Allah telah Membuat Yesus Menjadi Tuhan dan Kristus
Kisah Para Rasul 2:36
Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus
Ayat Bacaan: Kis. 2:22-36; Mat. 1:16; Luk. 1:43; Yoh. 11:21, 20:28
Sesuai dengan pokok kitab Kisah para rasul yaitu “Pengembangbiakan Kristus yang bangkit dalam kenaikan-Nya, oleh Roh, melalui murid-murid untuk menghasilkan gereja-gereja—Kerajaan Allah”. Maka di sini kita dapat melihat mulai dari pasal dua ada sebuah pengembangbiakan Kristus melalui murid-murid. Pengembangbiakan ini dimulai oleh Tuhan Yesus sendiri. Kemudian melalui kematian dan kebangkitan-Nya Dia mendapatkan murid-murid dan terus berkembang sampai kita hari ini.
Pasal 2:22-36 adalah pemberitaan pertama Petrus kepada orang-orang Yahudi. Dia mempersaksikan Yesus dalam pekerjaan, kematian, kebangkitan, dan kenaikan-Nya. Sebagai Allah, Tuhan selamanya adalah Tuhan (Luk. 1:43; Yoh. 11:21; 20:28). Tetapi sebagai manusia, Dia dijadikan Tuhan di dalam kenaikan-Nya setelah Dia membawa keinsanian-Nya ke dalam Allah di dalam kebangkitan-Nya. Pekerjaan Roh Kudus yang pertama kali pada hari Pentakosta, membuat orang-orang yang mendengar merasa tertusuk hatinya. Apakah yang didengar oleh mereka? Mereka mendengar “Allah telah membuat Yesus, yang telah kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus.” Artinya, di antara kita dengan Kristus telah timbul masalah, kita tidak memiliki hubungan yang wajar dengan Kristus, kita telah bermasalah dengan Allah. Kristus telah ditetapkan oleh Allah, tetapi kita malah telah membunuh-Nya. Sebab itu, setelah mereka mendengar perkataan ini, hati mereka sangat tertusuk. Hati mereka tertusuk bukan karena mereka tidak rukun dengan saudara, bukan karena perjudian, bukan karena memukul orang, bukan karena membunuh orang, bukan karena melakukan kejahatan, melainkan karena mereka tidak memiliki hubungan yang wajar dengan Kristus. Mereka mendengar, hati mereka sangat tertusuk, lalu mereka bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul yang lain, “Apakah yang harus kami perbuat?’ Perhatikanlah jawaban Petrus: “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus.” Petrus menyuruh mereka (1) bertobat dan (2) dibaptis. Melalui bertobat dan dibaptis, Tuhan menjadi Tuhan dalam roh kita. Sebagai Sang Terurap Dia pun meraja, bertahta dan memerintah di dalam hati kita.
Bertobatlah dan Dibaptis dalam Nama Yesus Kristus
Kisah Para Rasul 2:38
Jawab Petrus kepada mereka: “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus
Ayat Bacaan: Kis. 2:37-38
Setelah Petrus membicarakan mengenai Tuhan Yesus dalam pekerjaan, kematian, kebangkitan, dan kenaikan-Nya, ia menyuruh dan menganjuri orang-orang yang digerakkan Roh itu supaya bertobat, dibaptiskan, dan diselamatkan (ay. 37-41). Kisah Para Rasul 2:37-38 mengatakan, “Ketika mereka mendengar hal itu hati mereka sangat tersayat (TL.), lalu mereka bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul yang lain: Apa yang harus kami perbuat saudara-saudara? Jawab Petrus kepada mereka: Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia, yaitu Roh Kudus.” Di sini Petrus mula-mula menyuruh orang-orang untuk bertobat. Bertobat adalah mengalami perubahan pikiran yang menghasilkan penyesalan dan mengalihkan tujuan.
Setelah mengalami pertobatan maka langkah berikutnya yang seharusnya diambil adalah dibaptis. Membaptis orang-orang adalah mencelupkan mereka, menguburkan mereka ke dalam air, yang melambangkan kematian. Menyuruh orang yang bertobat untuk dibaptis menunjukkan bahwa orang yang bertobat itu tidak ada gunanya lagi selain untuk dikuburkan. Karena itu, baptisan melambangkan pengakhiran manusia lama supaya permulaan yang baru dapat direalisasikan dalam kebangkitan oleh Kristus sebagai Pemberi-hayat. Baptisan dalam Alkitab menyiratkan kematian dan kebangkitan.
Begitu kita beroleh selamat, hasilnya adalah kebangkitan. Bukan Tuhan yang mengubah kita, melainkan Tuhan yang memberi kita satu hayat, supaya batin kita hidup. Tidak saja pada hari kita beroleh selamat demikian, sampai hari ini pun, pekerjaan Tuhan di atas diri kita, semuanya berdasarkan prinsip kebangkitan. Menurut prinsip ini, kita seharusnya setiap hari menempuh kebangkitan. Bukan setiap hari memperbaiki diri, melainkan setiap hari bangkit. Kita perlu setiap hari membiarkan hayat kebangkitan bekerja di dalam kita, supaya kita terlepas dari kubur dan ikatan, terlepas dari terpendam, juga terlepas dari pengikatan yang membuat kita tidak bebas. Barang-barang yang mengubur kita, hal-hal yang mengikat kita, semuanya terlepas dari kita karena hayat kebangkitan bekerja di dalam diri kita.
Pengampunan Dosa dan Menerima Karunia Roh Kudus
Kisah Para Rasul 2:38
Jawab Petrus kepada mereka: “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus
Ayat Bacaan: Kis. 2:38; 8:15-17; 19:2-6; 10:43; Ef. 1:7; 1 Kor. 12:4, 15:3; Rm. 12:6; 1 Ptr. 4:10
Menurut Kisah Para Rasul 2:38, baptisan dalam nama Yesus Kristus adalah untuk pengampunan dosa-dosa. Pengampunan dosa-dosa adalah berdasarkan penebusan Kristus yang digenapkan melalui kematian-Nya (10:43; Ef. 1:7; 1 Kor. 15:3). Ini merupakan berkat pertama dan mendasar dari keselamatan Allah yang sempurna. Berdasarkan ini berkat keselamatan Allah yang sempurna terus maju dan rampung pada saat seseorang menerima karunia Roh Kudus.
Dalam 2:38 Petrus menyuruh orang-orang untuk bertobat, dibaptis untuk pengampunan dosa-dosa, dan mereka akan menerima karunia Roh Kudus. Karunia Roh Kudus ini bukan karunia apa pun yang diberikan oleh Roh itu, seperti yang disebutkan dalam Roma 12:6, 1 Korintus 12:4, dan 1 Petrus 4:10; melainkan Roh Kudus sendiri, yang Allah berikan kepada orang-orang beriman dalam Kristus sebagai karunia satu-satunya yang menghasilkan semua karunia yang disebut dalam Roma 12, 1 Korintus 12, dan 1 Petrus 4.
Dalam Injil Tuhan bertujuan agar manusia mendapatkan pengampunan dosa-dosa, juga agar manusia menerima karunia Roh Kudus (Kis. 2:38) dan warisan ilahi (Kis. 26:8). Ketika kita bertobat dan berpaling kepada Allah, maka dosa-dosa kita diampuni, kita menerima karunia Roh Kudus dan warisan ilahi. Roh Kudus, yang adalah Allah Tritunggal yang telah melalui proses menjadi Roh yang almuhit, diberikan kepada kita ketika kita bertobat menjadi berkat almuhit dari Injil penuh Allah (Gal. 3:14) supaya kita dapat menikmati segala kekayaan Allah Tritunggal. Warisan ilahi ini adalah Allah Tritunggal sendiri, bersama dengan segala yang dimiliki-Nya, segala yang telah Dia kerjakan, dan segala yang hendak Dia kerjakan untuk umat tebusan-Nya. Allah Tritunggal ini terwujud di dalam Kristus yang almuhit (Kol. 2:9) menjadi bagian orang-orang kudus (Kol. 1:12). Roh Kudus, yang diberikan kepada orang-orang kudus, adalah pencicipan, meterai dan jaminan warisan ilahi ini (Ef. 1:14), yang kita bagikan dan nikmati hari ini sebagai pencicipan dalam ekonomi Perjanjian Baru Allah, dan kita akan berbagian dan menikmati sampai puncaknya di zaman akan datang dan dalam kekekalan (1 Ptr. 1:4).
Berilah Dirimu Diselamatkan
Kisah Para Rasul 2:40
Dan dengan banyak perkataan lain lagi ia memberi suatu kesaksian yang sungguh-sungguh dan ia mengecam dan menasihati mereka, katanya: “Berilah dirimu diselamatkan dari angkatan yang jahat ini.”
Ayat Bacaan: Kis.1:4, 36, 41; Luk 14:21
Sebab bagi kamulah janji itu (Kis. 2:39). Di sini kata “janji” menunjukkan Roh Kudus. Pada hari Pentakosta, Roh Kudus siap dicurahkan sebagai berkat penuh dari keselamatan Allah, siap untuk diterima manusia. (Kis 1:4). Namun menurut Kisah Para Rasul 2:41, hanya kira-kira tiga ribu jiwa yang menerima injil yang diberitakan Petrus dan mereka semua dibaptis. Itu hanyalah sejumlah kecil dari orang-orang yang ada di Yerusalem pada waktu itu. Meskipun ada beribu-ribu orang Yahudi di kota itu, hanya tiga ribu jiwa yang diselamatkan pada hari Pentakosta, sekalipun Roh Kudus telah dicurahkan. Ini menunjukkan bahwa orang-orang Yahudi itu masih sangat tegar tengkuk. Dalam hal ini kita nampak kedegilan generasi yang bengkok itu. Tidaklah mengejutkan bahwa Petrus berkata, “Berilah dirimu diselamatkan dari generasi yang bengkok ini! (T.L.)” Kehidupan semacam ini adalah kehidupan yang bersifat aktif-pasif. “Berilah dirimu diselamatkan...” (Kis 2:40). Di sini frase “berilah dirimu” adalah bersifat aktif, dan kata “diselamatkan” adalah bersifat pasif. Keselamatan hanya dapat dikerjakan oleh Allah, tetapi manusia perlu dengan aktif menerima apa yang akan Allah lakukan. Dalam hal ini Allah sedang menunggu manusia, karenanya manusia perlu mengambil inisiatif. Kita semua mengasihi Tuhan, dan kita senang melihat orang beroleh selamat. Kehendak Allah adalah menyelamatkan semua orang. Tetapi kita sendiri perlu mengambil inisiatif untuk bekerja sama dengan Allah melalui menginjil kepada orang lain. Tidak dapatkah kita membawa satu orang kepada Tuhan dalam setahun?
Seorang saudari Amerika yang buta, Fanny Crosby, menulis kidung, “Kabarkanlah Injil, S’lamatkan Jiwa”. Tetapi jika kita hanya tahu menyanyikan kidung itu namun kita tidak pergi keluar memberitakan Injil, itu hanyalah seperti petir tanpa hujan. Kita hanya menyanyi, tetapi tidak pergi menyelamatkan jiwa. Jangan mengatakan kita tidak ada waktu. Kita perlu dengan aktif memberikan diri kita kepada Allah untuk diselamatkan dari kemalasan kita. Kita harus menyisihkan hari dan waktu khusus dalam seminggu untuk memberitakan Injil dan memimpin mereka untuk menerima keselamatan.
Persekutuan dan Pengajaran Rasul-rasul
Kisah Para Rasul 2:42
Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa
Ayat Bacaan: Kis. 2:42; 13:1; 1 Yoh. 1:3; 2 Kor. 13:13
Kisah Para Rasul 2:42 mengatakan, “Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.” Di sini kita nampak bahwa kelompok kaum beriman pertama yang dihasilkan melalui para rasul, bertekun dalam empat hal: pengajaran, persekutuan, pemecahan roti, dan berdoa. Pengajaran adalah penyingkapan ekonomi Perjanjian Baru Allah mengenai Kristus dan gereja; persekutuan adalah saling bersekutu dan berkomunikasi antar orang beriman dalam perhimpunan dan komunikasi mereka dengan Allah Bapa dan Kristus Putra (1 Yoh. 1:3).
Dua hal yang pertama, pengajaran dan persekutuan, yang dihubungkan dengan “dan” dijadikan satu kelompok, ini menunjukkan bahwa selain pengajaran dan persekutuan para rasul, kaum beriman dalam Kristus tidak seharusnya memiliki pengajaran dan persekutuan lain yang mana pun. Dalam ekonomi Perjanjian Baru Allah hanya ada satu macam pengajaran yang diwahyukan dan diakui Allah, dan hanya ada satu macam persekutuan yang berasal dari Allah dan berkenan kepada-Nya, yaitu pengajaran dan persekutuan para rasul. Semua orang Kristen yang bertekun dan sehati dalam pengajaran para rasul, tidak akan berbagian dalam perpecahan. Dan semua orang Kristen yang memiliki persekutuan para rasul akan mengalami pengaliran hayat kekal dan bisa berbagian dalam segala apa adanya Bapa dan Anak dan segala sesuatu yang telah dilakukan oleh Bapa dan Anak bagi kita, yaitu kita menikmati kasih Bapa dan kasih karunia Anak melalui persekutuan Roh itu (2 Kor. 13:13). Dalam persekutuan ini pula kita belajar menanggalkan kepentingan pribadi kita dan bersatu dengan para rasul dan Allah untuk merampungkan ketetapan Allah.
Hari ini, bila kita masih membeda-bedakan, tidak bisa menerima semua orang beriman, maka kita tidak berada dalam pengajaran dan persekutuan para rasul. Persekutuan para rasul itu terbuka, menerima semua kaum beriman sejati dalam Kristus dan mencakup semua kaum beriman dari berbagai ras dan suku bangsa (Kis. 13:1). Haleluya! Dalam gereja, kita mengikuti pengajaran para rasul dan mempraktekkan persekutuan para rasul.
Berkumpul untuk Memecahkan Roti dan Berdoa
Kisah Para Rasul 2:42
Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa
Ayat Bacaan: Kis. 1:14, 2:42, 46, 20:7; 1 Kor. 11:23-24; Mat. 18:18-19
Kisah Para Rasul 2:42 dikatakan “Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa”. Kita nampak bahwa kaum beriman yang baru, mereka bertekun dalam dua kelompok hal: pertama, dalam pengajaran dan persekutuan para rasul; kedua, dalam pemecahan roti dan berdoa. Di setiap kelompok dari keduanya ini ada kata sambung “dan”. Kata sambung ini menggabungkan pengajaran dan persekutuan para rasul; kata sambung ini juga dipakai lagi untuk menggabungkan pemecahan roti dan berdoa. Tetapi, kata sambung ini tidak dipakai untuk menggabungkan dua kelompok ini. Ini menunjukkan kepada kita bahwa pengajaran dan persekutuan adalah dari para rasul, sedangkan pemecahan roti dan berdoa bukan dari para rasul. Pengajaran dan persekutuan adalah milik para rasul, tetapi pemecahan roti dan berdoa bukan milik para rasul.
Pemecahan roti adalah peringatan akan Tuhan dalam penggenapan-Nya akan penebusan Allah yang sempurna, sedangkan berdoa adalah bekerja sama dengan Tuhan yang di surga bagi perampungan ekonomi Perjanjian Baru Allah di bumi. Jadi sebenarnya, pemecahan roti dan berdoa merupakan pelaksanaan kaum beriman dalam hidup kristiani mereka, dan ini tidak berhubungan secara langsung dengan ekonomi Allah bagi pemeliharaan kesatuan gereja, Tubuh Kristus. Karena itulah pemecahan roti dan berdoa bukan berasal dari para rasul. Yang dibawa masuk oleh para rasul adalah wahyu Perjanjian Baru Allah dan persekutuan Allah di antara semua orang beriman dalam Kristus.
Saudara saudari yang terkasih, kehidupan kaum beriman sebermula sudah seharusnya menjadi permulaan kehidupan kristiani kita. Puji Tuhan! Hari ini kita dapat melihat bahwa kehidupan kaum beriman sebermula telah dibawa masuk kedalam kehidupan gereja yang korporat. Kita tidak lagi hidup secara individu sebagai orang Kristen yang terpisah satu dengan yang lainnya. Tetapi kita dipanggil berkumpul bersama-sama memecahkan roti dan berdoa (Kis. 1:14, 2:46, 20:7; 1 Kor. 11:23-24; Mat. 18:18-19). Karena itu, kita perlu setia menghadiri setiap persekutuan yang ada khususnya pemecahan roti dan doa.
Gambaran Kehidupan Gereja yang Pertama
Kisah Para Rasul 2:46b-47
Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka
Ayat Bacaan: Kis. 2:42-47, 6:9; Rm. 16:5; 1 Kor. 16:19; Kol. 4:15; Flm. 2; Luk.2:52
Kehidupan kaum beriman sebermula adalah kehidupan gereja yang korporat (Kis. 2:42-47). Pertama, semua milik mereka adalah milik bersama (ay. 44). Kedua, mereka menjual harta dan milik mereka serta membagikannya menurut keperluan masing-masing (ay. 45). Ini semua adalah tanda keselamatan Kristus yang penuh kuasa yang menyelamatkan kaum beriman dari keserakahan dan kepentingan diri sendiri. Ketiga, menurut Kisah Para Rasul 2:46, dari hari ke hari kaum beriman memecahkan roti bersama dari rumah ke rumah. Ini memperlihatkan kasih mereka dan sikap yang antusias terhadap Tuhan. Dalam bahasa Yunani, kata “di rumah” juga berarti “dari rumah ke rumah” berlawanan dengan “di dalam Bait Allah”. Cara orang-orang Kristen bersidang bersama ini sesuai dengan Ekonomi Perjanjian Baru Allah, cara ini berbeda dengan cara Yudaisme yang berkumpul dalam rumah ibadat (Kis. 6:9). Cara bersidang orang-orang Kristen dalam rumah menjadi suatu kebiasaan dan praktek yang umum dalam gereja-gereja (Rm. 16:5; 1 Kor. 16:19; Kol. 4:15; Flm. 2).
Keempat, dalam Kisah Para Rasul 2:46 kita melihat bahwa kaum beriman “makan bersama-sama dengan gembira dan tulus hati.” Di sini menggambarkan hati yang sederhana, tulus, dan polos, memiliki satu kasih dan keinginan serta satu sasaran dalam mencari Tuhan. Kaum beriman yang sebermula ini sederhana, memiliki hati yang tunggal, tulus, dan murni. Kelima, Kisah Para Rasul 2:47 juga memperlihatkan kaum beriman pada awal penghidupan gereja memuji Allah dan disukai semua orang. Mereka menempuh suatu kehidupan yang mengekspresikan atribut-atribut Allah serta kebajikan-Nya.
Kita bersyukur kepada Tuhan untuk gambaran kehidupan gereja yang pertama ini. Bagaimana dengan kehidupan Kristiani kita? Kerangka dari kehidupan orang Kristen adalah kehidupan gereja secara korporat, kehidupan tubuh. Hari ini kalau kita ingin mempunyai kehidupan gereja sebermula maka kita tidak seharusnya menjauhkan diri dari setiap pertemuan-pertemuan ibadah yang ada. Tuhan merahmati kita, agar kita melaksanakannya, sehingga tiap-tiap hari Tuhan dapat menambahkan jumlah orang yang diselamatkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar