Di negara mana pun, kepercayaan tentang hantu wanita yang gentayangan tetaplah ada. Jika di tanah air ia disebut kuntilanak atau sundal bolong, di Filipina dikenal dengan nama aswang atau white lady. Bahkan beberapa waktu yang lalu sebuah acara TV terkenal di Filipina, Magandang Gabi Bayan, menayangkan secara khusus kisah seputar Aswang, seperti tempat kejadian, saksi-saksi, atau pun orang yang dapat berubah atau berhubungan dengan makhluk-makhluk tersebut.
Kisah berikut ini saya dapatkan dari Mang Juan Kulot, seorang pengemudi tricycle (kendaraan roda tiga/becak ala Filipina) langganan saya ke kampus. Menurut Mang Kulot, di daerah Balete Drive, Quezon City, sering disebut-sebut ada white lady. Struktur dan kondisi daerah itu memang menyeramkan, karena masih banyak rumah besar dan kuno gaya Spanyol dengan halaman luas ditumbuhi pohon-pohon besar. Pokoknya merindinglah bulu kuduk kalau lewat jalan itu pada malam hari.
Suatu malam Mang Kulot mendapat penumpang yang minta diantar ke Barangay Mariana. Sepulangnya, mau tidak mau ia harus melalui Balete Drive. Di tengah gelap gulita, lampu tricycle-nya menyorot sesosok wanita berseragam perawat yang serba putih. Wanita itu menyetopnya dan minta diantar ke gereja Karmel (kira-kira 1 km dari lokasi itu).
Dengan rasa heran campur takut, Mang Kulot pun mengangkutnya. Dia sudah sering mendengar bahwa di jalan inilah banyak orang bertemu dengan White Lady. "Hantukah ini? Tapi, kenapa minta diantar ke gereja?" pikirnya sambil kadang-kadang mencuri pandang lewat kaca spion.
Mang Kulot menancap tricycle-nya dengan kecepatan tinggi tanpa mempedulikan jalan yang berlubang-lubang. Ia ingin cepat sampai ke tujuan dan bertemu dengan orang lain agar bisa dimintai pertolongan kalau ada apa-apa.
Memasuki daerah yang diterangi lampu jalan, Mang Kulot sekali lagi mengintip ke spion. Tapi, astaga, wanita itu sudah tidak ada alias ...hilang! Bak kesetanan, ia memacu kendaraannya pulang. Sesampainya di rumah, dengan wajah pucat, ia menceritakan hal tersebut kepada istrinya. Tetangga pun segera bergerombol karena mendengar ada ribut-ribut. Mengetahui Mang Kulot baru bertemu White Lady, seorang tua tetangganya mencoba menafsirkan tanda di balik peristiwa ini. Menurut dia, itu adalah pertanda sial bagi Mang Kulot sekeluarga. Maka ia menasihati Mang Kulot agar tidak "narik" selama beberapa hari.
Dua hari Mang Kulot menuruti nasihat itu. Tapi pada hari ketiga, pikiran Mang Kulot berubah. Apalagi asap knalpot tricycle berhenti berarti berhenti juga asap dapurnya. Maka sore sekitar jam 15.00 ia pun keluar mencari nafkah. Saat itu udara mendung berat. Ia berharap banyak penumpang yang ingin cepat pulang.
Betul saja, ia langsung dapat penumpang. Tapi sialnya, ia harus kembali melalui Balete Drive. Astaga, sepulangnya, lagi-lagi ia bertemu wanita yang minta diantar ke tempat yang sama. Ingin rasanya Mang Kulot menangis minta tolong, tetapi tak ada seorang pun yang dilihatnya, apalagi gerimis mulai turun.
Dalam ketakutan, ia memacu tricycle-nya sambil sekali-sekali mengintip lewat kaca spion. Setiap kali mengintip, ia menemukan White Lady tetap di sana. Ia semakin bergidik ketakutan. "Pasti wanita ini penunggu jalan ini," pikir Mang Kulot.
Sampai akhirnya saat ia mengintip lagi lewat kaca spion, wanita itu ternyata sedang menatapnya dengan muka setengah marah. Kaget, karena ternyata sedang diamati, Mang Kulot secara refleks menancap gas membuat kendaraannya melaju kencang. Namun akibat jalan yang berlubang-lubang, tricycle-nya seperti terpental-pental. Mang Kulot yang kalut hampir pingsan, ketika lengannya dicengkeram wanita itu.
Tetapi, tanpa disangka-sangka wanita itu hanya berteriak, "Pak, jalannya jangan ngebut, nanti bisa-bisa saya jatuh lagi seperti malam yang lalu!"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar