Jumat, 19 November 2010

Berdoalah demikain:...

Sejak bumi diciptakan, doa sudah sering diucapkan kepada Allah. Dari generasi ke generasi, dari zaman ke zaman, tak terhitung banyaknya orang yang berdoa kepada Allah. Walau demikian, sangat jarang yang berdoa dengan benar. Kebanyakan orang hanya memperhatikan keperluan mereka, tetapi sangat sedikit yang memperhatikan apa yang diinginkan Allah. Itulah sebabnya Tuhan Yesus membuka mulut untuk mengajar kita berdoa. Allah telah datang ke bumi untuk menjadi seorang manusia, dan untuk pertama kalinya memberi tahu kita bagaimana berdoa dengan tepat.Doa yang Tuhan Yesus ajarkan dalam Matius 6:9-13 umumnya dikenal sebagai “Doa Bapa Kami”. Tetapi sebenarnya, doa ini bukanlah Doa Bapa Kami, melainkan doa yang diajarkan Tuhan kepada kita. Frase “Berdoalah demikian” bukan berarti harus mengulangi kata-kata ini setiap kali kita berdoa, tetapi kita perlu berdoa menurut prinsip yang diajarkan Tuhan kepada kita.Tuhan ingin kita berdoa kepada Bapa yang di surga. “Bapa” adalah sebutan baru bagi manusia untuk memanggil Allah. Sebelumnya manusia memanggil Dia sebagai Allah yang Mahakuasa, Allah yang Mahatinggi, Allah yang hidup, atau Yehova; tidak ada seorang pun dari mereka yang berani memanggil Allah sebagai “Bapa”. Hal ini jelas menunjukkan bahwa doa ini diucapkan oleh mereka yang sudah beroleh selamat dan memiliki hayat kekal. Hanya mereka yang lahir dari Allah adalah anak-anak Allah, dan hanya mereka yang dapat memanggil Allah sebagai “Bapa”. Doa ini diucapkan atas dasar bahwa kita adalah anak-anak-Nya. Mulai sekarang kita dapat mengucapkan doa kepada Bapa kita yang di surga. Alangkah manis dan ajaibnya perkara ini. Sebagai Bapa kita, Dia tidak hanya akan mendengar doa kita, tetapi juga akan membuat kita, anak-anak terkasih-Nya, memiliki sukacita untuk berdoa.

Bagian pertama dari doa yang Tuhan Yesus ajarkan kepada murid-murid-Nya adalah bagian mengenai perkara-perkara Allah, adalah doa dengan tiga kedambaan hati kita terhadap Allah (Mat. 6:9-10). Kedambaan hati kita terhadap Allah yang pertama seharusnya adalah “Dikuduskanlah nama-Mu”. Hari ini Bapa mempunyai satu harapan, yaitu semua anak-anak-Nya berdoa agar nama-Nya dikuduskan oleh manusia. Memang nama Allah sangat diagungkan di antara malaikat-malaikat, tetapi di bumi, nama Allah dipakai dengan sembarangan, disebutkan secara tidak kudus. Dia menghendaki anak-anak-Nya berdoa: “Dikuduskanlah nama-Mu.” Kalau kita mengasihi dan mengenal Allah, kita pasti mendambakan nama Allah dikuduskan. Kita akan merasa terluka kalau ada orang menyebutkan nama Allah dengan sia-sia.Dalam Alkitab, nama Allah dipergunakan untuk memberi wahyu kepada manusia agar mereka mengenal Allah. Nama-Nya mewahyukan hakiki-Nya dan mengungkapkan kesempurnaan-Nya. Hal ini tidak dimengerti oleh jiwa manusia, perlu Tuhan sendiri mewahyukannya kepada kita (Yoh. 17:6, 26). Untuk mengenal nama Allah, kita perlu mendapat wahyu berulang-ulang dari Tuhan. Selain itu, “Dikuduskanlah nama-Mu” ini bukan hanya menyatakan keinginan hati kita, tetapi juga penyembahan kita kepada Bapa. Kita harus memberikan kemuliaan kepada Allah. Kita harus memulai doa kita dengan pujian. Muliakanlah Allah sebelum mengharap belas kasihan dan anugerah-Nya. Biarlah Dia menerima pujian yang penuh tentang diri-Nya, kemudian kita akan menerima anugerah-Nya. Yang paling utama dan juga merupakan sasaran akhir dari doa kita adalah agar Allah dimuliakan.Nama Allah berhubungan dengan kemuliaan-Nya. “Aku merasa sakit hati karena nama-Ku yang kudus yang dinajiskan...” (Yeh. 36:21a). Kaum Israel pernah suatu waktu tidak menguduskan nama Allah, sebaliknya mereka menajiskan nama-Nya ke mana pun mereka pergi, baik melalui perkataan maupun perbuatan mereka yang jahat. Hal itu sangat menyakiti hati Allah. Demi kemuliaan-Nya, biarlah nama-Nya senantiasa dikuduskan melalui kita.

Ya Bapa, Engkau adalah Bapa yang kudus. Nama-Mu adalah nama yang kudus. Aku berdoa, biarlah nama-Mu senantiasa dikuduskan di dalam hidupku, di dalam keluargaku, dan di dalam gereja-Mu. Ampunilah bila di masa yang lalu hidupku belum bisa memuliakan nama-Mu. Hari ini aku bertobat, tidak berani mencemarkan atau merugikan nama-Mu


Di manakah letak Kerajaan Surga? Kerajaan Surga hanya ada di surga. Di bumi ini tidak ada Kerajaan tersebut. Itulah sebabnya Tuhan mengajar kita berdoa agar Allah memperluas batas Kerajaan-Nya sehingga mencapai bumi ini. Dalam Perjanjian Lama, Kerajaan Surga hanyalah nubuat. Dengan datangnya Tuhan Yesus, Yohanes Pembaptis menyatakan bahwa Kerajaan Surga sudah dekat (Mat. 3:1-2). Kemudian Tuhan Yesus sendiri mengatakan bahwa Kerajaan Surga sudah dekat (Mat. 4:17). Mereka berkata demikian karena saat itu sudah ada orang-orang yang membentuk Kerajaan Surga. Kalau kita sampai ke Matius 13, kita nampak bahwa Kerajaan Surga bahkan mulai tampil secara nyata di bumi.Hari ini, di mana pun anak-anak Allah mengusir setan dengan Roh Allah serta menghancurkan pekerjaan setan, di situ terdapat Kerajaan Allah (Mat. 12:28). Tuhan Yesus mengajar kita berdoa: “Datanglah Kerajaan-Mu,” sebab Dia berharap agar Kerajaan Allah memenuhi seluruh bumi. Mendatangkan Kerajaan Allah ke bumi adalah tanggung jawab kita. Untuk hal ini, kita harus membayar harga, dibatasi oleh surga dan patuh di bawah pengaturan surgawi, menjadi jalan untuk menyalurkan kuasa surga agar ternyata di bumi.Ketika Kerajaan Allah ternyata sepenuhnya di bumi, Iblis akan dicampakkan ke lubang tak berdasar (Why. 20:1-3). Karena kita mempunyai tanggung jawab yang sedemikian besar, maka tidak heran kalau Iblis menyerang kita dengan sekuat tenaga. Kiranya kita dapat berdoa seperti kaum beriman zaman dulu, “Ya TUHAN, tekukkanlah langit-Mu dan turunlah” (Mzm. 144:5), dan “Sekiranya Engkau mengoyakkan langit dan Engkau turun” (Yes. 64:1). Pada saat yang sama kita harus berkata kepada Iblis, “Enyahlah dari hadapanku, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah disediakan Allah untukmu” (Mat. 25:41).

Walau kehendak Allah telah rampung di surga, tetapi di bumi ini kehendak Allah belum sepenuhnya terlaksana. Di sini Tuhan Yesus mengajar kita berdoa. Allah sendiri menginginkan nama-Nya dikuduskan, Kerajaan-Nya datang, dan kehendak-Nya terjadi di bumi. Tetapi Allah tidak melakukan semua ini secara langsung; Dia menunggu kita berdoa. Jika kita berdoa, semua anak Allah berdoa, dan jika doa ini cukup banyak, maka nama Allah pun dikuduskan di antara manusia, Kerajaan-Nya datang, dan kehendak-Nya terjadi di bumi seperti di surga.Anak-anak Allah harus belajar berdoa demikian, harus sering mengingat apa yang Allah minta, apa yang Allah ingin lakukan. Walaupun Allah sudah menetapkan akan melakukan sesuatu, Dia tidak akan melakukannya sebelum anak-anak-Nya termotivasi dan mau menyatakan kehendak-Nya melalui doa. Kemudian Dia akan menjawab doa tersebut. Walaupun penggenapan sepenuhnya dari “dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi” akan terjadi dalam Kerajaan Seribu Tahun, waktunya akan dipercepat atau tertunda tergantung pada doa-doa anak-anak Allah.Allah ingin agar anak-anak-Nya di bumi berdoa sebelum Dia melakukan sesuatu. Pada zaman Ahab, firman Tuhan datang dengan jelas kepada Elia yang mengatakan, “Aku hendak memberi hujan ke atas muka bumi.” Namun Dia tidak menurunkan hujan sebelum Elia berdoa (1 Raj. 18:1, 41-45). Allah tidak mau melaksanakan kehendak-Nya sendirian; Dia ingin kita berdoa sebelum Dia melaksanakan kehendak-Nya. Jadi apakah doa? Doa adalah: pertama, Allah mempunyai kehendak; kedua, kita terjamah oleh kehendak-Nya, lalu kita berdoa; dan ketiga, sementara kita berdoa, Allah menjawab doa kita.Kebangunan rohani di Wales pada tahun 1903-1904 boleh dianggap kebangunan rohani terbesar dalam sejarah gereja. Allah memakai Evan Robert, seorang pekerja tambang batu bara, sebagai bejana untuk mendatangkan kebangunan yang besar itu. Dia tidak begitu terpelajar, tetapi doanya sangat dalam. Kapan kala kehendak anak-anak Allah selaras dengan kehendak Allah, maka kehendak-Nya akan terlaksana di bumi seperti di surga.


Ya Bapa, berkatilah gereja-Mu di muka bumi sehingga dapat mengemban tugas yang Kau amanatkan yakni memperluas batas wilayah kerajaan-Mu dari surga ke bumi. Jadikanlah aku bagian dari kehendak-Mu, melalui aku memberitakan Injil dan kebenaran kepada orang-orang di sekitarku. Ya Bapa, jadikan aku orang yang memperluas kerajaan-Mu di bumi. Amin.


Mengapa dalam doa yang diajarkan-Nya, Tuhan tiba-tiba beralih dari nama, Kerajaan, dan kehendak Allah kepada masalah makanan sehari-hari? Makanan adalah kebutuhan manusia yang sangat mendasar, juga adalah satu pencobaan yang besar. Di satu pihak, kita harus berdoa agar nama Allah dikuduskan, Kerajaan-Nya datang, dan kehendak-Nya terjadi di bumi; di pihak lain, kita masih memerlukan makanan sehari-hari. Berdoa mohon Allah memberi makanan adalah suatu doa untuk perlindungan, karena Iblis bisa menyerang kita dalam aspek ini. Kalau kita kekurangan makanan sehari-hari, doa-doa kita akan terpengaruh. Sebab itu, kita harus minta Tuhan memberi kita makanan sehari-hari yang secukupnya.Doa ini juga memperlihatkan bahwa kita perlu menengadah kepada Allah dan berdoa kepada-Nya setiap hari. Untuk itu Tuhan Yesus mengajar kita berdoa: “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya (our daily bread, KJV; roti harian kami, Tl.).” Doa ini bukan doa mingguan, tetapi doa harian. Tuhan kita tidak mengabaikan keperluan kita sehari-hari, Dia juga tidak mengajar kita untuk melupakan keperluan ini. Sebaliknya, Dia menyuruh kita berdoa untuk makanan kita setiap hari.Sebenarnya Bapa kita sudah tahu hal-hal yang kita perlukan. Tuhan Yesus ingin agar kita berdoa setiap hari untuk makanan sehari-hari kita, sebab Tuhan ingin agar kita belajar menengadah kepada Bapa setiap hari, dan dengan demikian melatih iman kita dari hari ke hari. Kita sering mengkhawatirkan hal-hal yang masih jauh di depan dan mendoakan kebutuhan-kebutuhan yang masih jauh. Kalau Allah memberi kita makanan kita pada hari ini, kita tidak perlu mendoakan makanan kita untuk esok hari; makanan untuk esok hari baiklah kita minta esok hari saja (Mat. 6:34).

Selain berdoa untuk kebutuhan-kebutuhan jasmani; kita juga perlu berdoa agar memiliki hati nurani yang tidak bercela. Dari hari ke hari, kita tidak luput dari kesalahan dalam banyak hal kepada Allah. Walaupun mungkin tidak semuanya adalah dosa, namun semuanya adalah kesalahan. Misalnya, apa yang seharusnya kita lakukan, tetapi tidak kita lakukan, itu adalah suatu kesalahan. Apa yang harus kita katakan, tetapi tidak kita katakan, itu juga adalah suatu kesalahan. Tidak mudah untuk menjaga hati nurani yang tidak bercela di hadapan Allah. Setiap malam, sebelum beristirahat, kita menemukan bahwa kita melakukan banyak kesalahan terhadap Allah. Boleh jadi hal-hal itu bukan dosa, namun hal-hal itu adalah kesalahan. Kita harus mohon Tuhan mengampuni kesalahan-kesalahan kita dan tidak mengingatnya lagi, agar kita bisa memiliki hati nurani yang tidak bercela. Diampuninya kesalahan dan dosa kita akan membuat kita mempunyai hati nurani yang tidak bercela, dan kita dapat hidup dengan berani di hadapan Allah.Dalam 1 Timotius 1:19 Paulus berkata, “Beberapa orang telah menolak hati nuraninya yang murni itu, dan karena itu kandaslah iman mereka.” Hati nurani dapat disamakan dengan sebuah kapal yang tidak boleh bocor. Begitu ada kebocoran, iman akan kandas. Itulah sebabnya kita harus memelihara hati nurani yang murni. Kita harus minta Tuhan untuk mengampuni kesalahan-kesalahan kita. Hal ini sangat berkaitan dengan persekutuan kita dengan Allah dan pendisiplinan Allah terhadap kita.Kita tidak bisa mohon Tuhan mengampuni kesalahan kita kalau kita tidak mengampuni kesalahan orang lain. Mana mungkin kita dapat membuka mulut dan mohon pengampunan Allah kalau kita tidak mengampuni orang yang bersalah kepada kita lebih dulu? Kalau kita belum mengampuni orang yang bersalah kepada kita, kesalahan-kesalahan kita akan tetap diingat oleh Tuhan. Hanya setelah kita mengampuni orang yang bersalah kepada kita serta membiarkan kesalahan-kesalahan itu berlalu, barulah kita dapat datang dengan berani kepada Tuhan dan berkata, “Ampunilah kami dari kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami.”

Ya Bapa, Engkaulah sumber suplaiku setiap hari. Aku bersyukur atas makanan yang Kau berikan kemarin, dan aku masih memohon Kau berikan makanan bagiku untuk hari ini. Tanpa berkat-Mu hari ini, aku pasti jatuh ke dalam pencobaan, kekuatiran, dan kelemahan. Bapa, Engkau setia dalam hal memperhatikan keperluanku setiap hari.


Tatkala kita menempuh jalan Kerajaan Surga, pencobaan-pencobaan pun akan semakin besar. Bagaimanakah seharusnya kita menangani situasi ini? Kita harus berdoa kepada Tuhan, “Janganlah membawa kami ke dalam pencobaan.” Kita tidak boleh menjadi demikian percaya diri sehingga berani menghadapi pencobaan. Karena Tuhan mengajarkan kita berdoa demikian, maka kita pun harus berdoa agar Dia jangan membawa kita ke dalam pencobaan. Kita tidak mengetahui kapankah pencobaan itu akan datang, tetapi sebelumnya kita dapat berdoa agar Tuhan tidak membawa kita ke dalam pencobaan. Doa semacam ini adalah untuk perlindungan.Sebelum pencobaan datang menimpa kita, lebih baik kita berdoa agar Tuhan tidak membawa kita ke dalam pencobaan. Hanya hal-hal yang diizinkan Tuhanlah yang boleh datang kepada kita; tetapi segala sesuatu yang tidak diizinkan-Nya harus kita doakan agar jangan terjadi pada kita. Kalau tidak demikian, kita akan dihujani dengan peperangan melawan pencobaan dari fajar hingga senja, sehingga kita tidak dapat melakukan apa-apa lagi. Kita harus berdoa kepada Tuhan supaya Dia tidak membawa kita ke dalam pencobaan, sehingga kita tidak menjumpai hal-hal yang seharusnya tidak kita temui atau mengalami hal-hal yang seharusnya tidak terjadi pada kita.Kita bukan hanya harus mohon Tuhan “janganlah membawa kami ke dalam pencobaan” saja, tetapi juga “lepaskanlah kami dari yang jahat (si jahat itu, Tl.).” Tidak peduli di mana tangan Iblis bekerja, apakah pada masalah makanan sehari-hari, menuduh hati nurani kita, atau pada pencobaan yang diizinkan kepada kita, kita perlu berdoa supaya Tuhan melepaskan kita dari yang jahat. Dengan perkataan lain, kita tidak berharap untuk jatuh ke dalam tangan si jahat dalam perkara apa pun. Doa yang demikian akan melindungi kita.


Terakhir, Tuhan mengajar kita untuk memanjatkan tiga butir pujian: “Karena Engkaulah yang punya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin” (Mat. 6:13b). Pujian ini memberi tahu kita bahwa Kerajaan adalah milik Bapa, kuasa adalah milik Bapa, dan kemuliaan adalah milik Bapa. Ketiga hal yang perlu kita puji ada kaitannya dengan kelepasan dari yang jahat. Ketiga hal itu juga terkait dengan seluruh doa yang Tuhan ajarkan. Kita berdoa agar Tuhan melepaskan kita dari yang jahat karena Kerajaan adalah milik Bapa, bukan milik Iblis; karena kuasa adalah milik Bapa, bukan milik Iblis; dan karena kemuliaan adalah milik Bapa, bukan milik Iblis. Fakta ini membuat kita dapat terhindar dari tangan Iblis.Mengenai kuasa, kita harus ingat firman Tuhan. Dia berkata, “Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk menginjak ular dan kalajengking dan kuasa atas segala kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu” (Luk. 10:19). Kuasa yang Dia berikan dapat membuat kita mengalahkan semua kuasa musuh. Karena Kerajaan, kuasa, dan kemuliaan semuanya milik Allah, maka orang-orang milik Allah bisa terlepas dari semua pencobaan dan terlepas dari tangan Iblis.Dalam Perjanjian Baru, nama Tuhan menyatakan kuasa, sedangkan Roh Kudus menyatakan kekuatan. Semua kuasa ada di dalam nama Tuhan, sedangkan semua kekuatan ada di dalam Roh Kudus. Roh Kudus adalah kekuatan Allah. Kerajaan menyatakan pemerintahan surga dan kuasa Allah, sedangkan kekuatan menyatakan bahwa semua kekuatan ada di dalam Roh Kudus. Ketika Allah bergerak, Roh Kudus menjadi kekuatan-Nya. Karena Kerajaan adalah milik Allah, maka Iblis tidak ada tempat untuk melaksanakan pemerintahannya. Iblis tidak dapat menjamah Roh Kudus, karena di dalam Roh Kudus ada kekuatan Allah. Matius 12:28 memberi tahu kita bahwa ketika setan-setan “membentur” Roh Kudus, mereka terusir keluar. Terakhir, kemuliaan juga milik Allah. Sebab itu, kita dapat mengumumkan dan dengan lantang memuji: “Karena Engkaulah yang punya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.”


Ya Bapa, lindungilah aku dari setiap pekerjaan si jahat yang bermaksud membawa aku ke dalam perangkap jahatnya. Bapa, Aku bersyukur atas setiap perkara yang Kau aturkan terjadi dalam hidupku, namun aku menolak setiap rancangan si jahat itu yang berusaha menjatuhkan aku. Dalam perkara apapun, jangan biarkan aku jatuh ke dalam tangan si jahat.

Mengampuni berarti melupakan dan membebaskan. Orang Kristen mudah gagal dalam hal mengampuni orang lain. Kalau di antara anak-anak Allah terdapat sikap yang tidak mau mengampuni, semua pelajaran, iman, dan kuasa akan bocor. Semua anak-anak Allah memerlukan perkataan yang sederhana ini. “Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di surga akan mengampuni kamu juga.” Menerima pengampunan Bapa sangatlah mudah. Namun, “Jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.”Kita harus dapat mengampuni kesalahan orang lain dari dalam hati kita. Kalau kita mengampuni orang lain hanya dengan mulut, tetapi tidak mengampuni dalam hati, dalam pandangan Bapa itu bukanlah pengampunan. Pengampunan yang hanya di mulut adalah kosong dan menipu, dan tidak terhitung di hadapan Bapa. Charles H. Spurgeon pernah berkhotbah perihal mengampuni orang lain. Ia ingin menunjukkan bahwa orang Kristen pun sulit mengampuni orang lain. Kita mengira telah mengampuni seseorang, tetapi pengampunan kita itu dapat dibandingkan dengan menguburkan seekor anjing mati dengan membiarkan ekornya kelihatan. Kita mungkin berkata, “Dia telah bersalah kepadaku, tetapi aku telah mengampuni dia.” Inilah yang dimaksud dengan memperlihatkan “ekor anjing” itu.Jika kita benar-benar telah mengampuni seseorang, kita harus juga melupakan kesalahannya. Begitu kita mengampuni seseorang dalam satu perkara, kita tidak boleh menyinggungnya lagi. Setiap kali kita menyinggung satu kesalahan yang sebenarnya telah kita diampuni, itu berarti kita belum membebaskan orang yang bersalah kepada kita, belum terhitung mengampuni. Mengampuni berarti melupakan, selamanya tidak akan membicarakannya lagi.

Sebagaimana murid-murid waktu itu memerlukan perkataan Tuhan tentang mengampuni kesalahan orang lain, kita juga hari ini memerlukan perkataan yang sama. Kalau orang Kristen tidak dapat didamaikan dan kalau mereka tidak mengampuni kesalahan orang lain dari dalam hati mereka, maka gereja akan menghadapi masalah. Kalau kita tidak hidup di dalam kehidupan gereja, kalau kita masing-masing ingin menempuh cara kita sendiri, kita tidak perlu mengampuni satu sama lain. Tetapi bila kita ingin menempuh kehidupan gereja, memiliki persekutuan yang tepat dengan Tuhan dan kaum beriman lain, kita harus belajar mengampuni.Tuhan tahu bahwa semakin banyak kita berkomunikasi dan bersekutu satu sama lain, semakin perlu kita mengampuni satu sama lain. Jika kita tidak saling mengampuni, kita mudah memberi tempat kepada Iblis. Jika kita tidak bisa saling mengampuni, kita bukanlah umat kerajaan, dan kita tidak bisa melakukan pekerjaan kerajaan. Tidak ada orang yang tidak mau mengampuni bisa berada dalam pekerjaan kerajaan, dan tidak ada orang yang tidak mau mengampuni bisa menjadi orang yang berada dalam kerajaan. Bila di antara kita dengan saudara dan saudari timbul masalah, berarti kita bermasalah dengan Tuhan. Kita tidak bisa berdoa kepada Tuhan di satu pihak, dan tetap tidak mau mengampuni di pihak lain. Saudara saudari, ini bukanlah perkara yang sepele. Kita harus memperhatikan apa yang diperhatikan Tuhan. Kita harus sekuatnya berusaha mengampuni kesalahan orang lain.Jika seseorang telah diampuni, tetapi tidak mau mengampuni orang lain; telah menerima belas kasihan, tetapi ia tidak mau mengasihani orang lain, maka orang itu adalah orang yang paling jahat di mata Allah. Tidak ada perbuatan yang lebih buruk daripada perbuatan ini. Kita harus menyadari bagaimana Tuhan memperlakukan kita, kita pun harus demikian memperlakukan orang lain. Kalau orang yang menerima kasih karunia menolak memberikan kasih karunia, itu suatu perbuatan yang tidak selayaknya. Orang yang berhutang tetapi menagih hutang; perbuatan itu tidak dibenarkan Allah. Orang yang berhutang mengingat-ingat hutang orang lain, perbuatan demikian dibenci Allah (Mat. 18:23-35).

Ya Bapa, pengampunan-Mu itu sempurna dan tuntas sehingga Engkau melupakan semua kesalahanku. Namun aku mengakui, dalam hal mengampuni sesamaku, seringkali tidak tuntas, tidak bisa sepenuhnya melupakan. Bapa, hari ini aku bertobat, aku mau melupakan semua kesalahan sesamaku sebagaimana Engkau telah melupakan semua kesalahanku.


Berpuasa adalah salah satu perbuatan benar umat kerajaan yang diperkenan oleh Bapa yang di surga. Walau demikian, cara kita berpuasa janganlah seperti orang munafik. Tuhan berkata, “Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya” (Mat. 6:16). Kita berpuasa disebabkan kita sedang menanggung kehendak Allah, bukan karena ingin dilihat dan dipuji oleh orang. Semakin sedikit orang yang mengetahui bahwa kita sedang berpuasa, semakin baik. Bahkan bila tidak seorang pun mengetahui kalau kita sedang berpuasa, justru itulah yang terbaik. Mengapa? Karena Bapa yang ada di tempat tersembunyi melihat apa yang tersembunyi pula. Dilihat oleh Bapa berarti diperkenan oleh Bapa, dihargai oleh Bapa, juga dibalas/diberi upah oleh Bapa.Berpuasa berarti melepaskan hak kita yang sah. Dalam hidup manusia, tidak ada perkara yang lebih sah daripada makan. Setelah Allah menciptakan manusia, pengaturan pertama bagi manusia adalah masalah makan. Dalam Kejadian pasal satu, setelah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya, Allah segera menetapkan makanan bagi manusia. Jadi, makan adalah sah bagi manusia. Karena itu berpuasa berarti, demi menanggung kehendak Allah, kita rela melepaskan hak yang sangat sah tersebut. Karena berpuasa berarti melepaskan hak yang sah, maka atas banyak hal kita pun harus belajar melepaskan hak yang sah. Jika dalam kehidupan sehari-hari masih tidak bisa melepaskan hak kita yang sah, lalu hanya melakukan tindakan berpuasa, berpuasa yang demikian tidak ada artinya. Karena itu, meskipun kita tidak setiap hari berpuasa, namun setiap hari kita hidup di dalam prinsip berpuasa.

Berpuasa adalah semacam pernyataan yang muncul dengan sendirinya dari seseorang yang menerima satu tanggung jawab yang besar di hadapan Allah. Pada saat demikian, ia dengan sendirinya akan berpuasa. Ketika kita menerima satu perkara yang besar dari Allah dan di dalam kita ada perasaan yang sangat dalam, tanpa harus sengaja berpuasa kita sudah berpuasa. Selain itu, berpuasa merupakan pernyataan bahwa seseorang berdiri di pihak Allah untuk menentang Iblis. Lebih jauh lagi, berpuasa berarti tidak memperhatikan dirinya sendiri, bahkan tidak menyayangi jiwanya. Inilah yang dikatakan sebagai orang yang tidak memperhatikan hidup atau mati. Makan sangat berkaitan dengan keberadaan manusia; tanpa makan, manusia bisa mati kelaparan. Arti berpuasa ialah aku rela mati, asalkan perkara ini tergenapi. Aku bergumul dengan mati dan hidup, bahkan sampai mati tidak akan rela membiarkan perkara ini lewat, lebih baik mati namun bisa membiarkan perkara ini terus maju. Pergumulan yang demikian inilah pernyataan yang sejati dari berpuasa.Di satu pihak, orang Kristen memang tidak boleh sembarangan berpuasa, di pihak lain, orang Kristen harus belajar berpuasa. Orang Kristen yang tidak pernah berpuasa adalah orang Kristen yang bermasalah. Jika selamanya kita tidak pernah merasakan bahwa Allah telah mengamanatkan satu tanggung jawab yang berat kepada kita, ini menyatakan bahwa kita tidak pernah ada satu sikap yang teguh yang menyatakan kepada Allah bahwa kita mau kehendak Allah, kita mau berdiri di pihak Allah. Kita memandang perkara Allah sebagai hal yang tak berarti, remeh, boleh memberitakan Injil, juga boleh tidak memberitakan Injil; orang dosa beroleh selamat itu baik, tidak beroleh selamat juga baik; semuanya tidak penting, kita hanya berdoa bagi mereka, setelah berdoa, kita masih bisa bersenang-senang dan makan minum. Jika sikap kita begitu, kita benar-benar orang Kristen yang tidak wajar! Asal kita mau sedikit saja bersimpati kepada hati Allah, pasti beban Injil akan melanda kita; kita akan berdoa, “Ya Allah, di sini Engkau harus menyelamatkan sejumlah orang, jika tidak, aku tidak bisa makan, tidak bisa minum.” Inilah berdoa puasa.


Ya Bapa, ampunilah aku karena besarnya keperluan-Mu belum dapat membuat aku berpuasa dan berdoa. Aku mohon terangilah aku, perlihatkanlah keperluan-Mu yang besar itu, maka aku akan belajar melepaskan hakku yang sah atas makanan, berpuasa dan berdoa demi keperluan-Mu. Ya Bapa, ajarlah aku untuk hidup dalam prinsip berpuasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar