Senin, 15 November 2010

Kenapa Umat Beragama Munafik?

Yakin anda tidak munafik? Mungkin ini pertanyaan yang sangat mengancam. Pertanyaan yang akan menelanjangi diri kita sampai batas pertahanan ego terakhir. Dan untuk menjawabnya jauh lebih sulit dari pada membela diri.


Begitulah mahalnya sebuah kejujuran. Apalagi bila menyangkut soal agama dan Tuhan. Tidak hanya sulit mengakui apa yang kita rasakan dan pikirkan, tapi orang lain pun juga tidak siap menerima pengakuan kita.

Ketika saya ragu akan adanya Tuhan, dengan jujur apa adanya, kenapa banyak yang marah? Lalu kenapa banyak yang bertanya dan menasehati yang intinya memaksa saya bahwa saya harus percaya?

Ketika saya tidak merasa bangga menjadi orang beragama, karena memang itulah yang saya rasakan, kenapa banyak yang tidak simpati dengan pengakuan saya?

Jujur, sebuah kata murah yang sangat mahal untuk diterima.
Tapi slogan “marilah kita jujur-jujur saja”, “jujurlah pada dirimu sendiri”, “katakan sejujurnya,” “jangan dustai kata hatimu” sangat mudah diobral dalam cermah, kotbah dan diskusi agama. Tapi ketika umat beragama mau jujur dengan segala keraguannya, maka banyak yang merasa kebakaran jenggot. Bahkan naik pitam.

Apakah ini suatu petanda bahwa sifat munafik sudah menjadi pakaian umat beragama?
Yang dibungkus manis dengan ayat-ayat Kitab Suci?



Tidak ada komentar:

Posting Komentar