2 Petrus 3:14
"... sambil menantikan semuanya ini, kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya, dalam perdamaian dengan Dia."
Didapati di hadapan Tuhan dalam perdamaian adalah didapati benar, betul, tidak bermasalah di mata-Nya, baik dengan Allah maupun dengan manusia, pada kedatangan-Nya. Perdamaian adalah buah kebenaran. Yesaya 32:17 berkata, "Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya."
Karena kitab ini menekankan kebenaran untuk penanggulangan pemerintahan Allah, maka kitab ini menyuruh kaum beriman yang berjalan di jalan kebenaran (2:21), menuntut hidup dalam perdamaian dengan semua orang. Matius 5:9 juga berkata," Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah." Iblis, sang pemberontak, adalah provokator dari segala pemberontakan. Anak-anak Iblis selalu membuat pertengkaran dan keributan, tetapi anak-anak Allah membawa damai, berusaha " hidup damai dengan semua orang " (Ibr 12:14), dan mempersiapkan diri bagi kedatangan Tuhan yang disertai dengan penghakiman-Nya.
Lagi pula Bapa kita adalah Allah sumber damai sejahtera (Rm. 15:33, 16:20), yang memiliki hayat dan sifat damai. Sebagai orang-orang yang telah dilahirkan oleh-Nya, maka kita perlu berperilaku berdasarkan hayat dan sifat ilahi-Nya (1:4) yang penuh dengan damai. Dalam 3:14 Petrus menasihati kita untuk didapatkan oleh Tuhan di dalam perdamaian "tidak bercacat dan tidak bernoda" dihadapan-Nya, seperti Tuhan sendiri, Sang Anak Domba yang tak bercacat dan tak bernoda (1 Ptr. 1:19).
Kesabaran Tuhan
2 Ptr. 3:15-16
Petrus mengatakan dalam 3:15 "Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh keselamatan, seperti yang telah dituliskan kepada kamu oleh Paulus, saudara kita yang terkasih,…"
Kesabaran Tuhan dalam menunda janji-Nya seharusnya dianggap sebagai diperpanjangnya kesempatan bagi kaum beriman untuk bertobat kepada keselamatan. Ketika kita mempertimbangkan berbagai macam kejahatan manusia, seringkali kita heran bagaimana Tuhan dapat membiarkannya lebih lama. Kesabaran-Nya sungguh luar biasa. Tetapi kesabaran-Nya tentu beralasan. Ia tidak ingin melihat kematian orang-orang yang tetap berada dalam kejahatan. Allah damba melihat orang-orang berpaling dari kejahatan mereka dan diselamatkan.
Para pengejek menganggap kesabaran Allah terhadap kaum beriman sebagai penundaan, kelambatan, kekendoran (ay. 9). Ini adalah penyimpangan mereka terhadap firman Tuhan yang diucapkan oleh para nabi dalam Kitab Suci dan oleh para rasul dalam pengajaran-pengajaran mereka. Karena itu, Petrus menyuruh kaum beriman untuk menganggap kesabaran Tuhan sebagai kesempatan untuk beroleh selamat, dan bukannya penundaan, tidak memutarbalikkan nubuat-nubuat para nabi atau pengajaran-pengajaran para rasul (termasuk pengajaran Petrus dan pengajaran Paulus), agar mereka tidak dihukum pada waktu kedatangan Tuhan kelak, seperti yang akan terjadi pada para bidah.
Bukan hanya Petrus sebagai salah satu dari para rasul yang mengajar dengan pembuktian nubuat-nubuat para nabi bahwa kesabaran Tuhan seharusnya dianggap sebagai kesempatan untuk beroleh keselamatan dan bukannya penundaan; Paulus, sebagai salah satu rasul yang lain, berdasarkan perkataan nubuat Perjanjian Lama, juga mengajarkan hal yang sama dalam tulisan-tulisannya.
Dalam Roma 2:4 Paulus juga berkata, "Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan?"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar