besi. Sedangkan arti kata "substansiasi" adalah "kesanggupan untuk memahami substansi". Misalnya, bila Anda melihat sebuah meja kayu, Anda segera tahu bahwa substansinya adalah dari kayu. Kemampuan ini, kesanggupan ini, adalah substansiasi (substantiating).
Semua unsur dalam dunia materi ini nyata, demikian pula semua perkara dalam dunia rohani. Namun Anda memerlukan satu "organ" untuk dapat melihat dan mendengar hal-hal rohani. Apakah "organ" itu? "Organ" itu adalah iman!
Iman adalah satu organ yang sangat penting, seperti halnya mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, hidung untuk mencium. Iman adalah organ untuk mensubstansiasi segala perkara rohani ke dalam kita.
Tanpa iman, segala perkara rohani akan seperti tidak ada bagi kita. Tanpa iman, semua perkara rohani menjadi tidak masuk akal dan hanya berupa khayalan bagi kita. Alangkah pentingnya iman. Dengan iman inilah kita dapat menerima semua fakta-fakta dalam Alkitab. Itulah sebabnya iman berbeda dengan persetujuan yang merupakan hasil pemikiran. Puji Tuhan, Ia telah memberikan kepada kita bagian iman yang begitu limpah.

Dunia di sekitar kita terdiri dari miliaran obyek dengan berbagai warna dan bentuk. Di dalam tubuh manusia kita, juga ada berbagai obyek dan benda yang tersusun menjadi suatu dunia tersendiri. Dunia yang di luar kita sering berkontak dengan dunia yang di dalam kita. Alat penengah yang menghubungkan kedua dunia itu pada pokoknya dikenal sebagai pancaindera. Kalau seseorang telah kehilangan fungsi pancainderanya, ia akan sangat sulit menyalurkan apa yang ada di dunia luar itu ke dalam dirinya.
Dalam dunia ini ada berbagai macam warna. Tetapi kalau seseorang tidak memiliki mata, maka berbagai macam warna itu tidak dapat masuk ke dalam dirinya, dan ia tidak akan memahami keindahan semuanya itu, karena ia tidak memiliki kemampuan untuk mensubstansiasi warna-warna itu. Di samping itu, ada hal-hal yang perlu kita dengar. Melalui mendengar, hal-hal itu baru dapat masuk ke dalam kita. Kalau kita tidak memiliki telinga, kita tidak akan memiliki hubungan dengan suara. Ada juga hal-hal yang memerlukan alat pengecap kita, ada pula yang memerlukan alat penciuman kita. Fungsi pancaindera kita adalah mengalihkan semua hal obyektif itu ke dalam diri kita supaya menjadi pengalaman subyektif kita. Kalau kita tidak memiliki pancaindera, obyek-obyek luaran itu tetap akan di luar kita, mereka tidak dapat masuk ke dalam kita. Antara yang di dalam dan yang di luar selamanya akan terpisah. Yang dilakukan oleh pancaindera kita adalah pekerjaan substansiasi (substantiating).
Saudara saudari, apakah perkara-perkara rohani itu ada? Kita tidak dapat memastikannya dengan pancaindera kita! Terhadap perkara rohani, pancaindera kita sama sekali tidak berguna. Terhadap perkara rohani, mata kita seperti buta, telinga kita seperti tuli, hidung kita seperti buntu, lidah kita tawar, semua indera kita tumpul. Kalau hanya mengandalkan pancaindera, Anda pasti berkesimpulan tidak ada Allah, tidak ada satu perkara pun yang disebut perkara rohani. Sebenarnya, bukannya tidak ada substansi, melainkan tidak ada kemampuan mensubstansiasi. Itulah sebabnya kita harus bersyukur untuk bagian iman kita. Tanpa organ ini, segala perkara rohani gelap bagi kita. Haleluya.

Kata "sama berharganya" dalam ayat 1, bahasa aslinya adalah "isotimos" yang artinya sama nilainya, sama jenisnya, atau sama kehormatannya. Dengan demikian, meskipun tidak sama dalam ukurannya, tetapi tetap sama dalam nilai, kehormatan, dan mutunya. Hal ini dapat kita lihat dari bagian tanah yang diundikan untuk bangsa Israel. Ukuran tanah yang mereka terima berbeda-beda, tetapi mutunya tetap sama.
Mengetahui bahwa kita juga memiliki bagian iman yang sama berharganya seperti bagian iman rasul Petrus, merupakan hiburan dan dorongan yang besar, khususnya bagi kaum beriman yang menjadi musafir di tanah kafir pada masa itu. Seolah-olah Petrus ingin mengatakan bahwa meskipun mereka menghadapi banyak penderitaan dalam perantauan, mereka pasti bisa melampaui semuanya karena iman yang Tuhan berikan sama berharganya.
Watchman Nee mati martir setelah dipenjarakan 20 tahun. William Tyndale dihukum mati pada tanggal 6 Oktober 1536 karena menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Inggris. Gottlob Bruckner (1814-1857), misionaris dari Jerman, dengan mengorbankan segalanya, menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Jawa, sehingga membuka pintu Injil bagi orang Jawa. Dan masih banyak saksi-saksi yang telah mendahului kita. Mereka bisa bertahan melalui berbagai kesulitan dan tetap setia sampai akhir karena memiliki iman yang berharga ini. Haleluya, kita juga memiliki bagian iman yang sama berharganya seperti mereka.

Efesus 2:12 mengatakan, "Bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia." Inilah kondisi kita dahulu. Lalu bagaimana mungkin kita sekarang dapat menerima bagian iman yang sama berharganya dengan rasul Petrus? Puji Tuhan! Jawabannya adalah di dalam kebenaran Allah dan Juruselamat kita Yesus Kristus.
Dua aspek kebenaran ini, yaitu kebenaran Allah dan Juruselamat kita Yesus Kristus, dapat juga kita lihat dalam Keluaran 12, yaitu kisah mengenai keluarnya bangsa Israel dari tanah Mesir. Saat itu, mereka harus menyembelih anak domba Paskah dan darahnya dioleskan di tiang pintu dan ambang pintu rumah orang Israel. Allah berfirman, "Apabila Aku melihat darah itu, maka Aku akan lewat dari pada kamu." (Kel 12:13). Jadi, karena darah domba yang tersembelih itulah Allah tidak menghukum mereka.
Demikian juga, Tuhan sebagai Juruselamat kita, telah menumpahkan darah-Nya untuk merampungkan penebusan bagi kita. Inilah tindakan kebenaran Juruselamat kita. Karena penebusan Juruselamat kita Yesus Kristus (Rm. 3:24-25), Allah harus membenarkan semua orang beriman dalam Kristus (Rm. 3:26), baik orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi (Rm. 8:30). Karena Allah telah membenarkan kita, maka kita bisa mendapat bagian iman yang sama berhargarnya itu. Inilah yang dimaksud dengan kebenaran Allah dan Juruselamat kita Yesus Kristus.
Perkataan Petrus mengenai kebenaran Allah dan Juruselamat kita menunjukkan bahwa zaman telah berubah. Dalam Perjanjian Lama, orang-orang diberkati berdasarkan kebenaran mereka (Rm. 10:3) menurut hukum Taurat (Flp 3:9). Tetapi sekarang, dalam Perjanjian Baru, Allah memberi kita bagian iman yang sangat berharga bukan karena kebenaran kita sendiri menurut hukum Taurat, tetapi karena kebenaran-Nya menurut penebusan Kristus. Haleluya, kebenaran ini menjadi jaminan kita yang kuat untuk selalu menikmati bagian iman kita yang sangat berharga.

Dalam ayat 2 ini, Petrus seolah-olah ingin menunjukkan bahwa untuk mengalami bagian iman yang luar biasa itu, kita perlu kasih karunia. Saat berada dalam situasi yang begitu menekan, kadang-kadang kita ingin lari, meninggalkan semuanya. Kita lupa atau bahkan tidak peduli dengan bagian iman yang luar biasa yang telah kita terima. Saat inilah kita perlu kasih karunia. Puji Tuhan untuk kasih karunia yang cuma-cuma dan selalu tersedia. Kasih karunia berfungsi untuk menopang, menunjang, dan menguatkan kita, juga menutupi dan melindungi kita. Tuhan juga ingin hati kita terpelihara oleh damai sejahtera yang melampaui segala akal. Tetapi semua itu tidak diberikan-Nya dalam porsi kecil. Ia ingin memberi kita dengan berlimpah-limpah.
Tanpa kasih karunia, tidak seorang pun dapat memiliki iman dan kasih. Kita perlu sadar bahwa adalah sesuatu yang luar biasa jika kita dapat percaya kepada Yesus dan bahkan mengasihi Dia yang tidak pernah kita lihat. Inilah kasih karunia yang berlimpah-limpah. Secara sederhana, kasih karunia berarti Allah datang untuk menggantikan manusia (Yoh. 1:14, 16, 17). Ketika Paulus tidak tahan dengan duri dalam dirinya, ia berdoa tiga kali kepada Tuhan. Tetapi Tuhan berkata, "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna" (2 Kor. 12:9a). Itulah sebabnya Paulus dapat berkata, "Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku" (2 Kor. 12:9b).

Istilah "pengenalan yang penuh" dalam bahasa aslinya adalah "epignosis". Kata ini menunjukkan suatu pengenalan yang dalam, tuntas, dan bersifat pengalaman.
Lukas pasal 7 mengisahkan seorang perwira yang hambanya sedang sakit. Tetapi tatkala Tuhan tidak jauh lagi dari rumah perwira itu, perwira itu menyuruh sahabat-sahabatnya untuk mengatakan kepada-Nya: "Tuan, janganlah bersusah-susah, ... Tetapi katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya (Luk. 7:6-8)." Begitu mendengar perkataan ini, Tuhan Yesus merasa heran, Ia berkata, "Iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun di antara orang Israel!" (Luk. 7:9).
Mengapa Tuhan Yesus merasa begitu heran? Karena perwira ini mengenal kuasa Allah dan segala pengaturan di dalam otoritas Allah. Ia mengenal realitas Kerajaan Sorga. Hati Allah damba untuk mendapatkan realitas Kerajaan Sorga di atas bumi. Apakah realitas Kerajaan Sorga itu? Realitas Kerajaan Surga adalah: Bapa berkata pergi, maka Putra pergi; Bapa berkata datang, maka Putra datang; Allah Tritunggal berkata kepada kita pergi, maka kita pergi; Allah Tritunggal berkata kepada kita datang, maka kita datang.
Karena pengenalannya akan Tuhan, maka walaupun perwira itu seorang kafir, ia dapat mengalami kasih karunia dan damai sejahtera yang melimpahi dirinya dan hambanya. Dari manakah perwira itu memiliki pengenalan akan Tuhan kita? Pasti ia pernah mendengarnya, kemudian perkataan itu tersimpan di hatinya sehingga begitu situasi tertentu muncul, pengenalan itu menjadi pengalamannya atas kasih karunia yang berlimpah-limpah.
Kita perlu belajar menyimpan firman Tuhan di hati kita, juga belajar mencernanya. Semakin kita mengenal Allah, semakin kita mengalami kasih karunia dan damai sejahtera. Tinggal di dalam Ruang Maha Kudus, dan bukan hanya sekali-kali berkunjung ke sana, adalah cara terbaik untuk mengenal rahasia kasih karunia dan damai sejahtera.

Dalam Perjanjian Lama, Allah dengan kekuatan-Nya yang besar memimpin dan menuntun bangsa Israel. Ulangan 26:8, "Lalu TUHAN membawa kami keluar dari Mesir dengan tangan yang kuat dan lengan yang teracung, dengan kedahsyatan yang besar dan dengan tanda-tanda serta mujizat-mujizat." Selain itu Ulangan 32:11, 12 juga mengatakan, "Laksana rajawali menggoyangbangkitkan isi sarangnya, melayang-layang di atas anak-anaknya, mengembangkan sayapnya, menampung seekor, dan mendukungnya di atas kepaknya, demikianlah TUHAN sendiri menuntun dia, dan tidak ada allah asing menyertai dia."
Dalam Perjanjian Baru, Allah menggunakan kuasa ilahi-Nya untuk menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berhubungan dengan hayat dan ibadah. Paulus menunjukkan betapa hebat kuasa ilahi ini dalam Efesus 1:19-21, "Betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya yang besar, yang dikerjakan-Nya di dalam Kristus dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati dan mendudukkan Dia di sebelah kanan-Nya di surga, jauh lebih tinggi dari segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan dan tiap-tiap nama yang dapat disebut, bukan hanya di dunia ini saja, melainkan juga di dunia yang akan datang."
Syukur kepada Tuhan, karena kuasa ilahi yang sedemikian inilah kita, orang berdosa ini, berbagian dalam hayat-Nya.

Dalam 2 Petrus 1:3, Petrus mengatakan bahwa kuasa ilahi ini telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berhubungan dengan hayat dan ibadah. Ini berarti berbagai aspek kelimpahan Allah Tritunggal yang kita perlukan untuk menempuh kehidupan rohani sehingga bisa menampilkan Allah dalam kehidupan kita.
Hayat yang dimaksud disini bukanlah hayat manusia kita (Yunani: Bios atau psuche) yang merupakan hayat ciptaan, bersifat sementara, lemah dan rapuh. Hayat ini adalah hayat Allah (Yunani "Zoe") yang merupakan hayat non ciptaan, ilahi, kekal, tidak bisa binasa, tidak dapat cemar, tidak dapat layu. Hayat yang tahan menghadapi segala pencobaan, bahkan dapat melampaui pencobaan itu tanpa mengubah mutunya. Hayat ini bahkan telah melalui kematian di atas salib dan dikuburkan. Tetapi hayat ini mengalahkan kematian. Hayat ini telah mengalahkan maut, yang merupakan musuh terbesar kehidupan. Hayat ini adalah hayat kebangkitan, bahkan dia terangkat dan ditinggikan. Hayat ini adalah Kristus (Kol. 3:4). Untuk menyiapkan hayat yang sedemikian inilah diperlukan kuasa ilahi yang besar. Hayat yang sedemikian ini sekarang ada di dalam kita! Haleluya.
Sekarang kita tahu mengapa para rasul dan saksi-saksi di depan kita bisa begitu hebat. Mereka bekerja sama dengan Allah bersandarkan hayat ini, bukan bersandarkan karunia apa pun. Hayat ini dapat menahan perlakuan macam apa pun, dapat menerima lingkungan macam apa pun, dapat bekerja dalam keadaan apa pun.
Selain hayat, Allah juga menganugerahkan ibadah. Ibadah dalam bahasa Inggris adalah godliness. Ibadah bukanlah sekadar kesalehan yang dihasilkan dari pekerti manusia. Ibadah sebenarnya berarti menjadi seperti Allah (Godlikeness), mengekspresikan Allah dalam segala hal, dalam perkataan, dalam tingkah laku, dalam kasih, dalam iman, dan dalam kemurnian (1Tim. 4:12).
Semua pemberian Tuhan itu serba kaya, serba cukup, karena itu marilah kita menguatkan tangan yang lemah lesu dan lutut yang goyah (Ibr. 12:12; Yes. 35:3). Marilah kita saling menghibur dan juga saling menasihati untuk menikmati semua yang telah Tuhan sediakan.

Ayat 3 dan 4 menunjukkan kepada kita suplai ilahi bagi setiap orang yang percaya. Namun Petrus mengingatkan bahwa semua itu adalah melalui "… pengenalan kita yang penuh akan Dia yang telah memanggil kita oleh kemuliaan dan kebajikan-Nya". Panggilan Kristus pada awalnya membangkitkan iman. Setelah itu panggilan ini masih terus berulang sepanjang hidup orang Kristen. Panggilan ini mengarahkan kita pada pengenalan yang lebih dalam dan kaya akan persona Kristus. Panggilan ini juga membangkitkan kedambaan bagi pertumbuhan rohani dan pelayanan.
Kisah hidup Abraham menunjukkan hal ini. Sewaktu Abraham masih di Ur Kasdim, Allah yang maha mulia menampakkan diri pada Abraham dan memanggilnya (Kis. 7:2-4; Kej. 11:31). Tetapi Abraham tidak sepenuhnya menjawab panggilan tersebut, ini membuat Allah memanggilnya lagi (Kej. 12:1). Allah memanggil Abraham dengan kemuliaan-Nya, yang merupakan daya tarik yang sangat besar bagi Abraham, yang memisahkan (menguduskan) dia dari dunia kepada Allah (Kel. 29:43). Kemuliaan ini juga adalah dorongan dan tenaga yang sangat besar, yang memungkinkan dia mengikuti Allah (Kej. 12:1, 4).
Syukur pada Tuhan, dalam prinsip yang sama, Allah memanggil kaum beriman Perjanjian Baru dengan kemuliaan-Nya. Ia juga memanggil kita berkali-kali sehingga perlahan-lahan hidup kita makin mutlak bagi Dia.
Kita perlu berdoa agar melalui undangan atau telepon kita, kaum saleh yang lemah juga dapat merasa terpanggil oleh Tuhan.

Kali pertama Tuhan memanggil Petrus adalah melalui Andreas, saudaranya, "Kami telah menemukan Mesias" (Yoh. 1:41). Berita ini membuatnya penuh gairah pergi melihat Tuhan. Begitu melihatnya, Tuhan berkata, "Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas (artinya Petrus)" (Yoh. 1:42). Saat itu seharusnya Petrus bertanya kepada Tuhan, mengapa namanya diubah, tetapi Petrus tidak bertanya. Ia telah melihat dan mendengarkan Tuhan, juga mendapatkan nama baru, tetapi ia tetap pergi menjala ikan lagi. Ini menjelaskan bahwa wahyu dan visi yang ia dapatkan, belum memberinya pengaruh yang kuat saat itu.
Kali kedua Tuhan menyatakan diri kepada Petrus (berselang kurang lebih satu tahun), Tuhan terlebih dulu menyembuhkan sakit mertuanya (Luk. 4:38, 39), kemudian naik ke atas kapalnya untuk menyampaikan firman Allah (Luk 5:3). Setelah itu, Tuhan membuat mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak. Kedua perahu yang mengangkut ikan itu pun hampir tenggelam karena banyaknya ikan. Saat inilah Petrus mulai sedikit mengenal bahwa Orang ini adalah Kristus. Ia juga mulai sedikit bereaksi dengan berkata, "Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa" (Luk. 5:8). Tuhan pun segera menjawab, "Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia" (Luk. 5:10). Mulailah Petrus mengikuti Tuhan.
Kali ketiga Tuhan menyatakan diri kepada Petrus adalah di Kaisarea Filipi. Tuhan bertanya kepada murid-murid-Nya, "Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?" (Luk. 16:13). Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" (Mat. 16:16). Sesungguhnya, dari semula Petrus sudah diberitahu oleh Andreas bahwa Yesus adalah Kristus (Yoh. 1:41). Tetapi kali ini, ia sendiri memproklamirkan, memberikan satu kesaksian bahwa Yesus adalah Mesias. Itulah sebabnya Tuhan berkata, "Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya." Sesuatu yang dia lihat ini, mengubah hidupnya, mengubah keberadaannya, mengubah nilai keberadaannya, juga mengubah makna hidupnya.a.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar