Rabu, 17 November 2010

Belajar Dari Seorang Pengemis Cacat

Sebuah kisah datang dari Yogyakarta yang saat ini masih dalam kondisi mencekam akibat bencana letusan Gunung Merapi. Kita bisa belajar dari seseorang yang sangat luar biasa. Cerita ini saya dapatkan dari seorang teman yang ikut menjadi relawan untuk membantu pengungsi yang menjadi korban keganasan Merapi.



minggu 7 november 2010

saat keadaan yang menyedihkan karena bencana merapi.

masih ada yang seperti itu, ternyata kepedulian bisa datang dari sapa saja bahkan dari orang yang patut kita pedulikan

siang hari saat kami ber-6 dari posko djongnesia melakukan penggalangan dana di malioboro.

Singkat cerita setelah kita selesai melakukan penggalangan dana, kemudian kita jalan balik menuju motor. tapi tiba-tida di jalan kita dihentikan oleh seorang nenek yang sangat tua, dan bukan hanya itu saja, diapun berjalan tidak menggunakan kaki, tapi menyeret tubuhnya dengan kedua tangannya(“cacat pada kaki”). kemudian dia memberikan beberapa lembar uang ribuan untuk disumbangkan kepada kami…

sungguh akhirnya sadar, walaupun nenek itu cacat pada fisiknya, tapi tidak pada hatinya…

orang yang seharusnya ikut kita pedulikan justru masih sempat peduli pada sesamanya. sungguh kita yang sehat ini punya kepedulian yang lebih besar kepada sesama. aku hanya mau berbagi pengalaman hidupku hari ini yang sangat berarti besar…

semoga ini bisa menjadi hal yang berarti..

dan semoga jogja menjadi kota yang berhati nyaman kembali..

aq masih disini masih berharap merapi bisa berdamai bersama jogja

Yang patut diperhatikanpun masih mampu memperhatikan sesamanya

Orang kaya yang menyumbangkan sebagian hartanya untuk membantu orang lain ibarat emas yang sangat mahal harganya. Tetapi, orang miskin yang menyumbangkan sebagian hartanya untuk membantu orang lain ibarat berlian yang tidak ternilai harganya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar