Senin, 13 Desember 2010

Dosa Yang Ada Di Dalam Kita

1 Yohanes 1:8
"Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita."



 Berkata bahwa "kita tidak berdosa" di sini, yang dimaksud adalah tidak memiliki dosa yang berhuni (Rm. 7:17) di dalam sifat kita. Inilah yang diajarkan oleh bidah Gnostik. Rasul menyuntik kaum beriman untuk menghadapi ajaran yang salah itu.

Bagian ini, 1:7 – 2:2, membahas perbuatan dosa kaum beriman setelah mereka dilahirkan kembali, yang mengganggu persekutuan mereka dengan Allah. Jika setelah dilahirkan kembali, kaum beriman tidak memiliki dosa dalam sifat mereka, bagaimana mereka dapat berdosa dalam perilaku mereka? Bahkan walaupun mereka hanya berdosa sekali sekali, tidak menjadi kebiasaan, perbuatan dosa mereka itu sudah cukup membuktikan bahwa mereka masih memiliki dosa yang bekerja di dalam diri mereka. Kalau tidak, tidak akan ada gangguan di dalam persekutuan mereka dengan Allah.
Ajaran rasul di sini menyalahkan ajaran "kesempurnaan" hari ini, yang mengatakan bahwa keadaan bebas dari dosa bisa dicapai atau sudah tercapai dalam hidup di dunia; ajaran rasul ini juga menyingkirkan ajaran "mencabut akar dosa" yang salah, yang menyalahtafsirkan perkataan dalam 3:9 dan 5:18, mengatakan bahwa orang yang sudah dilahirkan kembali tidak dapat berdosa karena sifat dosa mereka sudah dicabut bahkan sampai ke akarnya.
Saudara saudari, itulah sebabnya khasiat darah Tuhan harus bersifat kekal. Puji syukur untuk darah yang demikian, yang selalu mampu membersihkan hati nurani kita dari segala dosa.






Dosa dan Dosa-Dosa
Rm. 5-8

Dalam alam semesta ini, kenikmatan tertinggi yang dapat dinikmati oleh manusia adalah persekutuan dengan Tuhan. Kita, manusia ciptaan-Nya, dapat bersekutu dengan Pencipta dan Juruselamat kita yang agung dan mulia, sungguh suatu hal yang luar biasa.
Namun, penghalang dari persekutuan dengan Tuhan adalah dosa dan dosa-dosa. Dosa dan dosa-dosa adalah satu problema yang serius yang merusak hubungan dan kenikmatan persekutuan ilahi kita, karena dosa dan dosa-dosa tersebut menyebabkan persekutuan kita dengan Allah Tritunggal gagal dan putus. Oleh karena itu, Rasul Yohanes memberi beberapa ayat untuk membereskan perihal dosa ini.
Dalam kitab Roma, dosa dipersonifikasikan. Kegiatan dosa adalah kegiatan seorang persona. Dosa berhuni di dalam daging kita (Rm. 7:20), memerintah (Rm. 5:21) dan berkuasa atas kita (Rm. 6:14), serta mengerjakan maut di dalam kita (Rm. 7:13), berarti dosa adalah sesuatu yang sungguh hidup (Rm. 7:9). Dosa bukanlah unsur yang tidak bernyawa. Sebaliknya, dosa adalah benda hidup yang berhuni di dalam kita dan melakukan hal-hal melawan kehendak kita. Itulah sebabnya Paulus mengatakan bahwa bukan dia yang melakukan hal-hal itu, tetapi dosa yang berhuni di dalam dia (Rm. 7:20).
Perjanjian Baru membicarakan masalah dosa dengan memakai kata dosa (tunggal) dan dosa-dosa (jamak). "Dosa" mengacu pada dosa yang berhuni, yang datang melalui Adam ke dalam umat manusia dari Setan (Rm. 5:12— 8:13, kecuali 7:5). Sedangkan "dosa-dosa" mengacu pada perbuatan-perbuatan penuh dosa, buah-buah dari dosa yang berhuni—misalnya berdusta dan mencuri, yang disebutkan di dalam bagian pertama kitab Roma, 1:18—5:11. Akan tetapi, dosa tunggal di dalam 1 Yohanes 1:7 dengan kata sifat "segala" tidak menunjukkan dosa yang berhuni, tetapi menunjukkan setiap dosa tunggal yang kita lakukan (Rm. 1:10) setelah kita dilahirkan kembali. Dosa-dosa semacam ini mencemarkan hati nurani kita yang telah dibersihkan dan perlu dibasuh dengan darah Tuhan di dalam persekutuan kita dengan Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar