1 Yohanes 1:1
“Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup -- itulah yang kami tuliskan kepada kamu.”
Dalam 1 Yohanes 1:1-4 terdapat dua kata kunci, yaitu hayat kekal dan persekutuan ilahi. Dalam ayat 3, Yohanes mengatakan bahwa para rasul memberitakan hayat (kehidupan) kekal kepada kita supaya kita beroleh persekutuan dengan mereka. Hal ini berarti hayat kekal yang kita terima menghasilkan persekutuan.
Hayat kekal ini tidak lain adalah Persona Tuhan kita, yaitu Dia yang sejak kekekalan ada bersama dengan Allah Bapa (Yoh. 1:1), datang ke dunia sebagai manusia yang sejati (Yoh. 1:14). Ia benar-benar telah berinkarnasi. Para rasul bersaksi bahwa mereka telah mendengar Dia, telah melihat Dia dengan mata mereka sendiri, telah menyaksikan Dia, dan telah meraba Dia dengan tangan mereka sendiri. Jadi, hayat kekal yang kita dapatkan bukanlah suatu ilusi atau suatu tafsiran belaka, tetapi adalah seorang Persona yang riil dalam tubuh daging. Persona yang ajaib inilah yang menjadi dasar dari persekutuan ilahi. Tidak akan ada persekutuan yang sejati di antara mereka yang memiliki pandangan salah mengenai Dia.
Ketika kita menerima Tuhan sebagai Juruselamat, mulai saat itu, kita memiliki-Nya sebagai hayat kekal di dalam batin kita. Dan hasilnya adalah membuat kita berbagian dalam persekutuan ilahi. Persekutuan ilahi ini merupakan kenikmatan yang sejati atas hayat kekal. Jadi, dengan lain kata, jika kita ingin mengalami dan menikmati hayat kekal, kita perlu menaruh perhatian kepada persekutuan ilahi ini. Syukur pada Tuhan, kita berbagian dalam persekutuan ilahi ini.
Latar Belakang Surat 1 Yohanes1 Yohanes 1:1-2:11
Mendekati akhir abad pertama, ketika Rasul Yohanes menulis kitab Injil, Surat kiriman, dan kitab Wahyu, sudah ada ajaran sesat mengenai persona Kristus, yang dikenal sebagai aliran Gnostisisme. Beberapa orang di antara mereka mengatakan bahwa segala benda adalah jahat, karena itu manusia Yesus tidak mungkin adalah Allah. Yang lain mengatakan bahwa Kristus adalah Allah, tetapi bukan manusia; ada juga yang mengatakan bahwa Kristus adalah manusia, tetapi bukan Allah; sebagian di antara mereka menyangkal bahwa Yesus adalah Kristus. Karena situasi sedemikianlah maka Yohanes berbeban untuk menulis mengenai persona Kristus guna mendebat ajaran sesat tersebut dan menjaga agar anak-anak Allah tidak disesatkan.
Yohanes menyadari bahwa kaum Gnostis ini bukanlah orang-orang Kristen sejati, maka dia memperingatkan para pembacanya untuk melawan mereka melalui menunjukkan bahwa mereka yang mengajarkan ajaran sesat ini tidak memiliki ciri-ciri sebagai anak-anak Allah yang sejati. Saudara-saudari, kita adalah anak-anak Allah. Menurut Yohanes, seseorang itu hanya memiliki dua pilihan, sebagai anak Allah atau bukan. Tidak ada yang di tengah-tengah. Sebab itulah, dalam surat Yohanes terdapat kata-kata yang kontras, seperti terang dan gelap, kasih dan benci (1 Yoh. 2:9-10), kebenaran dan dusta (1 Yoh. 1:6), hidup dan maut (1 Yoh. 3:14), Allah dan Iblis (1 Yoh. 3:10).
Ketika seseorang menjadi anak Allah, dia menerima hayat (kehidupan) Allah - hayat kekal. Semua orang yang mempunyai hayat ini memiliki ciri-ciri yang nyata. Sebagai contoh, mereka hidup di dalam terang, karena Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan. Jika kita hidup di dalam terang, kita pasti memiliki persekutuan yang normal dengan Allah dan juga saudara-saudari seiman. Dengan demikian, kita bukan hanya mengenal Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, kita juga mengasihi-Nya, dan mengasihi anak-anak Allah. Selain itu, kita pasti juga tidak terus berbuat dosa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar