Kamis, 23 Desember 2010

Apakah Yesus betul-betul ada? Apakah ada bukti-bukti historis mengenai keberadaan Yesus Kristus?

Biasanya ketika pertanyaan ini ditanyakan, orang yang bertanya menambahkan, ”di luar Alkitab” kepada pertanyaan ini. Kita tidak menerima pemikiran bahwa Alkitab tidak boleh dipertimbangkan sebagai sumber dari bukti keberadaan Yesus. Perjanjian Baru mengandung ratusan referensi tentang Yesus Kristus. Ada orang-orang yang menempatkan tanggal penulisan Injil pada abad kedua Masehi, lebih seratus tahun setelah kematian Yesus. Sekalipun penanggalan ini benar (dan kami dengan tegas mempertanyakan kebenarannya), dalam konteks bukti-bukti dari zaman kuno, tulisan yang dihasilkan kurang dari 200 tahun setelah terjadinya suatu peristiwa dianggap sebagai bukti-bukti yang sangat dapat dipercaya. Lebih dari itu, mayoritas dari para sarjana (Kristen dan non-Kristen) menerima bahwa surat-surat Paulus (paling sedikit beberapa dari surat-surat Paulus ditulis oleh Paulus pada pertengahan abad pertama Masehi, kurang dari 40 tahun setelah kematian Yesus. Dalam hal pembuktian naskah kuno, ini adalah bukti yang sangat luar biasa mengenai keberadaan seseorang yang bernama Yesus di Israel pada awal abad pertama Masehi.


Penting pula untuk menyadari bahwa pada tahun 70 Masehi, orang-orang Roma menyerbu dan menghancurkan Yerusalem dan sebagian besar Israel dan membasmi penduduknya. Semua kota dibakar rata dengan tanah! Tidaklah mengherankan jika banyak bukti mengenai Yesus yang juga rusak. Banyak saksi mata mengenai Yesus yang terbunuh. Semua ini mengurangi jumlah dari saksi-saksi keberadaan Yesus.

Mempertimbangkan bahwa pelayanan Yesus secara umum terbatas kepada daerah yang terpencil dan tidak penting di sudut dari kekaisaran Romawi, jumlah informasi yang dapat kita peroleh mengenai Yesus dari sumber-sumber sejarah sekuler cukup besar. Beberapa bukti historis yang penting mengenai Yesus antara lain:

Tacitus dari abad pertama, seorang sejarahwan Roma yang dianggap akurat, mencatat tentang ”orang-orang Kristen” (berasal dari kata ”Christus” yang adalah kata bahasa Latin untuk Kristus) yang tahayul, yang menderita di bawah Pontius Pilatus pada zaman pemerintahan Tiberius. Suetonius, sekretaris utama dari Kaisar Hadrian, menulis bahwa ada seseorang yang bernama Chrestus (atau Kristus) yang hidup pada abad pertama (Annals 15.44).

Flavious Yosephus adalah sejarahwan Yahudi yang paling terkenal. Dalam Antiquities dia menunjuk pada Yakobus, ”saudara Yesus, yang disebut Kristus.” Ada sebuah bagian yang kontroversial (18:3) yang mengatakan, “Pada waktu itu Yesus, seorang yang bijak, kalau secara hukum dia bisa disebut manusia. Dia adalah seorang yang melakukan hal-hal yang luar biasa …. Dia adalah [Sang] Kristus .... Dia menampakkan diri kepada mereka, hidup kembali pada hari ketiga, sebagaimana telah dinubuatkan oleh para nabi, yang juga berbicara mengenai puluhan ribu hal-hal yang luar biasa mengenai Dia.” Salah satu versi mengatakan, ”Pada waktu itu ada seorang bijak bernama Yesus. Dia hidup dengan baik dan dikenal sebagai orang yang berbudi luhur. Dan banyak orang-orang Yahudi dan dari bangsa-bangsa lain yang menjadi muridNya. Pilatus menyalibkan Dia dan menghukum mati Dia. Namun murid-muridNya tidak meninggalkan Dia. Mereka mengatakan bahwa Dia memperlihatkan diri kepada mereka tiga hari setelah penyalibanNya, dan bahwa Dia hidup; karena itu mungkin Dia adalah Mesias yang diberitakan oleh para nabi” (Extant Writings, 18).

Yulius Afrikanus mengutip sejarahwan Thalus dalam diskusi mengenai kegelapan yang terjadi pada saat penyaliban Yesus Plinius Muda, dalam Letters 10:96, mencatat tentang kebiasaan ibadah dari orang-orang Kristen mula-mula termasuk fakta bahwa orang-orang Kristen menyembah Yesus sebagai Tuhan dan bersikap sangat sopan santun, dan juga merujuk pada perjamuan kasih dan Perjamuan Kudus.

Talmud Babilon (Sanhedrin 43a) mengkonfirmasikan penyaliban Yesus menjelang hari Pasah, dan tuduhan bahwa Kristus mempraktekkan sihir dan mendorong orang-orang Yahudi untuk murtad.

Lucian dari Samosata adalah seorang penulis Yunani dari abad kedua yang mengakui bahwa Yesus disembah oleh orang-orang Kristen, Dia memperkenalkan ajaran-ajaran yang baru dan disalibkan bagi orang-orang Yahudi. Dia mengatakan bahwa pengajaran Yesus mencakup persaudaraan dari orang-orang percaya, pentingnya pertobatan dan pentingnya menyangkali allah-allah lain. Orang-orang Kristen hidup menurut peraturan-peraturan Yesus, percaya bahwa mereka tidak akan mati dan tidak takut mati, penyerahan diri dan penolakan terhadap hal-hal yang bersifat materi.

Mara Bar-Serapion mengkonfirmasikan bahwa Yesus dianggap bijak dan berbudi luhur dan dipandang sebagai Raja Israel oleh banyak orang, dihukum mati oleh orang-orang Yahudi, dan hidup terus dalam pengajaran murid-muridNya.

Kita juga memiliki tulisan-tulisan Gnostik (Injil Kebenaran, Apokripha Yohanes, Injil Thomas, Risalah Mengenai Kebangkitan, dll) yang semuanya menyebut tentang Yesus.

Bahkan kita hampir bisa merekonstruksikan Injil hanya dari sumber-sumber non-Kristen di abad mula-mula: Yesus disebut Kristus (Yosephus), melakukan perbuatan ”magis”, menuntun Israel kepada pengajaran baru, dan digantung pada hari Pasah bagi mereka (Talmud Babilon) di Yudea (Tacitus), tapi diakui sebagai Tuhan dan akan datang kembali (Eliezar), hal ini dipercaya oleh murid-muridNya dan mereka menyembah Dia sebagai Tuhan (Plinius Muda).

Sebagai kesimpulan, kita percaya bahwa ada banyak bukti mengenai keberadaan Yesus Kristus, baik dalam sejarah sekuler maupun Alkitab. Barangkali bukti terbesar bahwa Yesus betul-betul ada adalah fakta bahwa ribuan orang-orang Kristen pada abad pertama Masehi, termasuk keduabelas rasul, yang rela memberi hidup mereka sebagai martir bagi Yesus Kristus. Orang bersedia mati untuk apa yang mereka percaya sebagai sesuatu yang benar, namun tidak ada yang bersedia mati untuk apa yang mereka tahu sebagai dusta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar